Kegunaan Farmakokinetika

http://americanaddictioncenters.org

Pengetahuan farmakokinetika berguna dalam berbagai bidang farmasi dan kedokteran, seperti untuk bidang farmakologi, farmasetika, farmasi klinik, toksikologi dan kimia medisinal.

Bidang farmakologi 
Pertama kali, dengan penelitian farmakokinetika dapat dibantu diterangkan mekanisme kerja suatu obat dalam tubuh, khususnya untuk mengetahui senyawa yang mana yang sebenarnya bekerja dalam tubuh; apakah senyawa asalnya, metabolitnya atau kedua-duanya. Jika efek obat dapat dinilai secara kuantitatif, data kinetika obat dalam tubuh sangat penting artinya untuk menentukan hubungan antara kadar/jumlah obat dalam tubuh dengan intensitas efek yang ditimbulkannya. Dengan demikian daerah kerja efektif obat (therapeutic window) dapat ditentukan.

Bidang farmasetica 
Dalam bidang farmasetika, farmakokinetika berguna untuk menilai ketersediaan biologis (bioavailability) suatu senyawa aktif terapeutik dari sediaannya (sediaan yang diberikan secara ekstravaskular). Seperti sudah banyak dibuktikan, kualitas zat aktif, jenis dan komposisi bahan pembantu serta teknik pembuatan sediaan yang dipakai dalam pembuatan suatu sediaan dapat mempengaruhi ketersediaan biologis zat aktif dari sediaan tersebut. Sedangkan ketersediaan biologis zat aktif akan menentukan efektivitas terapeutik dari sediaan yang bersangkutan. Selain itu, farmakokinetika dapat membantu menentukan pilihan bentuk sediaan yang paling cocok/baik untuk dibuat.

Bidang farmasi klinik 
Untuk bidang farmasi klinik, farmakokinetika memiliki beberapa kegunaan yang cukup penting, yaitu :

  • Untuk memilih route pemberian obat yang paling tepat. Apakah harus secara injeksi intravena, atau bisa dengan route lain seperti secara oral, rektal, dan lain-lain. Ini dapat dilakukan dengan menilai ketersediaan biologis obat setelah pemberian dalam berbagai route pemberian, dan dengan mempertimbangkan profil kinetika obat yang dihasilkan oleh berbagai route pemberian tersebut. 
  • Dengan cara identifikasi farmakokinetika dapat dihitung aturan dosis yang tepat untuk setiap individu (dosage regimen individualization). Sampai dengan saat ini cara identifikasi farmakokinetika merupakan cara yang paling tepat untuk pengindividualisasian dosis, khususnya untuk obat-obat dengan daerah keija terapeutik yang sempit seperti teofilin, dan lainlain. 
  • Data farmakokiketika suatu obat diperlukan dalam penyusunan aturan dosis yang rasional. 
  • Dapat membantu menerangkan mekanisme interaksi obat, baik antara obat dengan obat maupun antara obat dengan makanan atau minuman.


Bidang toksikologi 
Dalam bidang ini farmakokinetika dapat membantu menemukan sebab-sebab terjadinya efek toksik dari pemakaian suatu obat. Bidang kimia medisinal Dalam bidang kimia medisinal, pengetahuan farmakokinetika dan data farmakokinetika suatu senyawa obat dapat membantu memberikan arah terhadap sintesis senyawa-senyawa obat baru yang lebih unggul: potensi lebih tinggi, stabilitas dalam tubuh lebih terjamin, dan profil kinetika yang lebih menguntungkan untuk pemakaian klinik sesuai dengan indikasinya.

Sebagai contoh, sintesis senyawa-senyawa obat dari golongan benzodiazepin. Benzodiazepin mempunyai beberapa indikasi seperti untuk pengimbas tidur, sebagai penenang, antikonvulsan, dan lain-lain. Untuk penggunaan sebagai penenang sekarang telah disintesis beberapa senyawa dengan waktu paruh eliminasi yang cukup besar (50 jam ke atas) seperti etiloflazepat, dan lain-lain.

FARMAKOKINETIKA DI INDUSTRI FARMASI

Secara garis besar, industri-industri farmasi dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu :

  1. Industri farmasi yang memproduksi bahan baku (baik senyawa aktif terapeutik maupun bahan pembantu), dan sekaligus memproduksi sediaan jadi (tablet, kapsul, obat suntik, dan lain-lain).
  2. Industri farmasi yang hanya memproduksi obat jadi. Untuk industri farmasi yang termasuk ke dalam kelompok
  3. khususnya yang mensintesis senyawa-senyawa aktif terapeutik baru, penelitian farmakokinetika perlu dilakukan untuk mengetahui/menentukan beberapa hal :


  • mekanisme kerja obat
  • arah sintesis senyawa baru selanjutnya
  • daerah kerja terapeutika obat
  • aturan dosis standar (standard dosage regimen)
  • route pemberian dan bentuk sediaan yang paling cocok kualitas obat jadi
  • dan lain-lain.


