Saraf Otonom dan Susunannya (Asetilkolin)

Sistem saraf otonom (SSO) terdiri dari sistem simpatis dan para simpatis. Susunan saraf simpatis disebut juga sebagai syaraf adrenegik karena bila dirangsang ujung sarafnya akan melepaskan adrenalin (na), sedangkan susunan saraf para simpatis disebut sebagai syaraf kolinergik karena bila dirangsang ujung sarafnya akan melepaskan asetilkolin (Ach).

Secara umum dapat dikatakan bahwa system simpatis dan parasimpatis memperlihatkan fungsi ang antagonistic. Bila satu menghambat suatu fungsi, maka yang lain memacu fungsi tersebut. Contohnya adalah midralisis terjadi dibawah pengaruh saraf simpatis, sedangkan miosis dibawah pengaruh parasimpatis.

Oragan tubuh umumnya dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis, dan tonus yang terlihat merupakan hasil perimbangan kedua system tersebut. Inhibisi salah satu system oleh obat maupun akibat denervasi menyebabkan aktivitas organ tersebut didominasi oleh system yang lain. Tidak semua organ terjadi antagonisme ini, kadang-kadang efeknya sama, misal pada air liur. Sekresi liur dirangsang baik oleh saraf simpatis maupun parasimpatis, tetapi secret yang dihasilkan berbeda kualitasnya; pada perangsangan simpatis liur kental sedangkan parasimpatis liur lebih encer.

Sesuai dengan uraian diatas maka penulis akan membahas lebih  lanjut tentang susunan saraf parasimpatis,asetilkolin serta reaksi kerja obat asetilkolin, farmakokinetik, farmakodinamik, Interaksi obat, pengkajian, perencanaan, serta evaluasi dan berbagai hal yang berkaitan dengan asetilkolin.
 
1.1 Obat yang bekerja pada saraf parasimpatis
Sistem saraf parasimpatis adalah bagian saraf otonom yang berpusat dibatang otak dan bagian kelangkang sum-sum belakang yang mempunyai dua reseptor terhadap reseptor muskarinik dan reseptor nikotik.

1.2   Obat-obat yang yang termasuk kelompok obat

  • Asetilkolin (Ach)
  • Fisostigmin (Eseri,Anticholium)
  • Neostigmin (Prostigmin)
  • Piridostigmin (Mestinon)
  • Distigminbromida (ubretid)

1.3 Farmakokinetik
Ester kolin kurang diserap dan didistribusi kedalam SSP dari saluran cerna (kurang aktif per oral),namun kepkaan nya untuk di hidrolisa oleh kolinestrase sangat berbeda.Asetilkolin sangat cepat dihidrolisa sehingga untuk mencapai efek yang memuaskan obat ini harus diberikan melalui infus secara IV dalam dosis besar.efek asetilkolin yang dibelikan dalam bentuk bolus besar IV diperoleh selama 5-20 detik,sedangkan suntikan IM dan SC hanya memberikan efek lokal. Metakolin lebih tahan 3 kali terhadap hidrolisa dan dapat memberikan efek sistemik walaupun diberikan secara SC.

1.4 Farmakodinamik
Aktifasi sistem saraf para simpatis memodifikasi fungsi organ melalui 2 mekanisme utama. Pertama, asetilkolin yang dilepas dari saraf para simpatis dapat mengaktifkan reseptor muskarinik pada organ efektor unuk mengubah fungsinya secara langsung. Kedua, asetilkolin yang dilepas dari saraf para simpatis dapat berinteraksi dengan reseptor muskarinik pada ujung saraf untukmenghambat pelepasan neurotransmiternya. Melalui mekanisme ini, asetilkolin yang dilepas dan kemungkinan, mensirkulasi agonis muskarinik secara tidak langsung mengubah fungsi organ dengan memodulasi efek para simpatis dan sistem saraf simpatis serta kemungkinan juga sistem nonkolinergik, dan adrenergik.

