BAB I
PENDAHULUAN
Sistem Pengelolaan Obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi aspek seleksi dan perumusan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan obat. Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum melakukan kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit. Akibat kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan pendistribusian.
PEMBAHASAN
Tugas pokok pengelolaan perbekalan farmasi :
Tahap- tahap pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit meliputi :
Hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan:
Distribusi Perbekalan Farmasi
Salah satu tahap dalam proses penggunaan obat adalah penyampaian sediaan obat dari IFRS sampai kepada penderita untuk digunakan. Dalam farmasi komunitas (apotek), penyampaian obat itu dilakukan langsung dari apoteker/personel apotek kepada penderita atau keluarganya. di rumah sakit proses penyampaian itu dilakukan tidak secara langsung karena penderita berada di ruangan dan antara apoteker dan penderita masih ada perawat yang bertanggung jawab menerima dan mengonsumsikan obat itu. Proses penyampaian sediaan obat yang diminta dokter dari IFRS untuk penderita tertentu sampai ke daerah tempat penderita di rawat disebut pendistribusian obat. Pendistribusian obat adalah suatu proses penyerahan obat sejak setelah sediaan diserahkan oleh IFRS sampai dengan dihantarkan pada perawat, dokter, atau professional pelayanan kesehatan lain untuk diberikan kepada penderita.
Seperti telah diuraikan sebelumnya, IFRS bertanggung jawab pada penggunaan obat yang aman dan efektif di rumah sakit secara keseluruhan. Tanggung jawab konsumsi dan distribusi obat ke unit perawatan penderita. Oleh karena itu, system pendistribusian obat dari IFRS ke daerah perawatan penderita mencegah kesalahan atau kekeliruan, agar dapat terpenuhi persyaratan penyampaian obat yang baik, yaitu tepat penderita, tepat obat, tepat jadwal, tanggal, waktu dan metode pemberian, tepat informasi pada penderita dan tepat personel pemberi obat pada penderita. pendistribusian obat ini, melibatkan sejumlah prosedur, personel, fasilitas, termasuk alat, ruang penyimpanan, dan sebagainya. oleh karena itu, harus ada suatu system distribusi obat yang sesuai untuk penderita rawat tinggal di rumah sakit.
Jenis Sistem Distribusi Untuk Penderita Rawat Tinggal
Keuntungan dan kerugian dari SDO R/ Induvidu
Sistem distribusi dosis unit merupakan metode dispensing dan pengendalian obat yang dikoordinasikan IFRS dalam rumah sakit. Sistem dosis unit dapat berbeda dalam bentuk, tergantung pada kebutuhan khusus rumah sakit. Dasar dari semua sistem dosis unit adalah obat dikandung dalam kemasan unit tunggal didispensing dalam bentuk siap digunakan; dan untuk kebanyakan obat tidak lebih dari 24 jam persediaan dosis, dihantarkan atau tersedia pada ruang perawatan pada setiap waktu. alur SDO unit dosis yaitu Obat dikemas dalam unit tunggal, Dispensing dalam bentuk siap dikonsumsi, Kebanyakan obat disediakan tidak lebih dari 24 jam, Dihantarkan ke ruang penderita setiap waktu konsumsi, secara jelasnya alur distribusinya sebagai berikut :
Keuntungan dan Kerugian System Unit Dose
system distribusi harus menjamin
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi diRumah Sakit, menyatakan bahwa sistem distribusi untuk pasien rawat jalan merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit yangdiselenggarakan secara sentralisasi atau desentralisasi dengan system resep perorangan oleh pelayanan farmasi rumah sakit.Sistem distribusi obat yang diterapkan bagi penderita rawat jalan adalah sistem distribusiobat resep individual, yaitu sistem penyampaian obat kepada penderita oleh instalasifarmasi meliputi penyiapan dan pemberian etiket sesuai dengan nama penderita dan obat diberikan sesuai dengan yang tertera pada resep yang ditujukan untuk penderita.
BAB III
PENUTUP
Metode distribusi perbekalan farmasi Berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi terbagi atas : Sentralisasi (apoteker tidak ada di ruang perawatan) dan Desentralisasi (apoteker ada di ruang perawatan).
Berdasarkan pendistribusian di gudang farmasi : Internal (gudang ke Depo- Depo), Eksternal (gudang ke instalasi penunjang lainnya).
