Siklus Penularan DBD

Umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus betina. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue pada saat menghisap darah penderita DBD atau orang tanpa gejala yang membawa virus itu dalam darahnya (carier).

Virus dengue memperbanyak diri dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk hingga ke air liurnya. Jika nyamuk ini menggigit orang lain, maka virus dengue akan dipindahkan melalui air liur nyamuk. Dalam waktu kurang dari 7 hari seseorang tersebut akan menderita penyakit DBD. Virus dengue memperbanyak diri di dalam tubuh manusia, setelah satu minggu akan menyerang orang lain di berbagai wilayah (UKS pusat Jakarta, 1996).

Kandun (2009) menjelaskan, resiko penularan penyakit DBD meningkat setelah hujan karena tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penular virus dengue biasanya bertambah. Selain itu, perubahan iklim telah mengakibatkan siklus penularan virus dengue lebih pendek, sehingga virus penyebab penyakit DBD itu lebih cepat menyebar.

Fase Penyakit DBD

Demam Berdarah Dengue bisa mengancam setiap saat dan tak lagi kenal musim. Nadesul (2009) mengatakan, pihak medis belum mampu melawan virus dengue sebab obat untuk virus ini belum ditemukan. Gejala demam bisa terjadi secara mendadak dan berlangsung selama 2-7 hari yang biasa disebut demam pelana kuda, sebab suhu tubuh penderita turun naik (3 hari panas, hari ke 4 turun dan naik lagi pada hari ke 5). Fase infeksi dengue terbagi tiga, yaitu fase demam, kritis dan penyembuhan. Pada fase demam dapat dilakukan terapi demam seperti pemberian obat penurun panas, kompres hangat dan terapi suportif melalui pemberian oralit, larutan gula garam, jus buah dan susu. Tidak harus jus jambu, yang penting pastikan penderita mendapat asupan cairan dengan cara minum. Jika penderita dapat buang air kecil dalam 4-6 jam, itu merupakan indikator bahwa cairannya sudah cukup, namun harus dipantau setiap 4-6 jam suhu tubuhnya.

Dari ketiga fase tersebut, yang paling krusial adalah penanganan pada fase kritis. Fase ini biasanya terjadi pada hari ke-4 dan ke-5 perjalanan penyakit, dan berlangsung 24-48 jam. Obat antidemam tidak lagi diberikan pada fase ini. Tata laksana yang umum dilakukan adalah dengan mencatat tanda vital serta asupan dan keluaran cairan; memberikan oksigen pada kasus yang disertai shock; menghentikan perdarahan, kecuali kalau hanya mimisan tidak masalah; serta menghindari tindakan yang tidak perlu (misalkan pemberian obat atau zat-zat yang bisa menimbulkan traumatik). Pada fase kritis umumnya penderita tidak bisa makan dan minum karena tidak nafsu makan atau muntah-muntah. Jadi harus benar-benar dirawat.. Pada fase itu jumlah cairan juga tetap harus mencukupi agar terhindar dari risiko perdarahan. Jika penderita tidak dapat makan dan minum melalui mulut (apalagi terjadi syock), maka dokter biasanya akan mengindikasikan pemberian cairan infus.

Adapun pertanda dehidrasi berupa kulit, bibir dan lidah menjadi kering; tampak kehausan, sudah lama tidak buang air kecil, dan kelenturan kulit menurun, bila kulit dinding perut dicubit tidak bisa membal kembali. Adapun tanda-tanda kalau sudah terancam syock: nadi cepat namun melemah, berkeringat dan kulit dingin. Hal lain yang tak kalah penting dalam penanganan DBD adalah pemeriksaan darah di laboratorium medis. Ini penting untuk mengetahui terjadinya kebocoran plasma darah. Selama ini yang sering disebut-sebut dalam DBD adalah penurunan kadar trombosit. Padahal, penderita juga mengalami penurunan jumlah sel darah putih. Jadi untuk mengetahui kebocoran plasma, pemeriksaan darah harus dilakukan dengan lengkap.

Semoga apa yang tersaji dalam blog ini bermanfaat. Terima kasih telah mengunjungi blog ini. Silahkan jika ingin di sebarluaskan dengan mencantumkan sumbernya yaa :) terima kasih.


EmoticonEmoticon