Makalah Distribusi Perbekalan Farmasi

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan tempat yang digunakan unuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan rujukan dan/atau upaya kesehatan penunjang. Selain itu, sarana kesehatan dapat juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. Dari uraian di atas, sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit khusus, praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek dokter spesialis, praktek dokter gigi spesialis, praktek bidan, toko obat, apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), Pedagang Besar Farmasi (PBF), pabrik obat dan bahan obat, laboratorium kesehatan, dan sarana kesehatan lainnya. Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan diperlukan perbekalan kesehatan yang meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan lainnya, sedangkan sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik.
Sistem Pengelolaan Obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi aspek seleksi dan perumusan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan obat. Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum melakukan kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit. Akibat kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan pendistribusian.

  1. Rumusan Masalah
  2. Bagaimana system pengelolaan perbekalan farmasi?
  3. Metode apa saja yang digunakan dalam Sistem Distribusi Perbekalan Farmasi ?

  1. Tujuan
  2. Untuk mengetahui system pengelolaan perbekalan farmasi
  3. Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan dalam system distribusi perbekalan farmasi
 BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan farmasi merupakansuatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antarasatu dengan yang lain. Pengelolaan perbekalan farmasi harus dikelola secara efektif karenamerupakan komponen terbesar dalam pengeluaran rumah sakit (±40-50%) dan dana kebutuhanobat rumah sakit tidak selalu sesuai dengan kebutuhan. Pengelolaan perbekalan farmasi yangefektif dan efisien akan mendukung mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Keberhasilanpengelolaan perbekalan farmasi tergantung pada kondisi, ketaatan, kebijakan, tugas pokok danfungsi.
Tugas pokok pengelolaan perbekalan farmasi :
  1. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien
  2. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan
  3. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi
  4. Mewujudkan sistem informasi manajemen berdayaguna dan tepatguna
  5. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
Fungsi pengelolaan perbekalan farmasi :
  1. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
  2. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
  3. Mengadakan perbekalan berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuanyang berlaku
  4. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan rumahsakit
  5. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku
  6. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian
  7. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumahsakit
  8. Melakukan pencatatan dan pelaporan persediaan farmasi di rumahsakit
  9. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap persediaan perbekalan farmasi di rumah sakit

Tahap- tahap pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit meliputi :
  1. Perencanaan
        Perencanaan adalah seluruh proses pemilihan dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan dating dalam rangka pencapaian tujuan yangtelah ditetapkan sebelumnya. Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhanpelayanan kesehatan di rumah sakit.
  1. Pengadaan
      Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui. Tujuan pengadaan adalah untuk mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan.
  1. Penerimaan
      Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasiaan, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu kedatangan. Semua perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi pada order pembelian rumah sakit. Penerimaan perbekalan farmasi harus dilakukan oleh petugas yang bertanggung jawab.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan:
  • Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya
  • Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai certificate of origin
  • Sertifikat Analisa Produk


  1. Penyimpanan
      Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan adalah memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menjaga ketersediaan dan memudahkan pencarian dan pengawasan. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut bentuk sediaan dan alfabetis dengan menerapkan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out). Penyusunan obat-obatan hendaklah berdasarkan susunan alphabet.
  1. Distribusi
      Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumahsakit, untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk pelayanan medis. Tujuan pendistribusian adalah tersedianya perbekalan farmasi di unit – unit pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis, dan jumlah.

Distribusi Perbekalan Farmasi
Salah satu tahap dalam proses penggunaan obat adalah penyampaian sediaan obat dari IFRS sampai kepada penderita untuk digunakan. Dalam farmasi komunitas (apotek), penyampaian obat itu dilakukan langsung dari apoteker/personel apotek kepada penderita atau keluarganya. di rumah sakit proses penyampaian itu dilakukan tidak secara langsung karena penderita berada di ruangan dan antara apoteker dan penderita masih ada perawat yang bertanggung jawab menerima dan mengonsumsikan obat itu. Proses penyampaian sediaan obat yang diminta dokter dari IFRS untuk penderita tertentu sampai ke daerah tempat penderita di rawat disebut pendistribusian obat. Pendistribusian obat adalah suatu proses penyerahan obat sejak setelah sediaan diserahkan oleh IFRS sampai dengan dihantarkan pada perawat, dokter, atau professional pelayanan kesehatan lain untuk diberikan kepada penderita.
Seperti telah diuraikan sebelumnya, IFRS bertanggung jawab pada penggunaan obat yang aman dan efektif di rumah sakit secara keseluruhan. Tanggung jawab konsumsi dan distribusi obat ke unit perawatan penderita. Oleh karena itu, system pendistribusian obat dari IFRS ke daerah perawatan penderita mencegah kesalahan atau kekeliruan, agar dapat terpenuhi persyaratan penyampaian obat yang baik, yaitu tepat penderita, tepat obat, tepat jadwal, tanggal, waktu dan metode pemberian, tepat informasi pada penderita dan tepat personel pemberi obat pada penderita. pendistribusian obat ini, melibatkan sejumlah prosedur, personel, fasilitas, termasuk alat, ruang penyimpanan, dan sebagainya. oleh karena itu, harus ada suatu system distribusi obat yang sesuai untuk penderita rawat tinggal di rumah sakit.

  1. Metode Sistem Pendistribusian Perbekalan Farmasi
Metode- metode yang digunakan dalam distribusi perbekalan farmasi juga dipilih berdasarkan hal berikut :
  1. Berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi
  2. Sentralisasi (apoteker tidak ada di ruang perawatan)
Metode sentralisasi merupakan suatu sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi farmasi sentral. Seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit pemakai, baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplai langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut.
  • Keuntungan Sentralisasi
  1. Semua resep dikaji langsung oleh apoteker, yang juga dapat memberi informasi kepada perawat berkaitan dengan obat pasien,
  2. Memberi kesempatan interaksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-pasien,
  3. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas persediaan,
  4. Mempermudah penagihan biaya pasien.

  • Permasalahan Sentralisasi
  1. Terjadinya delay time dalam proses penyiapan obat permintaan dan distribusi obat ke pasien yang cukup tinggi,
  2. Jumlah kebutuhan personel di Instalasi Farmasi Rumah Sakit meningkat,
  3. Farmasis kurang dapat melihat data riwayat pasien (patient records) dengan cepat,
  4. Terjadinya kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan pada waktu penyiapan komunikasi.
Sistem ini kurang sesuai untuk rumah sakit yang besar, misalnya kelas A dan B karena memiliki daerah pasien yang menyebar sehingga jarak antara Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan perawatan pasien sangat jauh.
  1. Desentralisasi (apoteker ada di ruang perawatan)
Metode desentralisasi merupakan suatu sistem pendistribusian perbekalan farmasi oleh cabang IFRS di dekat unit perawatan atau pelayanan. Cabang ini, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi ruangan tidak lagi dilayani oleh instalasi farmasi pusat pelayanan farmasi. Instalasi farmasi dalam hal ini bertanggung jawab terhadap efektifitas dan keamanan perbekalan farmasi yang ada di depo farmasi.
  • Keuntungan Desentralisasi
  1. Obat dapat segera tersedia untuk diberikan kepada pasien
  2. Pengendalian obat dan akuntabilitas semua baik
  3. Apoteker dapat berkomunikasi langsung dengan dokter dan perawat
  4. Sistem distribusi obat berorientasi pasien sangat berpeluang diterapkan untuk penyerahan obat kepada pasien melalui perawat
  5. Apoteker dapat mengkaji kartu pengobatan pasien dan dapat berbicara dengan penderita secara efisien
  6. Informasi obat dari apoteker segera tersedia bagi dokter dan perawat
  7. Waktu kerja perawat dalam distribusi dan penyiapan obat untuk digunakan pasien berkurang, karena tugas ini telah diambil alih oleh personel IFRS desentralisasi
  8. Spesialisasi terapi obat bagi apoteker dalam bidang perawatan pasien lebih efektif sebagai hasil pengalaman klinik terfokus
  9. Pelayanan klinik apoteker yang terspesialisasi dapat dikembangkan dan diberikan secara efisien, misalnya pengaturan suatu terapi obat penderita khusus yang diminta dokter, heparin dan antikoagulan oral, digoksin, aminofilin, aminoglikosida dan dukungan nutrisi
  10. Apoteker lebih mudah melakukan penelitian klinik dan studi usemen mutu terapi obat pasien.
  • Permasalahan Desentralisasi
  1. Semua apoteker klinik harus cakap sebagai penyedia untuk bekerja secara efektif dengan asisten apoteker dan teknisi lain.
  2. Apoteker biasanya bertanggungjawab untuk pelayanan, distribusi dan pelayanan klinik. Waktu yang mereka gunakan dalam kegiatan yang bukan distribusi obat tergantung pada ketersediaan asisten apoteker yang bermutu dan kemampuan teknisi tersebut untuk secara efektif mengorganisasikan waktu guna memenuhi tanggungjawab mereka.
  3. Pengendalian inventarisasi obat dalam IFRS keseluruhan lebih sulit karena likasi IFRS cabang yang banyak untuk obat yang sama, terutama untuk obat yang jarang ditulis.
  4. Komunikasi langsung dalam IFRS keseluruhan lebih sulit karena anggota staf berpraktek dalam lokasi fisik yang banyak.
  5. Lebih banyak alat yang diperlukan, misalnya acuan (pustaka) informasi obat, laminar air flow, lemari pendingin, rak obat, dan alat untuk meracik.
  6. Jumlah dan keakutan pasien menyebabkan beban kerja distribusi obat dapat melebihi kapasitas ruangan dan personal dalam unit IFRS desentralisasi yang kecil.
  7. Berdasarkan pendistribusian di gudang farmasi
  8. Internal (gudang ke Depo- Depo)
  9. Eksternal (gudang ke instalasi penunjang lainnya)
Ruang lingkup distribusi perbekalan farmasi
  • Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap
  • Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan
Sistem Distribusi untuk Pasien Rawat Inap
Jenis Sistem Distribusi Untuk Penderita Rawat Tinggal
  1. Sistem Resep Individu (Individual Prescription)
  2. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (Total Floor Stock)
  3. Sistem Kombinasi
  4. Sistem Unti Dosis (Unit Dose Dispensing)

  • Sistem Resep Individu (Individual Prescription)
Sistem distribusi obat resep individual merupakan sistem penyampaian obat kepada penderita secara individu sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter, setiap resep dikaji dan disiapkan oleh instalasi farmasi.
  • Dokter menuliskan resep,
  • Perawat menuliskan resep ini ke dalam profil pemberian obat dan menyampaikan permintaan obat ke intalasi farmasi.
  • Instalasi farmasi meracikkan obat tersebut untuk dua sampai lima hari atau sesuai dengan waktu yang tertera dalam resep.
  • Perawat menyimpannya dan memberikan obat tersebut kepada penderita setiap kali waktu pemberian obat

Keuntungan dan kerugian dari SDO R/ Induvidu
  • Keuntungan
  1. Semua resep dikaji langsung oleh Apt
  2. Memberi kesempatanberinterakasi antara dr.perawat, penderita
  3. Memungkinkan pengendalian yangdekat pada perbekalan di IFRS
  4. Mempermudah penagihanbiaya ke penderita
  • Kerugian
  1. Kemungkinan keterlambatan sediaan obat
  2. Jumlah kebutuhan personel IFRS meningkat
  3. Memerlukan jumlah perawat dan waktu perawat banyak untuk menyiapkan obat untuk penderita
  4. Terjadi kesalahan penyiapan obat karena kurang pemeriksaan
  • Sistem Unti Dosis (Unit Dose Dispensing) dan Once Daily Dose (ODD)
Distribusi obat dosis unit adalah tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dengan kerjasama dengan staf medik, perawat, pimpinan rumah sakit dan staf administratif. Maka diperlukan suatu panitia perencana untuk mengembangkan sistem ini yang sebaliknya dipimpin oleh tenaga farmasi yang menjelaskan tentang konsep sistem ini.
Sistem distribusi dosis unit merupakan metode dispensing dan pengendalian obat yang dikoordinasikan IFRS dalam rumah sakit. Sistem dosis unit dapat berbeda dalam bentuk, tergantung pada kebutuhan khusus rumah sakit. Dasar dari semua sistem dosis unit adalah obat dikandung dalam kemasan unit tunggal didispensing dalam bentuk siap digunakan; dan untuk kebanyakan obat tidak lebih dari 24 jam persediaan dosis, dihantarkan atau tersedia pada ruang perawatan pada setiap waktu.  alur SDO unit dosis yaitu Obat dikemas dalam unit tunggal, Dispensing dalam bentuk siap dikonsumsi, Kebanyakan obat disediakan tidak lebih dari 24 jam, Dihantarkan ke ruang penderita setiap waktu konsumsi, secara jelasnya alur distribusinya sebagai berikut :
  • dokter menuliskan resep,
  • kemudian perawat menuliskan resep ini ke dalam profil pengobatan penderita.
  • Apoteker dapat mendatangi ruang perawatan untuk melihat resep asli dan mencatat resep baru
  • Pada saat pemberian obat, perawat membawa kereta obat ke ruang perawatan, memeriksa identitas penderita dan mengambil obat yang diperlukan dari laci yang sesuai, membandingkann etiket dan yang tertulis pada resep sebelum membuka kemasannya dan memberikannya kepada penderita