Jenis sistem distribusi untuk penderita rawat tinggal : Sistem Resep Individu (Individual Prescription), Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (Total Floor Stock), Sistem Kombinasi, Sistem Unti Dosis (Unit Dose Dispensing)
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, C.J.P, Amalia, L. 2003. Farmasi Rumah Sakit. Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2002. Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) . Jakarta
http://kesehatan-dokter-kebidanan-farmasi.blogspot.com/2012/01/perencanaan-pengadaan-dan-distribusi.html diakses pada tanggal 8 Oktober 2013
Makalah Ini dibuat oleh :
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Sistem Pengelolaan Obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi aspek seleksi dan perumusan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan obat. Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum melakukan kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit. Akibat kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan pendistribusian.
- Rumusan Masalah
- Bagaimana system pengelolaan perbekalan farmasi?
- Metode apa saja yang digunakan dalam Sistem Distribusi Perbekalan Farmasi ?
- Tujuan
- Untuk mengetahui system pengelolaan perbekalan farmasi
- Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan dalam system distribusi perbekalan farmasi
PEMBAHASAN
- Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Tugas pokok pengelolaan perbekalan farmasi :
- Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien
- Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan
- Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi
- Mewujudkan sistem informasi manajemen berdayaguna dan tepatguna
- Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
- Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
- Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
- Mengadakan perbekalan berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuanyang berlaku
- Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan rumahsakit
- Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku
- Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian
- Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumahsakit
- Melakukan pencatatan dan pelaporan persediaan farmasi di rumahsakit
- Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap persediaan perbekalan farmasi di rumah sakit
Tahap- tahap pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit meliputi :
- Perencanaan
- Pengadaan
- Penerimaan
Hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan:
- Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya
- Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai certificate of origin
- Sertifikat Analisa Produk
- Penyimpanan
- Distribusi
Distribusi Perbekalan Farmasi
Salah satu tahap dalam proses penggunaan obat adalah penyampaian sediaan obat dari IFRS sampai kepada penderita untuk digunakan. Dalam farmasi komunitas (apotek), penyampaian obat itu dilakukan langsung dari apoteker/personel apotek kepada penderita atau keluarganya. di rumah sakit proses penyampaian itu dilakukan tidak secara langsung karena penderita berada di ruangan dan antara apoteker dan penderita masih ada perawat yang bertanggung jawab menerima dan mengonsumsikan obat itu. Proses penyampaian sediaan obat yang diminta dokter dari IFRS untuk penderita tertentu sampai ke daerah tempat penderita di rawat disebut pendistribusian obat. Pendistribusian obat adalah suatu proses penyerahan obat sejak setelah sediaan diserahkan oleh IFRS sampai dengan dihantarkan pada perawat, dokter, atau professional pelayanan kesehatan lain untuk diberikan kepada penderita.
Seperti telah diuraikan sebelumnya, IFRS bertanggung jawab pada penggunaan obat yang aman dan efektif di rumah sakit secara keseluruhan. Tanggung jawab konsumsi dan distribusi obat ke unit perawatan penderita. Oleh karena itu, system pendistribusian obat dari IFRS ke daerah perawatan penderita mencegah kesalahan atau kekeliruan, agar dapat terpenuhi persyaratan penyampaian obat yang baik, yaitu tepat penderita, tepat obat, tepat jadwal, tanggal, waktu dan metode pemberian, tepat informasi pada penderita dan tepat personel pemberi obat pada penderita. pendistribusian obat ini, melibatkan sejumlah prosedur, personel, fasilitas, termasuk alat, ruang penyimpanan, dan sebagainya. oleh karena itu, harus ada suatu system distribusi obat yang sesuai untuk penderita rawat tinggal di rumah sakit.
- Metode Sistem Pendistribusian Perbekalan Farmasi
- Berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi
- Sentralisasi (apoteker tidak ada di ruang perawatan)
- Keuntungan Sentralisasi
- Semua resep dikaji langsung oleh apoteker, yang juga dapat memberi informasi kepada perawat berkaitan dengan obat pasien,
- Memberi kesempatan interaksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-pasien,
- Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas persediaan,
- Mempermudah penagihan biaya pasien.
- Permasalahan Sentralisasi
- Terjadinya delay time dalam proses penyiapan obat permintaan dan distribusi obat ke pasien yang cukup tinggi,
- Jumlah kebutuhan personel di Instalasi Farmasi Rumah Sakit meningkat,
- Farmasis kurang dapat melihat data riwayat pasien (patient records) dengan cepat,
- Terjadinya kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan pada waktu penyiapan komunikasi.