Untuk industri farmasi yang termasuk kelompok II seperti lazimnya industri-industri farmasi yang ada di Indonesia dewasa ini, fungsi penelitian farmakokinetika lebih terbatas, terutama untuk menilai kualitas sediaan obat jadi yang dihasilkan, yaitu ditinjau dari segi ketersediaan biologisnya (bioavailability).

Fungsi lain yang bisa dikembangkan adalah untuk menilai kembali atau untuk menghaluskan aturan dosis standar yang sudah ditentukan, dengan memperhitungkan data kinetika senyawa aktif dari sediaan obat yang bersangkutan. Dengan ketersediaan biologis yang tinggi, dosis obat bisa diperkecil sehingga penggunaan obat bisa lebih ekonomis. Untuk industri-industri farmasi di Indonesia, fungsi yang kedua ini semestinya bisa benar-benar dikembangkan, mengingat aturan dosis standar yang dipakai yaitu yang sudah ditetapkan berdasarkan data kinetika obat yang diamati pada orang-orang Barat. Padahal, obat akan digunakan untuk orang-orang Indonesia yang belum tentu memiliki respon farmakokinetika yang sama dengan orang Barat terhadap obat-obat yang dipakai.


MASALAH YANG DIHADAPI OLEH INDUSTRI-INDUSTRI FARMASI DI INDONESIA  

Untuk melaksanakan penelitian farmakokiketika terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Yang pertama adalah masalah tenaga ahli. Untuk penelitian ini diperlukan tenaga ahli khusus untuk analisis farmakokinetika. Berdasarkan pengalaman penulis, dalam program pendidikan tinggi farmasi stratum 1 (Sl) di Indonsia, disiplin ilmu ini belum diberikan secara mendalam. Masalah yang kedua adalah masalah peralatan, khususnya peralatan untuk penentuan kadar obat dalam cairan biologis. Cara penentuan kadar untuk keperluan studi farmakokinetika harus memiliki spesifisitas dan sensitivitas yang cukup tinggi, karena: (a) dalam sampel terdapat senyawa lain (baik senyawa endogen maupun metabolit obat sendiri) yang dapat berinterfrensi, dan (b) kadar obat yang harus ditentukan kadarnya relatif sangat rendah (rata-rata sampai di bawah 1 mcg/ml). Masalah ini bisa dijawab dengan menggunakan peralatan analisis yang ber-performance tinggi seperti kromatograf cair penampilan- tinggi ("HPLC"), kromatograf gas, TLC-scanner, dan lain-lain, di samping juga diperlukan peralatan ekstraksi dan derivatisasi untuk skala mikro. Untuk senyawa-senyawa antibiotika dengan tujuan studi tertentu (misalnya untuk studi bioavailabilitas), cara niikrobiologis masih bisa dipakai dan masih merupakan alternatif pilihan.

Masalah yang ketiga adalah masalah biaya operasional yang cukup tinggi; yang diperlukan untuk penyiapan sampel, untuk analisis kuantitatif dan untuk pemeliharaan alat.

Dengan adanya masalah-masalah itulah maka belum semua industri farmasi di Indonesia mampu untuk melakukan penelitian farmakokinetika. Pada saat ini memang ketersediaan biologis suatu sediaan belum ditetapkan sebagai persyaratan sediaan obat, tetapi kalau nanti persyaratan ini ditetapkan, mau tidak mau semua industri farmasi harus melaksanakan penelitian farmakokinetika ini.

PENUTUP

Pengetahuan farmakokinetika bermanfaat dan diperlukan dalam berbagai bidang pekerjaan farmasi dan kedokteran, seperti dalam bidang farmasetika, farmakologi klinik, farmasi klinik, toksikologi dan kimia medisinal. Karena cukup banyak masalah yang dihadapi untuk melaksanakannya, sampai dengan saat ini belum semua industri farmasi di Indonsia mampu melakukan penelitian farmakokinetika ini (khususnya uji ketersediaan biologis atau bioavailabilitas), padahal pelaksanaannya cukup penting dalam rangka pelayanan kesehatan yang lebih rasional, efisien dan efektif.

KEPUSTAKAAN


  1. Aiache JM, Devissaguet JPh and Guyot-Herrmann AM (Eds.) Galenica 2 — Biopharmacie, Technique et Documentation, Paris, 1978.
  2. Rowland M and Tozer TN. Clinical Pharmacokinetics: Concepts and Applications, Lea & Febiger, Philadelphia, 1980.
  3. Wagner JG. History of pharmacokinetic, Pharmac Ther, 1981; 12 : 537 — 562.
  4. Wagner JG. Do you need a pharmacokinetic model, and, if so, which one?, J Pharmacokin Biopharm, 1975; 3(6) : 457 — 477.
  5. Wagner JG. Fundamentals of Clinical Pharmacokinetics, 1st ed., Illinois; Drug Intelligence Publications, Inc, Hamilton, 1979.

Semoga apa yang tersaji dalam blog ini bermanfaat. Terima kasih telah mengunjungi blog ini. Silahkan jika ingin di sebarluaskan dengan mencantumkan sumbernya yaa :) terima kasih.


EmoticonEmoticon