Keuntungan dan Kerugian System Unit Dose
  • Keuntungan
  1. Penderita menerima pelayanan IFRS 24 jam sehari dan penderita membayar hanya obat yang dikonsumsi saja.
  2. Semua dosis yang diperlukan pada pada unit perawat telah disiapkan oleh IFRS Jadi perawat mempunyai waktu lebih banyak untuk perawatan langsung penderita.
  3. Adanya sistem pemeriksaan ganda dengan menginterpretasikan resep/ dokter dan membuat profil pengobatan penderita (p3) oleh apoteker dan perawat memeriksa obat yang disiapkan IFRS sebelum dikonsumsi. Dengan kata lain, sistem ini mengurangi kesalahan obat.
  4. Peniadaan duplikasi order obat yang berlebihan dan pengurangan pekerjaan menulis di unit perawatan dan IFRS.
  5. Pengurangan kerugian biaya obat yang tidak terbayar oleh penderita
  6. Penyiapan sediaan intravena dan rekonstitusi obat oleh IFRS
  7. Meningkatkan penggunaan personal professional dan nonprofessional yang lebih efisien.
  8. Mengurangi kehilangan pendapatan
  9. Menghemat ruangan di unit perawatan dengan meniadakan persediaan ruah obat-obatan.
  10. Meniadakan pencurian dan pemborosan obat.
  11. Memerlukan cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit secara keseluruhan sejak dari dokter menulis resep / order sampai penderita menerima dosis unit.
  12. Kemasan dosis unit secara tersendiri-sendiri diberi etiket dengan nama obat, kekuatan, nomor kendali dan kemasan tetap utuh sampai obat siap dikonsumsi pada penderita. Hal ini mengurangi kesempatan salah obat juga membantu daalam penelusuran kembali kemasan apabila terjadi penarikan obat.
  13. Sistem komunikasi pengorderan dan penghantaran obat bertambah baik.
  14. Apoteker dapat dating ke unit perawat/ ruang penderita untuk melakukan konsultasi obat, membantu memberikan masukan kepada tim, sebagai upaya yang diperlukan untuk perawatan yang lebih baik lagi.
  15. Pengurangan biaya total kegiatan yang berkaitan dengan obat.
  16. Pening katan pengendalian obat dan pemantauan penggunaan obat menyeluruh.
  17. Pengendalian yang lebih besar oleh apoteker atas pola beban kerja IFRS dan penjadwalan staf.
  18. Penyesuaian yang lebih besar untuk prosedur komputerisasi dan otomastisasi.
  • Kerugian
  1. Obat harus ada beberapa saat sebelum diberikan
  2. Membutuhkan tenaga kefarmasian yang banyak
Metode pengoperasian sistem distribusi dosis unit
  • Sentralisasi
    Dilakukan oleh IFRS sentral ke semua daerah perawatan penderita rawat tinggal di rumah sakit secara keseluruhan. Kemungkinan di rumah sakit tersebut hanya ada satu IFRS tanpa adanya cabang IFRS di beberapa daerah penderita.
  • Desentralisasi
    Dilakukan oleh beberapa cabang IFRS di rumah sakit. Pada dasarnya sistem ini sama dengan sistem distribusi obat persediaan lengkap diruangan, hanya saja sistem distribusi obat desentralisai ini dikelola seluruhnya oleh apoteker yang sama dengan pengelolaan dan pengendalian oleh IFRS sentral
  • Kombinasi Sentralisasi dan Desentralisasi
      Biasanya hanya dosis mula dan dosis keadaan darurat dilayani oleh cabang IFRS. Dosis selanjutnya dilayani oleh IFRS sentral. Semua pekerjaan tersentralisasi lain, seperti pengemasan dan pencampuran sediaan intravena juga dimulai dari IFRS sentral.
system distribusi harus menjamin
  1. Instruksi pengobatan dari dokter harus jelas
  2. Obat yang diberikan pada pasien tepat, dalam dosisi dan jumlah yang tepat
  3. Dikemas dalam kemasan yang menjamin mutu obat
Untuk system distribusi Once Daily Dose hampir sama dengan UDD hanya saja pengemasan obatnya bukan per unit dose tetapi pengemasannya untuk pemakaian per hari.
  • SDO Perlengkapan di Ruang (Floor stock)
Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang merupakan sistem penyampaian obat kepada penderita sesuai dengan order dokter yang obatnya disiapkan dan diambil oleh perawat dari persediaan obat yang disimpan di ruang
  • dokter menuliskan resep,
  • perawat menginterpretasikan resep tersebut dan mencatatnya ke buku profil pengobatan penderita.
  • Apoteker hanya menerima permintaan obat dari perawat, menyiapkan obat dalam bentuk dosis berganda, kemudian menyampaikan persediaan ruahan obat ke unit pelayanan penderita.
  • Perawat menyiapkan semua dosis pengobatan untuk diberikan kepada penderita termasuk pencampuran sediaan intravena.
Keuntungan dan kerugian
  • Keuntungan
  1. Obat yang diperlukan segera tersedia di ruang perawatan
  2. Tidak ada pengembalian obat yang terpakai, karena obat langsung diberikan ke penderita
  3. Pengurangan penyalinan kembali order obat
  4. Pengurangan jumlah personel IFRS
  • Kerugian
  1. Kesalahan penggunaan obat meningkat
  2. Perseidaan mutu obat tidak terkendali krn ditempatkana di ruang perawat
  3. Pencurian obat meningkat
  4. Kerusakan obat bertambah
  5. Penambahan modal unuk penyiapan ruang penyimpanan obat
  6. Diperlukan waktu yanng banyak untuk perawat dalam penanganan obat
  7. Meningkatkan kerugian karena obat sering rusak

  • SDO kombinasi R/individual dan Floor stock
Sistem distribusi obat kombinasi resep individual dan persediaan di ruang merupakan sistem penyampaian obat kepada penderita berdasarkan permintaan dokter yang obatnya sebagian disiapkan instalasi farmasi dan sebagian lagi disiapkan dari persediaan obat yang terdapat di ruang
  • dokter menuliskan resep,
  • interpretasi dilakukan baik oleh apoteker maupun perawat.
  • Apoteker menyiapkan obat dalam bentuk ruahan dan diserahkan ke unit pelayanan penderita, tetapi ada pula obat-obat yang disiapkan oleh instalasi farmasi untuk selanjutnya diserahkan kepada perawat.
  • Untuk obat yang terdapat di unit pelayanan penderita,  perawat akan menyiapkan semua dosis pengobatan untuk penderita
Keuntungan dan kerugian
  • Keuntungan
  1. R/ order dikaji oleh apoteker, juga ada kesempatan untuk interaksi dari perawat dan penderita
  2. Obat-obat penggunaan umum dapat langsung tersedia di Ruangan
  3. Beban IFRs berkurang, karena hanya melayani R/
  4. Kerugian
  5. Kemungkinan keterlambatan sediaan obat untuk sampai ke penderita
  6. Kesalahan obat dapat terjadi di persediaan ruangan
Sistem Distribusi Untuk Penderita Rawat Jalan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi diRumah Sakit, menyatakan bahwa sistem distribusi untuk pasien rawat jalan merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit yangdiselenggarakan secara sentralisasi atau desentralisasi dengan system resep perorangan oleh pelayanan farmasi rumah sakit.Sistem distribusi obat yang diterapkan bagi penderita rawat jalan adalah sistem distribusiobat resep individual, yaitu sistem penyampaian obat kepada penderita oleh instalasifarmasi meliputi penyiapan dan pemberian etiket sesuai dengan nama penderita dan obat diberikan sesuai dengan yang tertera pada resep yang ditujukan untuk penderita.

BAB III
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Distribusi perbekalan farmasi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumahsakit, untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk pelayanan medis. Tujuan pendistribusian adalah tersedianya perbekalan farmasi di unit – unit pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis, dan jumlah.
      Metode distribusi perbekalan farmasi Berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi terbagi atas : Sentralisasi (apoteker tidak ada di ruang perawatan) dan Desentralisasi (apoteker ada di ruang       perawatan).
      Berdasarkan pendistribusian di gudang farmasi : Internal (gudang ke Depo- Depo), Eksternal (gudang ke instalasi penunjang  lainnya).
      Jenis sistem distribusi untuk penderita rawat tinggal : Sistem Resep Individu (Individual Prescription), Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (Total Floor Stock), Sistem Kombinasi, Sistem Unti Dosis (Unit Dose Dispensing)

DAFTAR PUSTAKA
Siregar, C.J.P, Amalia, L. 2003. Farmasi Rumah Sakit. Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2002. Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) . Jakarta
http://kesehatan-dokter-kebidanan-farmasi.blogspot.com/2012/01/perencanaan-pengadaan-dan-distribusi.html  diakses pada tanggal 8 Oktober 2013

Makalah Ini dibuat oleh : 

  1. Dian permadani
  2. Nureva ramli
  3. Nurfaedah karim
  4. Ulmi fajri

Saraf Otonom dan Susunannya (Asetilkolin)

Sistem saraf otonom (SSO) terdiri dari sistem simpatis dan para simpatis. Susunan saraf simpatis disebut juga sebagai syaraf adrenegik karena bila dirangsang ujung sarafnya akan melepaskan adrenalin (na), sedangkan susunan saraf para simpatis disebut sebagai syaraf kolinergik karena bila dirangsang ujung sarafnya akan melepaskan asetilkolin (Ach).

Secara umum dapat dikatakan bahwa system simpatis dan parasimpatis memperlihatkan fungsi ang antagonistic. Bila satu menghambat suatu fungsi, maka yang lain memacu fungsi tersebut. Contohnya adalah midralisis terjadi dibawah pengaruh saraf simpatis, sedangkan miosis dibawah pengaruh parasimpatis.

Oragan tubuh umumnya dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis, dan tonus yang terlihat merupakan hasil perimbangan kedua system tersebut. Inhibisi salah satu system oleh obat maupun akibat denervasi menyebabkan aktivitas organ tersebut didominasi oleh system yang lain. Tidak semua organ terjadi antagonisme ini, kadang-kadang efeknya sama, misal pada air liur. Sekresi liur dirangsang baik oleh saraf simpatis maupun parasimpatis, tetapi secret yang dihasilkan berbeda kualitasnya; pada perangsangan simpatis liur kental sedangkan parasimpatis liur lebih encer.

Sesuai dengan uraian diatas maka penulis akan membahas lebih  lanjut tentang susunan saraf parasimpatis,asetilkolin serta reaksi kerja obat asetilkolin, farmakokinetik, farmakodinamik, Interaksi obat, pengkajian, perencanaan, serta evaluasi dan berbagai hal yang berkaitan dengan asetilkolin.
 
1.1 Obat yang bekerja pada saraf parasimpatis
Sistem saraf parasimpatis adalah bagian saraf otonom yang berpusat dibatang otak dan bagian kelangkang sum-sum belakang yang mempunyai dua reseptor terhadap reseptor muskarinik dan reseptor nikotik.