1.5 Efek samping
Dapat menimbulkan banyak keringat, ludah, nause, muntah dan diare, yang merupakan tanda naiknya tonus parasimpatikus.

1.6 Interaksi obat
Pemakain obat tidak dapat diberikan secara per-oral karena obat tersebut dihidrolisis oleh asam lambung, karena cara kerjanya terlalu singkat sehingga segera dihancurkan oleh asetilkolinestrase atau outirilkolinestrase.

PEMBAHASAN


2.1. Definisi
Asetilkolin (Ach), ester kolin dengan asam asetat yang merupakan neurotransmitter diberbagai sinaps dan akhiran saraf, sistem saraf simpatis, parasimpatis dan somatik. Neostigmin merupaka obat antikolinesterase yang bekerja menghambat hidrolisis asetilkolin dengan berkompetisi dengan asetilkolin untuk enzim asetilkolinesterase dalam transmisi kolinergik. Ia meningkatkan efek kolinergik dengan meningkatkan efek transmisi impuls melalui saraf neuromuskular. Obat ini juga mempunyai efek kolinomimetik langsung tehadap otot rangka dan kemungkinan terhadap sel dan neuron ganglion otonom susunan saraf pusat.   

2.2.Pengkajian
2.2.1 Indikasi
Untuk pengobatan simptomatik miastenia gravis. Manfaatnya yang paling besar adalah untuk terapi jangka panjang, dimana tidak terdapat kesulitan untuk menelan obat. Pada krisis miastenia akut, dimana timbul kesulitan untuk bernapas dan menelan, maka harus digunakan bentuk parenteral. Pasien dapat segera diganti obatnya dengan bentuk orl jika suadah dapat menelan.

2.2.2. Kontraindikasi
Dapat mengakibatkan insufisiensi jantung, angina pektoris, asma bronkus dan hipertireosis.

2.2.3. Bentuk sedian obat
Diperoleh sebagai bubuk kering dan dalam ampul berisi 200 mg.
Dosisnya: 10-100 mg melalui IV
 
2.2.4.  Diagnosis
  • Kelas terapi                       : Obat Kardiovaskular
  • Sub kelas terapi                 : Sistem saraf parasimpatis
  • Nama obat dagang             : 
    • Anti cholium,
    • Mistinon
    • Ubretid
  • Nama obat generiknya      : 
    • Fisotigmin
    • Neostigmin bromida
    • Piridostigmi bromida
    • Distigmin bromida.     

2.3. Perencanaan
2.3.1.  Mekanisme Kerja Obat
Asetilkolin bekerja terjadi akibat setelah terikat pada raseptornya, ketelapaan membrane sel terhadap ion natrium, kalium dan kalsium akan dipengaruhi. Pada otot polos, sel ganglion dan pada ujung plat motorik, asetilkolin meninggikan ketelapaan natrium jauh lebih besar daripada untuk kalium, akibatnya terjadi depolarosasi. Sebaliknya pada sel pacu jantung dijantung, ketelapaan kalium yang lebih ditingkatkan dan ini akan menyebabkan terjadinya hiperpolarisasi, dan akibatnya frekuensi jantung turun.

2.3.2. Efek terapi
Jantung                                       : Denyut diperlambat
Arteri koronari                           : Kontriksi
Pembuluh darah perifer             : Vasodilatasi
Tekanan darah                            : Turun
Bronkus                                      : Kontriksi
Kelenjar ludah                            : Sekresi bertambah
Kelenjar lakrimalis                     : Sekresi bertambah
Pupil mata                                  : Kontriksi
S.P.M                                         : Peristaltik bertambah
Kelenjar–kelenjar S.P.M            :  Sekresi bertambah
Kelenjar keringat                        : Ekserasi berkurang
2.3.3.      Efek samping
SSP                                      : Sakit kepala
Mata                                     : menyebabkan miosis
Kardiovaskuler                      : Dapat mengurangi tahanan vascular tepi dan mengubah denyut jantung
Respirasi                               : Dapat menimbulkan efek besar pada pasien    asma
Saluran cerna                        : Meningkatkan sekresi dan aktivitas motor usus
Saluran genitaurinariu            : Banyaknya miksi