- Desentralisasi (apoteker ada di ruang perawatan)
- Keuntungan Desentralisasi
- Obat dapat segera tersedia untuk diberikan kepada pasien
- Pengendalian obat dan akuntabilitas semua baik
- Apoteker dapat berkomunikasi langsung dengan dokter dan perawat
- Sistem distribusi obat berorientasi pasien sangat berpeluang diterapkan untuk penyerahan obat kepada pasien melalui perawat
- Apoteker dapat mengkaji kartu pengobatan pasien dan dapat berbicara dengan penderita secara efisien
- Informasi obat dari apoteker segera tersedia bagi dokter dan perawat
- Waktu kerja perawat dalam distribusi dan penyiapan obat untuk digunakan pasien berkurang, karena tugas ini telah diambil alih oleh personel IFRS desentralisasi
- Spesialisasi terapi obat bagi apoteker dalam bidang perawatan pasien lebih efektif sebagai hasil pengalaman klinik terfokus
- Pelayanan klinik apoteker yang terspesialisasi dapat dikembangkan dan diberikan secara efisien, misalnya pengaturan suatu terapi obat penderita khusus yang diminta dokter, heparin dan antikoagulan oral, digoksin, aminofilin, aminoglikosida dan dukungan nutrisi
- Apoteker lebih mudah melakukan penelitian klinik dan studi usemen mutu terapi obat pasien.
- Permasalahan Desentralisasi
- Semua apoteker klinik harus cakap sebagai penyedia untuk bekerja secara efektif dengan asisten apoteker dan teknisi lain.
- Apoteker biasanya bertanggungjawab untuk pelayanan, distribusi dan pelayanan klinik. Waktu yang mereka gunakan dalam kegiatan yang bukan distribusi obat tergantung pada ketersediaan asisten apoteker yang bermutu dan kemampuan teknisi tersebut untuk secara efektif mengorganisasikan waktu guna memenuhi tanggungjawab mereka.
- Pengendalian inventarisasi obat dalam IFRS keseluruhan lebih sulit karena likasi IFRS cabang yang banyak untuk obat yang sama, terutama untuk obat yang jarang ditulis.
- Komunikasi langsung dalam IFRS keseluruhan lebih sulit karena anggota staf berpraktek dalam lokasi fisik yang banyak.
- Lebih banyak alat yang diperlukan, misalnya acuan (pustaka) informasi obat, laminar air flow, lemari pendingin, rak obat, dan alat untuk meracik.
- Jumlah dan keakutan pasien menyebabkan beban kerja distribusi obat dapat melebihi kapasitas ruangan dan personal dalam unit IFRS desentralisasi yang kecil.
- Berdasarkan pendistribusian di gudang farmasi
- Internal (gudang ke Depo- Depo)
- Eksternal (gudang ke instalasi penunjang lainnya)
- Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap
- Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan
Jenis Sistem Distribusi Untuk Penderita Rawat Tinggal
- Sistem Resep Individu (Individual Prescription)
- Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (Total Floor Stock)
- Sistem Kombinasi
- Sistem Unti Dosis (Unit Dose Dispensing)
- Sistem Resep Individu (Individual Prescription)
- Dokter menuliskan resep,
- Perawat menuliskan resep ini ke dalam profil pemberian obat dan menyampaikan permintaan obat ke intalasi farmasi.
- Instalasi farmasi meracikkan obat tersebut untuk dua sampai lima hari atau sesuai dengan waktu yang tertera dalam resep.