1.2   Obat-obat yang yang termasuk kelompok obat
  • Asetilkolin (Ach)
  • Fisostigmin (Eseri,Anticholium)
  • Neostigmin (Prostigmin)
  • Piridostigmin (Mestinon)
  • Distigminbromida (ubretid)

1.3 Farmakokinetik
Ester kolin kurang diserap dan didistribusi kedalam SSP dari saluran cerna (kurang aktif per oral),namun kepkaan nya untuk di hidrolisa oleh kolinestrase sangat berbeda.Asetilkolin sangat cepat dihidrolisa sehingga untuk mencapai efek yang memuaskan obat ini harus diberikan melalui infus secara IV dalam dosis besar.efek asetilkolin yang dibelikan dalam bentuk bolus besar IV diperoleh selama 5-20 detik,sedangkan suntikan IM dan SC hanya memberikan efek lokal. Metakolin lebih tahan 3 kali terhadap hidrolisa dan dapat memberikan efek sistemik walaupun diberikan secara SC.

1.4 Farmakodinamik
Aktifasi sistem saraf para simpatis memodifikasi fungsi organ melalui 2 mekanisme utama. Pertama, asetilkolin yang dilepas dari saraf para simpatis dapat mengaktifkan reseptor muskarinik pada organ efektor unuk mengubah fungsinya secara langsung. Kedua, asetilkolin yang dilepas dari saraf para simpatis dapat berinteraksi dengan reseptor muskarinik pada ujung saraf untukmenghambat pelepasan neurotransmiternya. Melalui mekanisme ini, asetilkolin yang dilepas dan kemungkinan, mensirkulasi agonis muskarinik secara tidak langsung mengubah fungsi organ dengan memodulasi efek para simpatis dan sistem saraf simpatis serta kemungkinan juga sistem nonkolinergik, dan adrenergik.

1.5 Efek samping
Dapat menimbulkan banyak keringat, ludah, nause, muntah dan diare, yang merupakan tanda naiknya tonus parasimpatikus.

1.6 Interaksi obat
Pemakain obat tidak dapat diberikan secara per-oral karena obat tersebut dihidrolisis oleh asam lambung, karena cara kerjanya terlalu singkat sehingga segera dihancurkan oleh asetilkolinestrase atau outirilkolinestrase.

PEMBAHASAN


2.1. Definisi
Asetilkolin (Ach), ester kolin dengan asam asetat yang merupakan neurotransmitter diberbagai sinaps dan akhiran saraf, sistem saraf simpatis, parasimpatis dan somatik. Neostigmin merupaka obat antikolinesterase yang bekerja menghambat hidrolisis asetilkolin dengan berkompetisi dengan asetilkolin untuk enzim asetilkolinesterase dalam transmisi kolinergik. Ia meningkatkan efek kolinergik dengan meningkatkan efek transmisi impuls melalui saraf neuromuskular. Obat ini juga mempunyai efek kolinomimetik langsung tehadap otot rangka dan kemungkinan terhadap sel dan neuron ganglion otonom susunan saraf pusat.   

2.2.Pengkajian
2.2.1 Indikasi
Untuk pengobatan simptomatik miastenia gravis. Manfaatnya yang paling besar adalah untuk terapi jangka panjang, dimana tidak terdapat kesulitan untuk menelan obat. Pada krisis miastenia akut, dimana timbul kesulitan untuk bernapas dan menelan, maka harus digunakan bentuk parenteral. Pasien dapat segera diganti obatnya dengan bentuk orl jika suadah dapat menelan.

2.2.2. Kontraindikasi
Dapat mengakibatkan insufisiensi jantung, angina pektoris, asma bronkus dan hipertireosis.

2.2.3. Bentuk sedian obat
Diperoleh sebagai bubuk kering dan dalam ampul berisi 200 mg.
Dosisnya: 10-100 mg melalui IV
 
2.2.4.  Diagnosis
  • Kelas terapi                       : Obat Kardiovaskular
  • Sub kelas terapi                 : Sistem saraf parasimpatis
  • Nama obat dagang             : 
    • Anti cholium,
    • Mistinon
    • Ubretid
  • Nama obat generiknya      : 
    • Fisotigmin
    • Neostigmin bromida
    • Piridostigmi bromida
    • Distigmin bromida.     

2.3. Perencanaan
2.3.1.  Mekanisme Kerja Obat
Asetilkolin bekerja terjadi akibat setelah terikat pada raseptornya, ketelapaan membrane sel terhadap ion natrium, kalium dan kalsium akan dipengaruhi. Pada otot polos, sel ganglion dan pada ujung plat motorik, asetilkolin meninggikan ketelapaan natrium jauh lebih besar daripada untuk kalium, akibatnya terjadi depolarosasi. Sebaliknya pada sel pacu jantung dijantung, ketelapaan kalium yang lebih ditingkatkan dan ini akan menyebabkan terjadinya hiperpolarisasi, dan akibatnya frekuensi jantung turun.

2.3.2. Efek terapi
Jantung                                       : Denyut diperlambat
Arteri koronari                           : Kontriksi
Pembuluh darah perifer             : Vasodilatasi
Tekanan darah                            : Turun
Bronkus                                      : Kontriksi
Kelenjar ludah                            : Sekresi bertambah
Kelenjar lakrimalis                     : Sekresi bertambah
Pupil mata                                  : Kontriksi
S.P.M                                         : Peristaltik bertambah
Kelenjar–kelenjar S.P.M            :  Sekresi bertambah
Kelenjar keringat                        : Ekserasi berkurang
2.3.3.      Efek samping
SSP                                      : Sakit kepala
Mata                                     : menyebabkan miosis
Kardiovaskuler                      : Dapat mengurangi tahanan vascular tepi dan mengubah denyut jantung
Respirasi                               : Dapat menimbulkan efek besar pada pasien    asma
Saluran cerna                        : Meningkatkan sekresi dan aktivitas motor usus
Saluran genitaurinariu            : Banyaknya miksi

2.4.            Pelaksanaan
2.4.1        Cara Pemberian Obat
Obat ini diberikan melalui infus secara IV dalam dosis besar. Efek asetilkolin yang diberikan dalam bentuk bolus besar IV diperoleh selama 5-20 detik, sedangkan suntikan IM dan SC hanya memberikan efek lokal. Metakolin lebih tahan 3 kali terhadap hidrolisa dan dapat memberikan efek sistemik walaupun diberikan secara SC

2.4.2.      Dosis Obat 
Dosis obat yang dibutuhkan untuk menghasilkan efek optimal berkisar antar 15-375mg sehari.untuk beberapa keadaan dosis, perlu ditingkatkan melebbihi dosis ini, tetapi kemungkinan menimbulnya krisis koliner-gik harus dipertimbangkan. Dosis rata-ratanya adalah 10 tablet (150mg) yang diberikan selama 24 jam. Interval waktu antara pemberian dosis sangat penting. Dosis perlu disesuaikan tiap pasien dan dilakukan perubahan jika perlu.

2.4.3.      Nasib obat (farmakokinetik)
Nasib obat dalam tubuh antara lain:
a.       Absorbsi: diabsorbsi lewat pembuluh darah
b.      Metabolisme bentuk: dimetabolisme oleh pembuluh darah
c.       Ekresi : diekresi oleh urine,keringat,dan air liur

2.4.4.      Interaksi obat
Beberapa antibiotik terutama neomisin, strepsomisin,dan kanamisin, mempunyai efek penghambat non-depolarisasi yang kecil tetapi definitif, sehingga meningkatkan efek penghambat neuromuskular. Antibiotik ini hanya boleh diberikan pada pasien miastenia gravis jika mempunyai indikasi definitif dan harus dilakukan penyesuaian dosis obat antikolenesterasenya. Anestetik lokal dan umum, antiaritmia dan obat lain yang dapat mempengaruhi teransmisi neuromuskular harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan miastenia gravis, sedangkan dosisnya mungkin perlu ditingkatkan.

2.4.5.      Evaluasi
o  Untuk mencegah terjadinya peningkatan pembuluh darah perifer
o  Untuk mencegah terjadinya penyakit iskemik.

KESIMPULAN
Sistem saraf parasimpatis adalah bagian saraf otonom yang berpusat dibatang otak dan bagian kelangkang sum-sum belakang yang mempunyai dua reseptor terhadap reseptor muskarinik dan reseptor nikotik.
susunan saraf para simpatis disebut sebagai syaraf kolinergik karena bila dirangsang ujung sarafnya akan melepaskan asetilkolin (Ach). Dan Efek asetilkolin ini adalah : Jantung: Denyut diperlambat, Arteri koronari: Kontriksi, Tekanan darah: Turun, Pupil mata: Kontriksi, S.P.M: Peristaltik bertambah.

DAFTAR PUSTAKA

•         Gunawan s, dkk. (2007). Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Gon
•         Katzung G, Betram. (1997). Farmakologi Dasar Dan Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC 
•         Mustchler E. (1991). Dinamika Obat. Bandung: ITB
•         Purwanto H, dkk. (2008). Data Obat Di Indonesia. Edisi 11. jakarta: PT Muliapurna jaya terbit
•         Syaifuddin B. (1996). Anatomi Fisiologi Untuk Anak Perawat. Jakarta: EGC
•         http://diajengdwi.blogspot.com/2009
•           http://www.scribd.com/2009

Farmakologi Anestesi Lokal (Prokain)

Obat bius local / anastesi local atau yang sering disebut pemati rasa adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan secara local pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Anastetika local atau zat-zat penghalang rasa setempat adlah obat yang pada penggunaan local merintangi secara reversible penerusan impuls-impuls saraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas atau dingin.

Obat bius local mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di selaput lender. Di samping itu anastesi local mengganggu fungsi semua organ dimana terjadi konduksi/transmisi dari beberapa impuls. Artinya anestesi local mempunyai efek yang penting terhadap SSP, ganglion otonom, cabang-cabang neuromuscular dan semua jaringan otot.

Sejak tahun 1892 dikembangkan pembuatan anastetika local secara sintesis dan yang pertama adalah prokain dan benzokain pada tahun 1905, yang disusul oleh banyak derivate lain seperti tetrakain, butakain, dan cinchokain. Kemudian muncul anastetika modern seperti lidokain (1947), mepivakain (1957), prilokain (1963), dan bupivakain (1967).

Sesuai dengan uraian di atas, maka penulis akan membahas lebih lanjut tentang jenis anastesi local yaitu prokain, serta reaksi kerja obat prokain, farmakokinetik, farmakodinamik, efek samping, interaksi obat, pengkajian, perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi dan berbagai hal lain yang berkaitan dengan prokain.

I.I  Judul kelompok obat

Di dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai anastesi local dimana jenis obat dari anastesi local yang akan di bahas adalah jenis obat yang dikenal dengan prokain. Juga akan dibahas mengenai farmakokinetik, farmakodinamik,efek samping , interaksi obat, pengkajian, serta pelaksanaannya.

1.2  Jenis obat-obat yang termasuk kelompok obat

Anastesi local dapat digolongkan secara kimiawi dalam beberapa kelompok sebagai berikut :

  1. Senyawa-ester (PABA) : kokain, benzokain,prokain, oksibuprokain, dan tetrakain ;
  2. Senyawa-amida : lidokain dan prilokain, mepivakain dan bupivakain, cinchokain, artikain, dan pramokain;
  3. Lainnya : fenol, benzilalkohol, cryofluo-ran, dan etilklorida.

Semua obat tersebut di atas adalah sintetis, kecuali kokain yang alamiah.

I.3  Farmakokinetik

Distribusi :
Semua anestesi local tidak baik diabsorpsi di saluran cerna setelah pemakaian secara oral, kecuali untuk kokain. Hampir semua anestesi local mengalami first-pass effect di hepar sehingga obat dimetabolisme menjadi metabolit inaktif. Anestesi local diabsorpsi dengan kecepatan yang berbeda pada membrane mukosa yang berbeda. Pada mukosa trakea, absorpsi yang terjadi hampir sama dengan pada pemberian secara intravena. Pada mukosa faring, absorpsi lebih lambat dan pada mukosa esophagus dan kandung kemih, absorpsi lebih lambat dari aplikasi topical faring. Sedangkan kecepatan absorpsi anestesi local pada pemberian secara parenteral, tergantung pada vaskularisasi tempat injeksi dan vasoaktivitas obat. Pemberian anestesi local secara intravena merupakan cara pemberian yang memungkinkan kadar obat dalam darah mempunyai level yang palng tinggi dalam waktu yang cepat.