2.4.            Pelaksanaan
2.4.1        Cara Pemberian Obat
Obat ini diberikan melalui infus secara IV dalam dosis besar. Efek asetilkolin yang diberikan dalam bentuk bolus besar IV diperoleh selama 5-20 detik, sedangkan suntikan IM dan SC hanya memberikan efek lokal. Metakolin lebih tahan 3 kali terhadap hidrolisa dan dapat memberikan efek sistemik walaupun diberikan secara SC

2.4.2.      Dosis Obat 
Dosis obat yang dibutuhkan untuk menghasilkan efek optimal berkisar antar 15-375mg sehari.untuk beberapa keadaan dosis, perlu ditingkatkan melebbihi dosis ini, tetapi kemungkinan menimbulnya krisis koliner-gik harus dipertimbangkan. Dosis rata-ratanya adalah 10 tablet (150mg) yang diberikan selama 24 jam. Interval waktu antara pemberian dosis sangat penting. Dosis perlu disesuaikan tiap pasien dan dilakukan perubahan jika perlu.

2.4.3.      Nasib obat (farmakokinetik)
Nasib obat dalam tubuh antara lain:
a.       Absorbsi: diabsorbsi lewat pembuluh darah
b.      Metabolisme bentuk: dimetabolisme oleh pembuluh darah
c.       Ekresi : diekresi oleh urine,keringat,dan air liur

2.4.4.      Interaksi obat
Beberapa antibiotik terutama neomisin, strepsomisin,dan kanamisin, mempunyai efek penghambat non-depolarisasi yang kecil tetapi definitif, sehingga meningkatkan efek penghambat neuromuskular. Antibiotik ini hanya boleh diberikan pada pasien miastenia gravis jika mempunyai indikasi definitif dan harus dilakukan penyesuaian dosis obat antikolenesterasenya. Anestetik lokal dan umum, antiaritmia dan obat lain yang dapat mempengaruhi teransmisi neuromuskular harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan miastenia gravis, sedangkan dosisnya mungkin perlu ditingkatkan.

2.4.5.      Evaluasi
o  Untuk mencegah terjadinya peningkatan pembuluh darah perifer
o  Untuk mencegah terjadinya penyakit iskemik.

KESIMPULAN
Sistem saraf parasimpatis adalah bagian saraf otonom yang berpusat dibatang otak dan bagian kelangkang sum-sum belakang yang mempunyai dua reseptor terhadap reseptor muskarinik dan reseptor nikotik.
susunan saraf para simpatis disebut sebagai syaraf kolinergik karena bila dirangsang ujung sarafnya akan melepaskan asetilkolin (Ach). Dan Efek asetilkolin ini adalah : Jantung: Denyut diperlambat, Arteri koronari: Kontriksi, Tekanan darah: Turun, Pupil mata: Kontriksi, S.P.M: Peristaltik bertambah.

DAFTAR PUSTAKA

•         Gunawan s, dkk. (2007). Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Gon
•         Katzung G, Betram. (1997). Farmakologi Dasar Dan Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC 
•         Mustchler E. (1991). Dinamika Obat. Bandung: ITB
•         Purwanto H, dkk. (2008). Data Obat Di Indonesia. Edisi 11. jakarta: PT Muliapurna jaya terbit
•         Syaifuddin B. (1996). Anatomi Fisiologi Untuk Anak Perawat. Jakarta: EGC
•         http://diajengdwi.blogspot.com/2009
•           http://www.scribd.com/2009

Semoga apa yang tersaji dalam blog ini bermanfaat. Terima kasih telah mengunjungi blog ini. Silahkan jika ingin di sebarluaskan dengan mencantumkan sumbernya yaa :) terima kasih.


EmoticonEmoticon