- Perawat menyimpannya dan memberikan obat tersebut kepada penderita setiap kali waktu pemberian obat
Keuntungan dan kerugian dari SDO R/ Induvidu
- Keuntungan
- Semua resep dikaji langsung oleh Apt
- Memberi kesempatanberinterakasi antara dr.perawat, penderita
- Memungkinkan pengendalian yangdekat pada perbekalan di IFRS
- Mempermudah penagihanbiaya ke penderita
- Kerugian
- Kemungkinan keterlambatan sediaan obat
- Jumlah kebutuhan personel IFRS meningkat
- Memerlukan jumlah perawat dan waktu perawat banyak untuk menyiapkan obat untuk penderita
- Terjadi kesalahan penyiapan obat karena kurang pemeriksaan
- Sistem Unti Dosis (Unit Dose Dispensing) dan Once Daily Dose (ODD)
Sistem distribusi dosis unit merupakan metode dispensing dan pengendalian obat yang dikoordinasikan IFRS dalam rumah sakit. Sistem dosis unit dapat berbeda dalam bentuk, tergantung pada kebutuhan khusus rumah sakit. Dasar dari semua sistem dosis unit adalah obat dikandung dalam kemasan unit tunggal didispensing dalam bentuk siap digunakan; dan untuk kebanyakan obat tidak lebih dari 24 jam persediaan dosis, dihantarkan atau tersedia pada ruang perawatan pada setiap waktu. alur SDO unit dosis yaitu Obat dikemas dalam unit tunggal, Dispensing dalam bentuk siap dikonsumsi, Kebanyakan obat disediakan tidak lebih dari 24 jam, Dihantarkan ke ruang penderita setiap waktu konsumsi, secara jelasnya alur distribusinya sebagai berikut :
- dokter menuliskan resep,
- kemudian perawat menuliskan resep ini ke dalam profil pengobatan penderita.
- Apoteker dapat mendatangi ruang perawatan untuk melihat resep asli dan mencatat resep baru
- Pada saat pemberian obat, perawat membawa kereta obat ke ruang perawatan, memeriksa identitas penderita dan mengambil obat yang diperlukan dari laci yang sesuai, membandingkann etiket dan yang tertulis pada resep sebelum membuka kemasannya dan memberikannya kepada penderita
Keuntungan dan Kerugian System Unit Dose
- Keuntungan
- Penderita menerima pelayanan IFRS 24 jam sehari dan penderita membayar hanya obat yang dikonsumsi saja.
- Semua dosis yang diperlukan pada pada unit perawat telah disiapkan oleh IFRS Jadi perawat mempunyai waktu lebih banyak untuk perawatan langsung penderita.
- Adanya sistem pemeriksaan ganda dengan menginterpretasikan resep/ dokter dan membuat profil pengobatan penderita (p3) oleh apoteker dan perawat memeriksa obat yang disiapkan IFRS sebelum dikonsumsi. Dengan kata lain, sistem ini mengurangi kesalahan obat.
- Peniadaan duplikasi order obat yang berlebihan dan pengurangan pekerjaan menulis di unit perawatan dan IFRS.
- Pengurangan kerugian biaya obat yang tidak terbayar oleh penderita
- Penyiapan sediaan intravena dan rekonstitusi obat oleh IFRS
- Meningkatkan penggunaan personal professional dan nonprofessional yang lebih efisien.
- Mengurangi kehilangan pendapatan
- Menghemat ruangan di unit perawatan dengan meniadakan persediaan ruah obat-obatan.
- Meniadakan pencurian dan pemborosan obat.
- Memerlukan cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit secara keseluruhan sejak dari dokter menulis resep / order sampai penderita menerima dosis unit.
- Kemasan dosis unit secara tersendiri-sendiri diberi etiket dengan nama obat, kekuatan, nomor kendali dan kemasan tetap utuh sampai obat siap dikonsumsi pada penderita. Hal ini mengurangi kesempatan salah obat juga membantu daalam penelusuran kembali kemasan apabila terjadi penarikan obat.
- Sistem komunikasi pengorderan dan penghantaran obat bertambah baik.
- Apoteker dapat dating ke unit perawat/ ruang penderita untuk melakukan konsultasi obat, membantu memberikan masukan kepada tim, sebagai upaya yang diperlukan untuk perawatan yang lebih baik lagi.
- Pengurangan biaya total kegiatan yang berkaitan dengan obat.
- Pening katan pengendalian obat dan pemantauan penggunaan obat menyeluruh.
- Pengendalian yang lebih besar oleh apoteker atas pola beban kerja IFRS dan penjadwalan staf.
- Penyesuaian yang lebih besar untuk prosedur komputerisasi dan otomastisasi.