Distribusi :
Ketika anestesi local masuk ke peredaran darah, mereka didistribusikan keseluruh jaringan tubuh.

Metabolisme :
Toksisitas tergantung pada keseimbangan absorpsi dengan metabolism, Senyawa ester hidrolisisnya di plasma dengan bantuan enzim pseudokolinesterase. Makin cepat keccepatan hidrolisis, makin kecil potensi toksisitas anestesi local.biotrasnformasi anestesi local amida lebih kompleks daripada golongan ester.
Organ metabolism lidokain, etidokain, bupivakain di hepar sedangkan prilokain, dimetabolisme di hepar dan paru-paru.

Ekskresi :
Organ utama proses ekskresi adalah ginjal. Fungsi ginjal yang sehat merupakan factor yang berperan penting pada proses ekskresi. Senyawa ester sejumalah besar dimetabolisme sehingga hanya sejumlah kecil yang tidak mengalami perubahan. Sedangakan senyawa amida karena lebih kompleks maka bentuk asalnya dapat ditemukan lebih besar di urin.

1.4  Farmakodinamik

Efek obat anestesi local :

  • Kegelisahan dan tremor
  • Kejang
  • Mempengaruhi transmisi disambungan saraf otot.
  • Kolaps kardiovaskuler
  • alergi


1.5  Efek samping

 Efek samping anestesi local adalah akibat dari efek depresi terhadap SSP dan efek kardiodepresifnya (menekan fungsi jantung) dengan gejala penghambatan pernafasan dan sirkulasi darah. Anestesi local dapat pula mengakibatkan reaksi hipersensitasi, yang seringkali berupa axantema, urticaria, dan bronchospasme alergis sampai adakalanya shock anafilaksis yang dapat mematikan. Yang terkenal dalam hal ini adalah zat-zat dari tipe-ester prokain dan tetrrakain, yang karena itu tidak digunakan lagi dalam sediaan local.
Reaksi hipersensitivitas tersebut diakibatkan oleh PABA (para-amino-benzoic acid), yang terbentuk melalui hidrolisa. PABA ini dapat meniadakan efek antibaktriil dari sulfoamida, yang berdasarkan antagonism persaingan dengan PABA.
Oleh karena itu, terapi dengan sulfa tidak boleh dikombinasi dengan penggunaan ester-ester tersebut.

1.6  Interaksi Obat

Pusat mekanisme kerjanya terletak di membran sel. Seperti juga alkohol dan barbital, anestetika lokal menghambat penerusan impuls dengan jalan menurunkan permeabilitas membran sel saraf untuk ion-natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini disebabkan adanya persaingan dengan ion-ion kalsium yang berada berdekatan dengan saluran-saluran natrium di membran sel saraf. Pada waktu bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat Iaun meningkat, sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara reversible.

BAB II - PEMBAHASAN



2.1  Defenisi
Prokain adalah ester aminobenzoat untuk infiltrasi, blok, spinal, epidural, merupakan obat standart untuk perbandingan potensi dan toksisitas terhadap jenis obat-obat anestetik local lain.

2.2  Pengkajian
2.2.1.  Indikasi
Diberikan intarvena untuk pengobatan aritmia selama anestesi umum, bedah jantung, atau induced hypothermia.


2.2.2.  Kontraindikasi
Pemberian intarvena merupakan kontraindikasi untuk penderita miastemia gravis karena prokain menghasilkan derajat blok neuromuskuler. Dan prokain juga tidak boleh diberikan bersama-sama dengan sulfonamide.

2.2.3. Bentuk sediaan obat
Sediaan suntik prokain terdapat dalam kadar 1-2% dengan atau tanpa epinefrin untuk anesthesia infiltrasi dan blockade saraf dan 5-20% untuk anestesi spinal.sedangkan larutan 0,1-0,2 % dalam garam faali disediakan untuk infuse IV. Untuk anestesi kaudal yang terus menerus, dosis awal ialah 30 mlnlarutan prokain 1,5%.

2.2.4. Diagnosis

  • Kelas therapy : obat anastesi
  • Sub kelas therapy : anestesi local
  • Nama obat dagang : novokain,etokain, gerovital
  • Nama obat generic : prokain
  • Rumus bangun :     
              
2.3. Perencanaan
2.3.1. Mekanisme kerja obat

  • Pemberian prokain dengan anestesi infiltrasi maximum dosis 400 mg dengan durasi 30-50, dosis 800 mg, durasi 30-45
  • Pemberian dengan anestesi epidural dosis 300-900, durasi 30-90, onset 5-15 mn
  • Pemberian dengan anestesi spinal : preparatic 10%, durasi 30-45 menit.


2.3.2. Efek therapy
Pada penyuntikan prokain dengan dosis 100-800 mg, terjadi analgesia umum ringan yang derajatnya berbanding lurus dengan dosis. Efek maksimal berlangsung 10-20 menit, dan menghilang sesudah 60 menit. Efek ini mungkin merupakan efek sentral, atau mungkin efek dari dietilaminoetanol yaitu hasil hidrolisis prokain.

2.3.3. Efek samping
Efek samping yang serius adalah hipersensitasi,yang kadang-kadang pada dosis rendah sudah dapat mengakibatkan kolaps dan kematian. Efek samping yang harus dipertimbangkan pula adalah reaksi alergi terhadap kombinasi prokain penisilin. Berlainan dengan kokain, zat ini tidak mengakibatkan adikasi.

2.4. Pelaksanaaan

2.4.1. Cara pemberian obat.
Cara pemberian obat bius prokain deberikan secara injeksi interavena pada atau sekitar jaringan yang akan di anestesi, sehingga mengakibatkan hilangnya rasa di kulit dan di jaringan yang terletak lebih dalam, misalnya: pada praktek THT atau pencabutan gigi.

2.4.2. Dosis pemberian obat

  • Dosis 15 mg/kgbb. Untuk infiltrasi : larutan 0,25-0,5 dosis maksimum 1000 mg. onset : 2-5 menit, durasi 30-60 menit. Bisa ditambah adrenalin (1 : 100.000).
  • Dosis untuk blok epidural (maksimum) 25 ml larutan 1,5%.
  • Untuk kaudal : 25 ml larutan 1,5%.
  • Spinal analgesia 50-200 mg tergantung efek yang di kehendaki, lamanya 1 jam.

2.4.3. Nasib obat (farmakokinetik)
Absorpsi berlangsung cepat dari tempat suntikan dan untuk memperlambat absorpsi perlu ditambahkan vasokonstriktor. Sesudah diabsorpsi, prokain cepat dihidrolisis oleh esterase dalam plasma menjadi PABA dan dietilaminoetanol. PABA diekskresi dalam urine, kira-kira 80% dalam bentuk utuh dan bentuk konjugasi. 30% dietilaminoetanol ditemukan dalam urine, dan selebihnya mengalami degradasi lebih lanjut.

2.4.4. Interaksi obat
ü  Prokain dan anestetik local lain dalam badan dihidrolisis menjadi PABA(para amino benzoic acid), yang dapat menghambat daya kerja sulfonamide. Oleh karena itu sebaiknya prokian dan asnestetik local lain tidak diberikan bersamaan dengan terapi sulfonamide.
ü  Prokain dapat membentuk garam atau konjugat dengan obat lain sehingga memperpanjang masa kerja obat tesebut. Misalnya garam prokain penisilin dan prokain heparin.

2.5. Evaluasi
Sebagai anestetik local, prokain pernah digunakan untuk anesthesia infiltrasi, anesthesia blok sararf, anesthesia spinal, anesthesia epidural dan anesthesia kaudal. Namun karena potensinya rendah, mula kerja lambat serta masa kerjanya pendek, maka penggunaannya sekarang ini hanya terbatas untuk anesthesia blok saraf.
Di dalam tubuh,prokain akan dihidrolisis menjadi PABA, yang dapat menghambat kerja sulfonamide.

BAB III - KESIMPULAN



Anestesi lokal atau yang sering disebut pemati rasa adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Anestesi lokal bekerja pada tiap bagian susunan saraf dengan cara merintangi secara bolak- balik penerusan impuls-impuls saraf ke Susunan Saraf Pusat (SSP) dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas atau rasa dingin. 

Anestesi lokal mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di selaput lendir. Disamping itu, anestesia lokal mengganggu fungsi semua organ dimana terjadi konduksi/transmisi dari beberapa impuls. Artinya, anestesi lokal mempunyai efek yang penting terhadap SSP, ganglia otonom, cabang-cabang neuromuskular dan semua jaringan otot.
Anastesi local dapat digolongkan secara kimiawi dalam beberapa kelompok sebagai berikut :

  1. Senyawa-ester (PABA) : kokain, benzokain,prokain, oksibuprokain, dan tetrakain ;
  2. Senyawa-amida : lidokain dan prilokain, mepivakain dan bupivakain, cinchokain, artikain, dan pramokain;
  3. Lainnya : fenol, benzilalkohol, cryofluo-ran, dan etilklorida.

Semua obat tersebut di atas adalah sintetis, kecuali kokain yang alamiah.
Prokain adalah ester aminobenzoat untuk infiltrasi, blok, spinal, epidural, merupakan obat standart untuk perbandingan potensi dan toksisitas terhadap jenis obat-obat anestetik local lain.
Diberikan intarvena untuk pengobatan aritmia selama anestesi umum, bedah jantung, atau induced hypothermia.

Pemberian intarvena merupakan kontraindikasi untuk penderita miastemia gravis karena prokain menghasilkan derajat blok neuromuskuler. Dan prokain juga tidak boleh diberikan bersama-sama dengan sulfonamide.

Sediaan suntik prokain terdapat dalam kadar 1-2% dengan atau tanpa epinefrin untuk anesthesia infiltrasi dan blockade saraf dan 5-20% untuk anestesi spinal.sedangkan larutan 0,1-0,2 % dalam garam faali disediakan untuk infuse IV. Untuk anestesi kaudal yang terus menerus, dosis awal ialah 30 mlnlarutan prokain 1,5%.

 



DAFTAR PUSTAKA

Mardjono,Mahar.(1995).Farmakologi dan Terapi Edisi 4,Jakarta,Gaya Baru.
Mardjono, Mahar.(2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Jakarta, Gaya Baru.
www.scirbd.com/anestesi-lokal.
www.gudangmateri.com/2010/03/farmakologi.

 

Makalah Kualitas Air

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya tidak ada air di bumi. Namun, air dapat menjadi malapetaka jika tersedia dalam kondisi yang tidak benar, baik kualitas maupun kuantitas airnya. Air yang bersih sangat dibutuhkan manusia, baik untuk keperluan sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, dan sebagainya.

Di zaman sekarang, air menjadi masalah yang memerlukan perhatian serius. Untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standar terntentu sudah cukup sulit untuk di dapatkan. Hal ini dikarenakan air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga menyebabkan kualitas air menurun, begitupun dengan kuantitasnya.

Sebelumnya telah terjadi banyak pencemaran air, seperti di Teluk Jakarta yang berakibat bagi para petambak. Bukan hanya beberapa spesies ikan yang hilang, tetapi udang dan bandeng juga banyak yang mati. Secara kimiawi, pencemaran yang terjadi di Teluk Jakarta termasuk cukup parah. Sehingga indicator pencemar seperti kerang hijau terlah berkembang secara pesat. Selain itu, penggunaan pestisida yang berlebihan dan berlangsung lama juga akan berakibat terjadinya pencemaran air. Seperti yang terjadi di NTB, dimana terjadi pencemaran air akibat penggunaan pestisida yang berlebihan dalam waktu yang lama.

Krisis air juga terjadi di hampir semua Pulau Jawa dan sebagian Sumatera, terutama kota-kota besar baik akibat pencemaran limbah cair industri, rumah tangga maupun pertanian. Selain merosotnya kualitas air akibat pencemaran, krisis air juga terjadi dari kurangnya ketersediaan air dan terjadinya erosi akibat pembabatan hutan di hulu serta perubahan pemanfaatan lahan di hulu dan hilir.
Pencemaran air yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, seperti beberapa contoh di atas, telah mengakibatkan terjadinya krisis air bersih. Lemahnya pengawasan pemerintah serta keengganan untuk melakukan penegakan hukum secara benar menjadikan problem pencemaran air menjadi hal yang kronis yang makin lama makin parah.

BAB II
PEMBAHASAN

Air menjadi kebutuhan pokok bagi makhluk hidup. Dengan adanya air, semua makhluk hidup dapat mempertahankan hidupnya. Cobalah rasakan, seandainya dalam satu hari saja kamu tidak minum, apa yang terjadi? Ya, kamu akan merasa haus dan mungkin kekurangan cairan tubuh. Seperti manusia, hewan dan tumbuhan juga akan terganggu metabolismenya jika kekurangan air. Keberadaan air di Bumi sangat penting bagi kehidupan. Air terdapat di permukaan Bumi, di dalam tanah, dan di udara. Wujud air tidak hanya cair, tetapi dapat ] berwujud padat (es) dan uap air. Air di Bumi selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain dan dari bentuk satu ke bentuk lain. Peredaran air di Bumi yang disebut siklus hidrologi berlangsung terus-menerus.

Jumlah air di bumi tidak bertambah dan tidak berkurang, namun wujud dan tempatnya sering mengalami perubahan. Perubahan wujud air (padat, cair, dan gas) membentuk suatu siklus atau daur yang disebut siklus hidrologi seperri di atas. Air adalah esensial untuk kehidupan. Kebutuhan air tidak saja menyangkut kuantitas, melainkan juga kualitas. Jimlah air yang tersedia sangat berkaitan dengan iklim, terutama curah hujan. Air juga berkaitan dengan hutan, baik kuantitasnya maupun kualitasnya. Faktor penting lain yang mempunyai pengaruh besar pada kuantitas dan kualitas air yang tersedia ialah kegiatan manusia.

A. Sumber Air

Secara keseluruhan, air yang terdapat dipermukaan bumi membentuk sebuah lingkaran (siklus) air. Air di lautan, sungai, sumur, danau dan waduk akan menguap menjadi uap air. Titik uap akan bergerombol membentuk awan. Kandungan uap di awan akan terkondensasi menjadi butiran-butirn air hujan. Selanjutnya hujan membasahi permukaan bumi dan meresap menjadi air tanah sehingga membentuk mata air, sumur, danau ataupun mengalir melewati sungai menuju lautan. Siklus air tersebut akan berputar terus menerus
Sumber air secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:

  • Air Laut memiliki rasa asin karena mengandung senyawa garam murni (NaCl) yang cukup tinggi, kadar garam murni sekitar 3% dari jumlah total keseluruhan air laut. Saat ini teknologi yang dapat merubah air laut menjadi air tawar yang layak dikonsumsi masih teknologi tinggi yaitu dengan filterisasi dan destilasi dimana proses ini memerlukan energi yang besar sehingga hanya negeri kaya dan maju yang baru bisa mengaplikasikan teknologi penjernihan air laut.
  • Air Hujan merupakan hasil proses penguapan (evaporasi) air di permukaan bumi akibat pemanasan oleh sinar matahari. Dalam keadaan ideal (tanpa pencemaran air) air hujan merupakan air bersih dan dapat langsung dikonsumsi manusia. Namun pada saat evaporasi berlangsung air yang menguap sudah tercemar, dan air hujan yang turun juga tercemar oleh polusi udara (industry, otomotif dll) akhirnya air hujan tidak lagi mempunyai pH normal lagi melainkan bersifat asam.
  • Air Permukaan adalah semua air yang terdapat di permukaan tanah, antara lain sumur, sungai, rawa dan danau. Air permukaan berasal dari air hujan yang meresap dan membentuk mata air di gunung atau hutan, kemudian mengalir di permukaan bumi dan membentuk sungai atau mengumpul di tempat cekung yang membentuk danau ataupun rawa.
  • Air tanah Menurut definisi undang-undang sumber daya air, air tanah merupakan air yang terdapat didalam tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Air tanah memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi, sifat dan kandungan mineral air tanah dipengaruhi oleh lapisan tanah yang dilaluinya. Kandungan mineral air tanah antara lain Na, Mg, Ca, Fe, dan O2.
    Air tanah digolongkan menjadi tiga, yaitu air tanah dangkal (kurang lebih 15 meter di bawah permukaan tanah, air tanah dalam (100-300 meter di bawah permukaan tanah) dan mata air ( mata air merupakan air tanah yang keluar langsung dari permukaan tanah, mata air memiliki kualitas hampir sama dengan kualitas air tanah dalam/dangkal).


B. Persyaratan Fisika

Secara fisika, kualitas air dapat diketahui dengan menggunakan indera penglihatan, perasa, penciuman, dan mencicipi untuk mengetahui rasa, kekeruhan, warna dan bau.
Standar uji fisika antara lain:
  • Kekeruhan
    Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh. Batas minimal kekeruhan air layak minum menurut Permenkes adalah 5 skala NTU. Kekeruhan air disebabkan oleh partikel-partikel yang tersuspensi dalam air.
  • Tidak berbau dan tidak berasa
    Air yang mempunyai kualitas baik adalah tidak berbau dan tidak berasa. Bau dan rasa dapat dirasakan langsung oleh indra penciuman dan indra perasa. Air yang mempunyai bau dan berasa mengindikasikan ada terjadi proses dekomposisi bahan-bahan organik oleh mikroorganisme dalam air, disebabkan oleh senyawa fenol yang terdapat dalam air atau penyebab lainnya yang menyebabkan air tidak layak untuk dikonsumsi
  • Jumlah padatan terapungPerlu diperhatikan air yang baik dan layak diminum tidak mengandung padatan terapung dalam jumlah yang melebihi batas maksimal yang diperbolehkan (1.000 mg/l).
  • Suhu Normal Air yang baik mempunyai temperatur normal, kurang lebih 30 dari suhu kamar (270C). Suhu air yang melebihi batas normal menunjukan indikasi terdapat bahan kimia yang terlarut dalam jumlah yang cukup besar atau sedang terjadi proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme.
  • WarnaWarna pada air dapat disebabkan oleh macam-mcam bahan kimia atau organic. Air yang layak dikonsumsi harus jernih dan tidak berwarna. Permenkes menyatakan bahwa batas maksimal warna air yang layak untuk diminum adalah 15 skala TCU.

C. Persyaratan Kimia

Uji Analisa kualitas air secara kimia sederhana ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan kimia dalam sampel air . Dengan mata telanjang tidak dapat diketahui keberadan zat kimianya. Namun ini bisa dilakukan dengan uji sederhana yaitu membuat teh menggunakan sampel air yang akan diuji.

Teh disini berfungsi sebagai penunjuk saja, jika sampel yang diuji mengalami perubahan warna, lendir atau terdapat minyak pada lapisan atas, maka air tersebut mengandung bahan kimiawi. Semakin cepat perubahan yang terjadi maka semakin tinggi pula kandungan kimia yang ada pada sampel tersebut.

Bila perubahannya lambat atau baru berubah setelah pengamatan satu malam, kandungan kimiawinya lebih sedikit, namun tetap air itu kurang baik dikonsumsi. Air yang mengandung tingkat kesadahan dan kandungan logam tinggi dapat terlihat bila air teh berubah menjadi hitam, ungu atau biru.
Standar baku kimia air layak minum meliputi:
  • Derajat keasaman (pH)
    Kualitas air yang baik/netral berada di rentang pH 7. Air dengan pH di bawah 7 dikatakan asam dan diatas 7 dikatakan basa.
  • Kandungan bahan kimia organic
    Air yang baik memiliki kandungan bahan kimia organik dalam jumlah yang tidak melebihi batas yang ditetapkan. Dalam jumlah tertentu tubuh membutuhkan bahan kimia organik namun apabila melebih batas akan menimbulkan gangguan pada tubuh. Hal itu terjadi Karena bahan kimia organic yang melebihi batas akan terurai dan menimbulkan gangguan pada tubuh. Bahan kimia organic tersebut antara lain seperti: NH4, H2S, SO-42-, dan NO3-
  • Kandungan Bahan kimi anorganik
    Bahan-bahan kimia yang termasuk dalam bahan kimia anorganik antara lain garam dan ion-ion logam (Fe, Al, Cr, Mg, Ca, Cl, K, Pb, Hg, Zn).
  • Tingkat kesadahan rendah
    Derajat kesadahan (CaCO3) maksimum air yang layak minum adalah 500 mg per liter.

D. Kuantitas Air

Di Indonesia yang memiliki curah hujan persatuan luas tertinggi ialah Papua dan terendah ialah Nusa Tenggara. Tempat dengan curah hujan terendah ialah Palu di Sulawesi Tengah. Curah hujan pada umumnya tidak terbagi rata sepanjang tahun, yaitu ada musim hujan dan musim kemarau. Karena itu pasokan air tidak merata, yaitu banyak pada musim hujan dan sedikit pada musim kemarau.

Kauantitas air yang tersedia dipengaruh oleh hutan. Tajuk hutan menangkap air hujan sehingga hanya sebagian dari air hujan yang sampai ke tanah dan meresap ke dalamnya. Dinyatakan dalam pesen curah hujan, makin kecil curah hujannya makin besar yang tertangkap. Pada hujan rintik-rintik hamper 100% curah hujan tertangkap oleh tajuk. Oleh karena itu orang suka berteduh di bawah pohon. Makin tertutup tajuk hutan, makin besar pula persen hujan yang tertangkap. Air hujan yang tertangkap oleh tajuk menguap lagi. Pohon-pohonan yang menyerap air tanah dan menyangkut ke semua bagian tubuh. Air yang diserap itu menguap dari tubuh tumbuhan, terutama dari daun yang mempunyai luas total yang besar. Proses penguapan dari tubuh tumbuhan disebut transpirasi. Kombinasi dari proses penguapan dan transpirasidisebut evapotranspirasi. Karena evapotranspirasi ini jumlah air yang tesedia untuk manusia berkurang. Karena itu hutan sebenarnya bukan menambah, melainkan mengurangi air yang tesedia.

Para peladang berpindah mengetahui hal ini. Mereka membuka hutan perladangannya pada akhir musim hujan dan menggunakan biomassa hutan yang ditebang untuk menutupi permukaan tanah. Dengan demikian air tanah yang hilang karena penguapan dari permukaan tanah dan proses evapotranspirasi hutan dalam musim kemarau berkurang. Selama musim kemarau biomassa yang tersebar diladang mengering. Pada akhir musim kemarau biomassa yang kering dibakar untuk melepaskan mineral yang terkandung di dalamnya. Mineral yang terlepas itu menjadi pupuk tanamannya. Praktik ini sering disebut kearifan ekologi tradisional.

Pada lain pihak hutan dengan sersah di lantainya menggemburkan tanah sehingga memperbesar laju peresapan air ke dalam tanah. Efeknya dua, yaitu pertama, memperbesar suplesi tanah dan kedua, mengurangi laju air larian, yaitu air yang mengalir di permukaan tanah. Dengan demikian persebaran air tanah dalam musim kemarau bertambah dan bahaya banjir dalam musim hujan berkurang.
Uraian singkat di atas menunjukan bahwa hutan mempunyai dua efek yang berlawanan. Kedua efek itu harus kita perhitungkan. Persepsi orang bahwa hutan menambah air benar juga, yaitu yang ditambah ialah suplesi air tanah. Selama suplesi air tanah lebih besar daripada evapotranpirasi, hutan itu menguntungksn. Persediaan air dalam musim kemarau bertambah. Mata air tidak banyak yang mongering sehingga fluktuasi air dalam musim hujan dan musim kemarau tidak besar. Jadi hutan harus kita pelihara. Namun seyogianya proses evapotranpirasi yang mengurangi persediaan air juga diperhitungkan. Ini pentung dalam program reboisasi dan pe nghijauan, terutama di daerah ringkai (arid) dan semi ringkai, misalnya Nusa Tenggara, gar tida memperparah kekurangan air. Ini dapat dilakukan dengan memilih jenis yang mempunyai laj u evapotranspirasi yang rendah. Sebagai pedoman umum ialah jenis asli yang telah menyesuaikan diri dengan keadaan ringkai. Cara lain ialah dengan memangkas tajuk pada musim kemarau, misalnya untuk menggunakan hijauannya sebagai pakan ternak dan kayunya sebagai kayu bakar atau bahan kerajinana tangan. 