- Kerugian
- Obat harus ada beberapa saat sebelum diberikan
- Membutuhkan tenaga kefarmasian yang banyak
- Sentralisasi
Dilakukan oleh IFRS sentral ke semua daerah perawatan penderita rawat tinggal di rumah sakit secara keseluruhan. Kemungkinan di rumah sakit tersebut hanya ada satu IFRS tanpa adanya cabang IFRS di beberapa daerah penderita. - Desentralisasi
Dilakukan oleh beberapa cabang IFRS di rumah sakit. Pada dasarnya sistem ini sama dengan sistem distribusi obat persediaan lengkap diruangan, hanya saja sistem distribusi obat desentralisai ini dikelola seluruhnya oleh apoteker yang sama dengan pengelolaan dan pengendalian oleh IFRS sentral - Kombinasi Sentralisasi dan Desentralisasi
system distribusi harus menjamin
- Instruksi pengobatan dari dokter harus jelas
- Obat yang diberikan pada pasien tepat, dalam dosisi dan jumlah yang tepat
- Dikemas dalam kemasan yang menjamin mutu obat
- SDO Perlengkapan di Ruang (Floor stock)
- dokter menuliskan resep,
- perawat menginterpretasikan resep tersebut dan mencatatnya ke buku profil pengobatan penderita.
- Apoteker hanya menerima permintaan obat dari perawat, menyiapkan obat dalam bentuk dosis berganda, kemudian menyampaikan persediaan ruahan obat ke unit pelayanan penderita.
- Perawat menyiapkan semua dosis pengobatan untuk diberikan kepada penderita termasuk pencampuran sediaan intravena.
- Keuntungan
- Obat yang diperlukan segera tersedia di ruang perawatan
- Tidak ada pengembalian obat yang terpakai, karena obat langsung diberikan ke penderita
- Pengurangan penyalinan kembali order obat
- Pengurangan jumlah personel IFRS
- Kerugian
- Kesalahan penggunaan obat meningkat
- Perseidaan mutu obat tidak terkendali krn ditempatkana di ruang perawat
- Pencurian obat meningkat
- Kerusakan obat bertambah
- Penambahan modal unuk penyiapan ruang penyimpanan obat
- Diperlukan waktu yanng banyak untuk perawat dalam penanganan obat
- Meningkatkan kerugian karena obat sering rusak
- SDO kombinasi R/individual dan Floor stock
- dokter menuliskan resep,
- interpretasi dilakukan baik oleh apoteker maupun perawat.
- Apoteker menyiapkan obat dalam bentuk ruahan dan diserahkan ke unit pelayanan penderita, tetapi ada pula obat-obat yang disiapkan oleh instalasi farmasi untuk selanjutnya diserahkan kepada perawat.
- Untuk obat yang terdapat di unit pelayanan penderita, perawat akan menyiapkan semua dosis pengobatan untuk penderita
- Keuntungan
- R/ order dikaji oleh apoteker, juga ada kesempatan untuk interaksi dari perawat dan penderita
- Obat-obat penggunaan umum dapat langsung tersedia di Ruangan
- Beban IFRs berkurang, karena hanya melayani R/
- Kerugian
- Kemungkinan keterlambatan sediaan obat untuk sampai ke penderita
- Kesalahan obat dapat terjadi di persediaan ruangan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi diRumah Sakit, menyatakan bahwa sistem distribusi untuk pasien rawat jalan merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit yangdiselenggarakan secara sentralisasi atau desentralisasi dengan system resep perorangan oleh pelayanan farmasi rumah sakit.Sistem distribusi obat yang diterapkan bagi penderita rawat jalan adalah sistem distribusiobat resep individual, yaitu sistem penyampaian obat kepada penderita oleh instalasifarmasi meliputi penyiapan dan pemberian etiket sesuai dengan nama penderita dan obat diberikan sesuai dengan yang tertera pada resep yang ditujukan untuk penderita.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Metode distribusi perbekalan farmasi Berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi terbagi atas : Sentralisasi (apoteker tidak ada di ruang perawatan) dan Desentralisasi (apoteker ada di ruang perawatan).
Berdasarkan pendistribusian di gudang farmasi : Internal (gudang ke Depo- Depo), Eksternal (gudang ke instalasi penunjang lainnya).
Jenis sistem distribusi untuk penderita rawat tinggal : Sistem Resep Individu (Individual Prescription), Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (Total Floor Stock), Sistem Kombinasi, Sistem Unti Dosis (Unit Dose Dispensing)
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, C.J.P, Amalia, L. 2003. Farmasi Rumah Sakit. Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2002. Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) . Jakarta
http://kesehatan-dokter-kebidanan-farmasi.blogspot.com/2012/01/perencanaan-pengadaan-dan-distribusi.html diakses pada tanggal 8 Oktober 2013
Makalah Ini dibuat oleh :
- Dian permadani
- Nureva ramli
- Nurfaedah karim
- Ulmi fajri