Jika luas hutan berkurang, laju resapan air ke dalam tanah menurun, laju air larian naik dan bahaya banjir meningkat. Dalam hal ini bertambahnya air karena berkurangnya luas hutan adalah merugikan. Untuk apa airnya bertambah, jika pertambahan itu berupa banjir. Laju air larian makin besar, jika hutan dikonversi menjedi bangunan fisik, seperti pemukiman, gedung dan jalan. Misalnya, perkiraan kasar konversi hutan belukar dan vegetasi lainnya di Puncak menjadi lahan pemukiman peristirahatan, meningkatnya volume air larian dari 5% curah hujan menjadi 40%. Dengan curah hujan 3000 mm/tahun, kenaikan volume air larian itu ialah 10.500 m³/ha/tahun yang setara dengan 2.100 truk tangki minyak berkapasitas 5.000 liter. Dengan mudah kita dapat menghitung jumlah total tambahan air larian dengan mengalikannya dengn luas belukar dan vegetasi lainnya yang dikonversi menjadi daerah pemukiman. Kenaikan volume air larian ini menjadi tambahan volume banjir kiriman ke Jakarta. Di Jakarta sendiri dilakukan pembangunan yang mengurangi peresapan air hujan, seperti pembuatan dan pelebaran jalan, tempat parker, pembangunan gedung dan perumahan, yang banyak dilakukan di jalur hijau dan taman. Pembangunan ini memperbesar volume airlarian kira-kira dari 20% menjadi 95% curah hujan. Dengan curah hujan 1.700 mm/tahun tambahan volume air larian itu ialah 12.750 m³/ha/tahun yang setara dengan 2.550 truk tangki minyak berkapasitas 5.000 liter. Dengan menginventarisasi luas perubahan tataguna lahan di Puncak dan Jakarta dapatlah dihitung perkiraan tambahan volume air larian. Perhitungan kasar ini menberikan gambaran mengapa kerentanan Jakarta terdadap banjir meningkat. Kerentanan itu meningkat lagi karena terjadinya penyempitan dan pendangkalan sungai, tersumbatnya selokan oleh sampah, keamblesan tanah, konservasi rawa dan situ menjadi tempat bangunan dan air pasang laut.

Contoh lain ialah Bandung. Karena letak geografisnya di cekungan dataran tinggi, secara alamiah  Bandung memang rentan terhadap banjir, terutama Bandung Selatan. Pegunungan yang mengeliingi Bandung, yaitu Burangrang dan Tangkuban perahu di utara, Malangyang di timur serta Malabar dan Patuha di selatan mempunyai curah hujan yang tinggi, yaitu anatara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun. Daerah pegunungan daerah curah hujan yang tinggi itu jaraknya dekat dari Bandung sehingga air hujan dengan cepat mencapai Bandung. Sementara itu Citarum di selatan Bandung yang mengalir di dasar cekungan dari timur ke barat mempunyai alur yang amat landai dan mengalami pendangkalan karena laju erosi yang tinggi di DAS hulunya sehingga pembuangan air tidak dapat terjadi dengan cepat. Penyusutan luas hutan dan vegetasi lain, bertambahnya daerah pemukiman di daerah Bandung, berkurangnya luass taman dan jalur hijau di Bandung serta tersumbatnya selokan-selokan oleh sampah menambah kerentanan Bandung terhadap banjir. Tak heranlah setiap ada hujan selalu ada banjir di Bandung Timur dan Bandung Selatan dan/atau di dalam kota.

Di seluruh Indonesia dalam musim hujan banjir telah menjadi kejadian rutin. Pada akhir tahun 2000 dan permulaan tahun 2001 telah terjadi banjir besardi abnyak tempat, antara lain, di Jawa Tengah, Sumatera Barat, Aceh, Minahasa, dan juga Jakarta. Banjir dalam musim hujan secara teratur bergantian dengan kekurangan air dalam musim kemarau.

Menurut Bank Dunia tanpa perbaikan efisiensi deficit air irigasi di Jawa pada tahun kering ialah 22 milyar m³/tahun. Unit Manajemen Leuser (UML) melaporkan dalam musim kemarau 1999 sembilan sungai di kawasan Gunung Leuser mengering dan lebih dari 10.000 ha sawah di Aceh Tenggara dan Aceh Selatan mengalami kekeringan. Berdasarkan sigi UML di kawasan Gunung Leuser ketersediaan air dalam tahun 1997/98 telah berkurang dengan 30-40% dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu. Di Jawa pun persawahan yang umumnya mempunyai prasarana irigasi yang baikjuga meengurangi kekurangan air, misalnya di Blora dan Rembang. Di Sumatera Barat 17.900 ha sawah kekeringan.
Kesulitan kekurangan air dipengaruhi dengan adanya penyedotan air tanah yang meningkat dengan tajam di banyak tempat, baik untuk keperluan rumah tangga maupun untuk industri. Di Surabaya dan sekitarnya, misalnya, ekploitasi air tanah 1995 sampai 1997 meningkat hamper dua kali dari 26,6 juta m³ menjadi 49,4 juta. Deflasi air tanah ini melebihi suplesi yang telah menurun karena berkurangnya peresapan air ke dalam tanah sehingga permukaan air tanah menurun. Di Jakarta permukaan air tanah turun rata- rata antara 0,5 – 3 m pertahun. Tekanan air tanah yang semula rata-rata antara 5 – 10 m di atas muka laut, sejak tahun 1960 menjadi negatif. Hal yang serupa terjadi di Dayeuhkolot, Bandung. Tekanan air tanah yang semula positif setelah tahun1970 menurun dengan drastis dan mencapai tekanan -50 m. diperkirakan laju penurunan permukaan air tanah berkisar antara 0,25 m/tahun dan 8,00 m/tahun sehingga hasil sumur bor PAM berkurang dari 0.10 juta m³/tahun dalam tahun 1970 menjadi 0,03 m³/tahun dalam tahun 1995. Penduduk yang mengandalkan sumur sebagai sumber airnya pun dalam musim kemarau mengalami kesulitan air. Ironinya, penduduk yang termasuk lapisan masyarakat tak berada ini harus membeli air bersih dengan harga mahal, sementara pabrik dan hotel yang menyedot air yang berlebihan daan kelompok penduduk lapisan menegah dan atas yang mendapatkan pelayanan PAM dapat menikmatik air bersih dengan biaya murah. Terjadi pula konplik perebutan air antara rakyat dengan PAM. Rakyar menuduh bahwa PAM telah menyedot air mereka sehingga mereka kekurangan air, misalnya di Sukabumi.

Di daerah pantaideplesi air tanah menyebabakan air laut merembes ke dalam akifer. Di Grogol, Jakarta, air tanah pada kedalaman 150 m daya hantar listriknya naik dari 15.300 μmhos/cm dalam tahun 1991 menjadi 20.500 μmhos/cm dalam tahun 1994. Dampak lainnya ialah dapat terjadinya keamblasan tanah. Di Jakarta laju keamblesan bervariasi antara 2,3 sampai 34,0 cm/tahun dengan laju terkecil di jalan Thamrin dan terbesar di Penjaringan. Keamblesan tanah mempertinggi kerentanan terhadap banjir dan dapat membahayakan keamanan bangunan.

Sebuah aspek penting hubungan hutan dengan air yang belum mendapat perhatian kita ialah hubungannya dengan perubahan pola curah hujan. Proses evapotranspirasi meningkatkan kadar uap air daam udara yang menjadi sumber hujan. Terjadilah daur hujan → penyerapan air oleh hutan →evapotranspirasi → hutan. Penelitian di AS Sungai Amazon, Brazil, dengan menggunakan perunut air berat (heavy water) menunjukan air hujan yang turun di dareah hulu Sungai Amazon berasal dari Laut Atlantik. Mekanismenya melalui daur seperti tersebut di atas. Daur ini terbawa oleh angin dan bergerak dari daerah pantai Laut Atlantik ke pedalaman sehingga hujan di daerah pedalaman DAS hulu Sungai Amazon berasal dari Laut Atlantik. Karena dur yang bergerak ini DAS Hulu Amazon ke asalnya melalui aliran sungai Amazon. Dengan demikian hutan mempunyai fungsi ekologi yang sangat penting untuk “mengangkut” air Laut Atlantik ke pedalaman. Para pakar berspekulasi, apabila terjadi penggundulan hutan yang luas, teransfer Laut Atlantik ke DAS hulu Sungai Amazon akan terputus dan akan akan terjdi resiko berubahnya daerah pedalaman yang basah menjadi daerah yang ringkai. Jika teori ni benar, kita menghadapi resiko bahwa penggundulan hutan yang luas di Kalimantan akan menurunkan curah hujan di pedalaman Kalimantan.


E. Kualitas Air

Pada hakikatnya antara aktivitas manusia dan timbulnya pencemaran terdapat hubungan melingkar berbentuk siklus. Agar dapat hidup dengan baik manusia beradaptasi dengan lingkungannya dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia mengembangkan teknologi. Akibat sampingan dari pengembangan teknologi adalah bahan pencemar yang menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan ini merupakan stimulus agar manusia menyesuaikan diri terhadap lingkungan

Air yang kita gunakan harus memenuhi kualitas sesuai dengan peruntukannya. Masing-masing peruntukan mempunyai baku mutunya. Baku mutu untuk air minum lebih ketat dari pada baku mutu untuk peruntukan yang lain, misalnya untuk industri.
Berdasarkan peruntukannya, air (tidak termasuk air laut) di bagi empat golongan, yaitu:
  • Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.
  • Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk air minum.
  • Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan pertenakan.
  • Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha perkotaan, industri, dan pembangkit tenaga listrik.
Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik yang bersifat fisik, kimiawi maupun biologis sehingga mengganggu kesehatan eksistensi manusia, dan aktivitas manusia serta organisme lainnya. Bahan penyebab pencemaran tersebut disebut bahan pencemar atau polutan. Polusi disebabkan terjadinya faktor-faktor tertentu yang sangat menentukan ialah :
  • Jumlah penduduk;
  • Jumlah sumberdaya alam yang digunakan oleh setiap individu;
  • Jumlah polutan yang dikeluarkan oleh setiap jenis sumberdaya alam;
  • Teknologi yang digunakan
Pencemaran air yang sangat umum ialah oleh partikel tanah yang berasal dari erosi. Pencemaran air oleh partikel tanah nampak secara visual dari air yang berwarna coklat. Pencemaran ini mengganggu peruntukan air untuk rumah tangga. Karena kadarnya yang tinggi, biaya pengolahan air oleh PAM mningkat dan tidak jarang air PAM pun berwarna coklat.

Pencemaran air oleh lumpur menurunkan laju fotosintesis fitoplankton sehingga produktivitas primernya menurun. Karena pitopankton merupakan permulaan rantai makanan, mata rantai dalam seluruh rantai makanan perairan terpengaruh oleh penurunan produktivitas primer tersebut. Akibatnya, produktivitas ikan pun menurun. Penurunan ini juga disebabkan oleh ganggua fisiologis ikan oleh lumpur

Pencemaran air lain yang sangat umum ialah dar limbah domestik. Walaupun menurut data statistik 72% jumah rumah tangga menggunakan jamban, namun karena konstruksinya yang tidak memenuhi syarat jamban itu masih mencemari perairan dengan tinja. Sisanya, yaitu 28% jumlah rumah tangga, tidak menggunakan jamban. Di Jawa Barat sangat umum orang menggunakan kolam ikan sebagai jamban. Akibatnya kadar koliform fekal di kolam tinggidan kolam merupakan sumber penyakit muntah berak yang penting, terutama bagi balita. Karena penduduknya yang padat, di Jawa banyak sungai yang tercemar sangat berat oleh koliform fekal, antara lain, Ciliwung, Citarum, Cimanuk dan sungai-sungai di Surabaya. Di luar Jawa sungai yang mengalir melalui kota besar juga tercemar berat, misalnya di Medan. Efek lain limbah domestik ialah  terjadinya penyuburan air atau eutrophication seperti yang telah diuraikan di atas.

Dengan berkembangnya industri konstribusi industri pada pencemaran meningkat  pula. Di Jawa sumbangan industry pada pencemaran air sungai berkisar antara 25-30% beban total pencemaran. Di Citarum 39-42% jumlah data amoniak bebas (NHз), 2-8% jumalah data kromium (Cr), 13-19% jumlah data cadmium (Cd), 42-46% jumlah data tembaga (Cu), dan 7-10% jumalh data timbale (Pb) melampaui baku mutu air untuk peruntukan B,C, dan D. di luar Jawa industrialisasi juga telah menyebabkan pencemaran, mislanya di Medan dan Makasar.

Kualitas air juga dipengaruhi oleh derajat keasamannya yang dinyatakan dalam satuan pH. Makin rendah nilai pH, makin tinggi derajat keasamannya. pH 7 menunjukan nilai netral dan di ats 7 air bersifat basa. Air hujan mempunyai pH sedikit di bawah 7 karena adanya CO₂ yang terlarut di dalamnya. CO₂ yang telarut itu membentuk asam lemah. Dengan makin banyaknyapembakaran bahan bakar untuk industry dan transport, emisi oksida belerang dan nitrogen ke udara makin meningkat. Kedua oksida itu di dalam udara mengalami oksidasi menjadi berturut-turut asan sulfat dan asam nitrat yang merupakan asam kuat. Asam di dalam udara itu terbawa oleh air hujan yang jatuh ke bumi sehingga pH air hujan turun. Terjadilah apa yang disebut hujan asam (acid rain) yang menurut definisi ialah air hujan dengan pH kurang dari 5,6. Pemantauan air hujan di kota-kota besar, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Medan, Bengkulu, Makasar, Banjarbaru, Pontianak dan Jayapura menunjukan telah terjadinya hujan asam. Di kota-kota itu rata-rata pH menunjukan kecenderungan untuk menurun. Dalam tahun 1998 rata-rata ph di bawah 5 tercatat di Jakarta (pH = 4,42), Bandung (pH = 4,55), Surabaya (pH = 4,44), Medan (pH = 4,42), Pontianak (pH = 4,86), dan Jayapura (pH = 4,54). Nampaklah, nilsi rata-rata terendah terdapat di Jakarta, tempat terjadinya BBM terbesar.

Menurunnya pH hujan dapat juga terjadi di luar kota karena tersebarnya pencemaran udara oleh angin.di Indonesia belum ada data tentang pH air hujan di luar kota. Jika hujan asam makin luas, pH sungai, danau, dan tanah dapat turun, khususnya di daerah yang mempunyai kapasitas buffer yang rendah. Asidifikasi perairan, yaitu turunnya pH, mengakibatkan kerusakan biologis. Perairan tak dapat lagi mendukung kehidupan organisme yang peka pH rendah. Di Amerika Utara dan Skandinavia ribuan danau “mati” karena asidifikasi. Untuk merehabilitasinya dilakukan pengapuran pengairan itu dengan biaya yang tinggi.

Di Eropa dna Amerika Utara hutan yang sanagt luas telah menglami kerusakan karena asam dalam udara dan hujan asam. Pada tahun1988 kerusakan di Eropa mencapai 35% dari luas hutan. Hutan yang rusak ini sebagian mati. Kematian hutan oleh huajn asam disebut waldsterben (kematian hutan).
Deposisi asam dengan tak langsung dapat mempengruhi kesehatan manusia, yaitu meningkatnya laju pencucian logam berat dari sedimen dan melarutkan timbal (Pb) dari pipa air yang kemudian masuk kedalam air minum. Dalam air dengan pH rendah merkuri (Hg) dalam bentuk dimelitmerkuri diubah oleh jasad renik menjadi monometilmerkuri yang bersifat sangat beracun. Monometilmerkuri larut dalam air dan mudah diserap oleh plankton. Plankton dimakan oleh ikan dan kadar merkuri dalam ikan naik. Proses ini disebut bioakumulasi. Ornag yang sering makan ikan yang terkontaminasi dengan merkuri yang beracun ini menghadapi resiko mengalami keracunan pula.

Dalam angka-angka pencemaran yang tinggi itu nampaklah adanya resiko yang tinggi terjadinya dampak pada kesehatan melalui proses bioakumulasi. Dua kasus yang sangat menghebohkan dunia yang berkaitan dengan bioakumulasi ialah keracunan merkuri (Hg) dan Kadmium (Cd) di jepang pada tahun 1940-50an. Keracunan merkuri terjadi di Teluk Mianamata. Merkuri ini berasal dari lembah pabrik. Walaupun kadar merkuri dalam limbah rendah, namun merkuri ini mengalami bioakumulasi dan para nelayan yang sehari-harinya makan ikan mengalami keracunan yang  parah yang merusak system sarafnya. Penyakit ini dikenal dengan nama penyakit minamata.

Keracunan kadmium di Jepang terjadi melalui beras yang berasal dari sawah yang diairi oleh air dari sebuah sungai yang menerima limbah dari sebuah tambang seng. Limbah itu mengandung kadmium yang diakumulasikan oleh tanaman padi dalam beras. Penduduk yang setiap hari memakan beras dari sawah itu mengakumulasi kadmium smapai tingkat yang beracun.

Di Indonesia merkuri itu juga banyak digunakan dalam pertambangan emas tanpa izin oleh penduduk, mislanya di Jawa Barat, Kalimantan, dan Papua. Merkuri digunakan untuk mengikat emas dlam bentuk amalgam. Untuk mendapatjkan emasnya merkuri dalam amalgam diuapkan dengan dipanaskan. Penggunaan itu tidak teawasi. Menurut laporan, sungai di Jakarta tel tercemar oleh merkuri

 Dalam keadaan tidak ada pencemaran pun orang mendapatkan merkuri ke dalam tubuhnya dar makanan. Jumlah rata-rata yang didapatkan orang dari makanan ialah 0,07 mg/minggu. Menurut WHO batas yang aman adalah 0,3 mg/minggu yang tidak boleh mengandung lebih dari 0,2 mg metilmerkuri/minggu. Jadi berdasarkan ketentuan WHO konsumsi “normal” adalah aman. Tetapi orang yang banyak mengkonsumsi dari daerah yamng mendapatkan air dari daerah pertambangan emas liar menghadpi resiko tinggi keracunan merkuri. Bapedalda Kalimantan Timur mengkhawtirkan sekitar 50.000 jiwa di pedalaman Kalimantan Timur terancam keracunan merkuri dan menurut Dinas Pertambangan Umum Sulawesi Utara Sungai Dimembe di Minahasa, menagndung merkuri 0,007 ppm, tujuh kali di atas ambang batas.

Timbal merupakan racun yang bersifat kumulatif. Sekitar 90% dari timbale yang terkumpul dalam tubuh masuk ke dalam tulang.dari tulang timbale dapat diremobilisasi lagi dan masuk ke dalam peredaran darah. Ini terjadi, misalnya, pada wanita hamil. Antar jemput anak ke sekolah mempertinggi resiko itu karena tingkat pencemaran dalam mobil lebih tinggi daripada di udara ambient.

Merkuri mempunyai dampak yang berat terhadap kesehatan. Para penambang emas liar menghadapi keracunan oleh uap merkuri dan merkuri anorganik. Uap merkuri merusak system saraf dan ginjal. Merkuri anorgainik sangat beracun dan sebuah dosis akut dapat menyebabkan kematian. Efek metalmerkuri ialah pada system saraf, pada orang dewasa efek itu terjadi pada daerah tertentu dalam otak, terutama neuron dan sel granul dalam cerebellum.Efek yang sangat serius ialah pada fase pertumbuhan prenatal dan efek itu tidak reversibel. Salah satu efeknya berupa cerebral palsy pada bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang keracunan merkuri, meskipun gejala keracunan itu tidak tampak pada ibu tesebut. Merkuri menurunkan kecerdasan (IQ). Efek ini terutama serius pada anak yang sedang berkembang. Merkuri juga mempengaruhi sintesis darah merah.

Apabila kita melihat masalah tersebut kita merasa ngeri mendengarnya, oleh karena itu kita harus menjaga dan melestarikan sumberdaya air ini,Banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai cara penanggulangan kualitas air, diantaranya :
  • Sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau mengeksploitasi sumber mata air agar tidak tercemar.
  • Tidak membuang sampah ke sungai.
  • Mengurangi intensitas limbah rumah tangga.
  • Melakukan penyaringan limbah pabrik sehingga limbah yang nantinya bersatu dengan air sungai bukanlah limbah jahat perusak ekosistem.
  • Pembuatan sanitasi yang benar dan bersih agar sumber-sumber air bersih lainnya tidak tercemar.
Tapi  bagaimana caranya untuk memurinkan air yang sudah tercemar?
Dilansir dari Webhealthcentre, mengungkapkan bahwa pemurnian air yang banyak dilakukan ada tiga tahap, yaitu penyimpanan, filtrasi dan klorinasi. Tapi sepertinya tiga tahap ini belum cukup untuk benar-benar memurnikan air yang tercemar. Berikut beberapaa cara lain untuk mengurangi bahaya pencemaran air baik secara biologis maupun kimiawi:
  • Penyaringan dan perebusan meski tampak bersih, air yang akan diminum harus disaring dan direbus hingga mendidih setidaknya selama 5-10 menit. Hal ini dapat membunuh bakteri, spora, ova, kista dan mensterilkan air. Proses ini juga menghilangkan karbon dioksida dan pengendapan kalsium karbonat.
  • Disinfeksi kimia hal ini berguna untuk memurnikan air yang disimpan pada tempat seperti di genangan air, tangki atau air sumur.
  • Bubuk pemutih proses ini merupakan diklorinasi kapur. 2,3 gram bubuk pemutih diperlukan untuk mendisinfeksi 1 meter kubik (1.000 liter) air. Tapi air yang sangat tercemar dan keruh tidak bisa dimurnikan dengan metode ini. Bubuk pemutih merupakan senyawa tidak stabil dengan bau yang menyengat. Ketika senyawa ini terkena udara, cahaya atau kelembaban, maka senyawa ini akan cepat kehilangan kadar klorin, sehingga menjadi tidak efektif.
  • Tablet klorin dipasaran, tablet klorin dijual dengan nama tablet halazone. Senyawa ini mungkin cukup mahal tetapi efektif untuk memurnikan air dengan skala kecil. Tablet klorin 'smarter' telah diperkenalkan baru-baru ini. Tablet klorin ini 15-20 kali lebih kuat dari tablet halogen. Satu pil 0.5 gms, cukup untuk mendisinfeksi 20 liter air.
  • Filter
    Ada beberapa jenis filter, antara lain filter keramik 'lilin' dan UV filter. Bagian utama dari sebuah filter keramik 'lilin' ini adalah lilin yang terbuat dari porselin atau tanah infusorial. Permukaannya dilapisi dengan katalis perak sehingga bakteri yang masuk ke dalam akan dibunuh. Metode ini menghilangkan bakteri yang biasanya ditemukan dalam minum air, tetapi tidak efektif dengan virus yang bisa lolos saringan. Alat UV filter umumnya terdiri dari prefilter, yaitu filter kotoran fisik. Kartrid karbon menghilangkan air dari kotoran organik yang berwarna, bau, bebas klorin dan lainnya. Sedangkan berkas sinar UV berfungsi untuk menghilangkan bakteri dan virus.

BAB III
KESIMPULAN

Air merupakan salah satu sumber alam yang mulai terasa pengaruhnya pada usaha memperluas kegiatan pertanian dan industri di berbagai tempat di dunia, secara alamiah sumber-sumber air merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan yang mempunyai daya generasi yaitu selalu dalam sirkulasi. Air sebagai sumberdaya kini lebih disadari merupakan salah satu unsur penentu di dalam ikut mencapai keberhasilan pembangunan, termasuk pula terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan lingkungan.

Berbicara tentang kuantitas  air memiliki kaitannya dengan hutan, karena hutan sebagai cadangan air, namun dewasa ini pembalakan liar, penggundulan hutan, bembakaran hutan, dan lain sebagainya sudah kerap kali terjadi terutama di Indonesia. Indonesia walaupun berada di garis khatulistiwa yang notabene memiliki iklim tropis basah yang mendapat cahaya matahari setiap hari sering kali mengalami kekeringan akibat musim kemarau walaupun kemarau pendek. Ini menandakan bahwa ketersediaan air baik di dalam maupun di permukaan tanah kurang, yang berakar dari kerusakan hutan. Siapa yang salah?

Pada masa sekarang ini nampaknya sulit untuk memperoleh air yang betul-betul murni, aliran air dari gunung yang diperkirakan paling bersih pun akan membawa mineral-mineral, gas-gas berlarut dan zat-zat organik dari tumbuhan atau binatang yang hidup di dalam atau dekat aliran tersebut, selain itu aktivitas manusia merupakan salah satu hal yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah pencemaran air di dalam ekosistem air.

Pencemaran air pada umumnya terjadi oleh tingkah laku manusia juga seperti oleh zat-zat deterjen, asam belerang, dan zat-zat kimia sebagai sisa pembuangan pabrik-pabrik kimia atau industri. Pembuangan bahan kimia limbah maupun pencemar lain ke dalam air akan mempengaruhi kehidupan dalam air tersebut, suatu pencemar dalam suatu ekosistem mungkin cukup banyak sehingga akan meracuni semua organisme yang terdapat di sana, biasanya suatu pencemaran cukup banyak untuk membunuh spesies tertentu, tetapi tidak membahayakan spesies lainnya, sebaliknya ada kemungkinan bahwa suatu pencemar justru dapat mendukung perkembangan spesies tertentu. Jadi, bila air tercemar ada kemungkinan pergeseran-pergeseran dari jumlah spesies yang banyak dengan ukuran yang sedang populasinya, kepada jumlah spesies yang sedikit tetapi berpopulasi yang tinggi. Penetapan standar air yang bersih tidak mudah, namun ada kesepakatan bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air akan tetapi didasarkan pada keadaan normalnya, sebab air yang ada di bumi ini tidak pernah terdapat dalam keadaaan murni bersih, tetapi selalu ada senyawa atau mineral atau unsur lain yang terlarut di dalamnya.

Air merupakan sumber yang pertama dan utama bagi kita, tanpa air kita tidak akan bisa hidup, oleh karena itu mari kita jaga eksistensi, kemurnian, dan keaslian air ini, mulai dari hari ini, dari hal terkecil dan mulai dari diri sendiri

DAFTAR PUSTAKA

  • Anjayani, Erni., dan Tri Haryono. (2009). Geografi.Jakarta : PT Cempaka Putih.
  • Danang, Endarto., Sarwono., dan Singgih Prihadi. (2009). Geografi 1. Jakarta : Grahadi.
  • Soemarwoto, Otto. (2001). Atur-Diri-Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.



Sekian Terima Kasih :)

Makalah Teknologi Farmasi (TekFar)

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini berbagai penyakit semakin berkembang. Pada zaman dulu, penyakit yang tersebar mungkin hanya beberapa macam saja dan tidak terlalu parah dan tidak teralu penting untuk ditindaklanjuti. Para nenek moyang kita pun mungkin hanya menggunakan ramuan tradisional dari dedaunan untuk mengobati sakitnya. Namun, jika dibandingkan dengan zaman sekarang, tentu sangat jauh berbeda. Penyakit pada zaman sekarang sangat bermacam-macam dan harus ditindaklanjuti. Karena kalau tidak, maka akan menjadi lebih parah lagi. Dan tentunya untuk memprediksi maupun mengobati penyakit-penyakit tersebut, diperlukan alat-alat kedokteran yang semakain canggih dan obat-obatan yang semakin manjur.

Dalam hal ini teknologi farmasi pun sangat berperan dalam menghasilkan obat-obatan yang sesuai dengan penyakit tersebut. Selain kemajuan di bidang teknologi, para penemu atau ilmuan-ilmuan dalam bidang kedokteran dan farmasi pun sangat berperan dalam membantu menyembuhkan berbagai penyakit yang telah menyebar. Selain itu, juga terdapat berbagai kendala dalam perkembangan teknologi kedokteran dan farmasi, terutama di Indonesia.
Dari berbagai pembahasan diatas yang melatarbelakangi kami untuk membuat makalah ini. Yakni untuk mengetahui sejarah, perkembangan, ilmuan, dan kendala-kendala dalam perkembangan teknologi farmasi.

B. RUMUSAN MASALAH

Berbagai masalah yang kami rumuskan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

  • Bagaimanakah sejarah perkembangan teknologi farmasi?
  • Siapakah ilmuan-ilmuan yang berjasa dalam perkembangan teknologi farmasi?
  • Apa yang dimaksud dengan informatika farmasi?
  • Bagaimana fungsi dan manfaat informatika farmasi?
  • Apa saja contoh teknologi atau penemuan terbaru dalam bidang farmasi?
  • Apa saja kendala-kendala yang yang menghambat perkembangan teknologi kedokteran dan farmasi, terutama di Indonesia?


C. TUJUAN MAKALAH


  • Untuk mengetahui sejarah perkembangan teknologi farmasi
  • Untuk mengetahui ilmuan-ilmuan yang berjasa dalam perkembangan teknologi farmasi
  • Untuk mengetahui contoh teknologi atau penemuan terbaru dalam bidang farmasi
  • Untuk mengetahui apa itu informatika dalam bidang farmasi
  • Untuk mengetahui fungsi dan manfaat informatika dalam farmasi
  • Untuk mengetahui kendala-kendala yang yang menghambat perkembangan teknologi farmasi, terutama di Indonesia.


D.    MANFAAT MAKALAH

Manfaat pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.

  • Bagi Mahasiswa Penyusun
    Menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa penyusun makalah dalam melakukan studi pustaka tentang teknologi farmasi.
  • Bagi Pembaca
    Menambah wawasan bagi pembaca tentang sejarah, ilmuan, kemajuan, dan kendala-kendala dalam bidang farmasi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Teknologi Farmasi

Pada awalnya, sebagian besar kebudayaan dalam masyarakat awal menggunakan tumbuh-tumbuhan herbal dan hewan untuk tindakan pengobatan. Ini sesuai dengan kepercayaan magis mereka yakni animisme, sihir, dan dewa-dewi. Masyarakat animisme percaya bahwa benda mati pun memiliki roh atau mempunyai hubungan dengan roh leluhur.

Ilmu kedokteran berangsur-angsur berkembang di berbagai tempat terpisah yakni Mesir kuno, Tiongkok kuno, India kuno, Yunani kuno, Persia, dan lainnya. Sekitar tahun 1400-an terjadi sebuah perubahan besar yakni pendekatan ilmu kedokteran terhadap sains. Hal ini mulai timbul dengan penolakan–karena tidak sesuai dengan fakta yang ada–terhadap berbagai hal yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh pada masa lalu (bandingkan dengan penolakan Copernicus pada teori astronomi Ptolomeus. Beberapa tokoh baru seperti Vesalius (seorang ahli anatomi) membuka jalan penolakan terhadap teori-teori besar kedokteran kuno seperti teori Galen, Hippokrates, dan Avicenna. Diperkirakan hal ini terjadi akibat semakin lemahnya kekuatan gereja dalam masyarakat pada masa itu.

Ilmu kedokteran yang seperti dipraktekkan pada masa kini berkembang pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 di Inggris (oleh William Harvey, abad ke-17), Jerman (Rudolf Virchow) dan Perancis (Jean-Martin Charcot, Claude Bernard). Ilmu kedokteran modern, kedokteran "ilmiah" (di mana semua hasil-hasilnya telah diujicobakan) menggantikan tradisi awal kedokteran Barat, herbalisme, humorlasime Yunani dan semua teori pra-modern. Pusat perkembangan ilmu kedokteran berganti ke Britania Raya dan Amerika Serikat pada awal tahun 1900-an (oleh William Osler, Harvey Cushing).

Kedokteran berdasarkan bukti (evidence-based medicine) adalah tindakan yang kini dilakukan untuk memberikan cara kerja yang efektif dan menggunakan metode ilmiah serta informasi sains global yang modern.

Kini, ilmu genetika telah mempengaruhi ilmu kedokteran. Hal ini dimulai dengan ditemukannya gen penyebab berbagai penyakit akibat kelainan genetik, dan perkembangan teknik biologi molekuler. Ilmu herbalisme berkembang menjadi farmakologi. Masa modern benar-benar dimulai dengan penemuan Heinrich Hermann Robert Koch bahwa penyakit disebarkan melalui bakteria (sekitar tahun 1880), yang kemudian disusul penemuan antibiotik (sekitar tahun 1900-an). Antibiotik yang pertama kali ditemukan adalah obat Sulfa, yang diturunkan dari anilina. Penanganan terhadap penyakit infeksi berhasil menurunkan tingkat infeksi pada masyarakat Barat. Oleh karena itu dimulailah industri obat.
Sedangkan istilah farmasi (arab) ataupun lebih khusus lagi dikenali sebagai saydanah merupakan satu bentuk profesi yang mulanya agak asing dari dunia kedokteran. Pada abad ke-9, dunia Arab dan Islam telah berhasil membangun jembatan ilmu yang menghubungkan antara sumbangan Yunani dengan dunia farmasi moderen sekarang ini. Malah tahap ilmu yang diperoleh daripada Yunani khususnya terus ditingkatkan dan usaha ini diteruskan hingga ke abad ke-13 melalui berbagai karya, terjemahan ataupun peningkatan ilmu pada zaman-zaman berikutnya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, farmasi dipraktekkan secara terpisah dari profesi medis yang lain. Puncak sumbangan dunia Arab-Islam dalam farmasi dicapai dengan siapnya satu panduan praktikum farmasi pada tahun 1260. 
Sayangnya, kurang daripada satu abad selepas al-Attar, praktek farmasi mulai beku dan kaku, dan terus merosot dengan jatuhnya peradaban Arab pada abad ke 19. Sejak dari itu, farmasi mula berkembang dengan pesatnya di Eropah khususnya dan Barat umumnya.

B.  Beberapa Ilmuan yang Berjasa dalam Bidang Farmasi

  1. Ibnu Al-Baitar
    Lewat risalahnya yang berjudul Al-Jami fi Al-Tibb (Kumpulan Makanan dan Obat-obatan yang Sederhana), Ibnu Al-Baitar turut memberi kontribusi dalam farmakologi dan farmasi. Dalam kitabnya itu, Al-Baitar mengupas beragam tumbuhan berkhasiat obat yang berhasil dikumpulkannya di sepanjang pantai Mediterania antara Spanyol dan Suriah. Tak kurang dari seribu tanaman obat dipaparkannya dalam kitab itu. Seribu lebih tanaman obat yang ditemukannya pada abad ke-13 M itu berbeda dengan tanaman yang telah ditemukan ratusan ilmuwan sebelumnya. Tak heran bila kemudian Al-Jami fi Al-Tibb menjadi teks berbahasa Arab terbaik yang berkaitan dengan botani pengobatan. Capaian yang berhasil ditorehkan Al-Baitar sungguh mampu melampaui prestasi Dioscorides. Kitabnya masih tetap digunakan sampai masa Renaisans di Eropa.
  2. Ibnu Sina
    Dalam kitabnya yang fenomenal, Canon of Medicine, Ibnu Sina juga mengupas tentang farmakologi dan farmasi. Ia menjelaskan lebih kurang dari 700 cara pembuatan obat dengan kegunaannya. Ibnu Sina menguraikan tentang obat-obatan yang sederhana.
  3. Al-Zahrawi
    Bapak ilmu bedah modern ini juga ikut andil dalam membesarkan farmakologi serta farmasi. Dia adalah perintis pembuatan obat dengan cara sublimasi dan distilasi.

C. Contoh Teknologi Terbaru dalam Bidang Kedokteran dan Farmasi

  1. BIODISC
    Merupakan penemuan teknologi kesehatan baru dari jerman, dengan menggunakan teknologi resonansi nano (bagian terkecil dari atom), dengansertifikasi prognos, jerman. Biodisc ditemukan oleh dr.Ian Lyons, dengan penelitian yang dilakukan selama 25 tahun sebelum memproduksi biodisc, dr. Ian sudah mencobakan alat ini ke anaknya yang terkena leukimia (kanker darah) dan kondisinya sembuh dengan treatment          dalam waktu 13 bulan. Biodisc dapat mengeluarkan energi-energi negatif pada tubuh, dengan menggunakan air putih biasa yang sudah di treatment oleh biodisc sebagai media untuk menyehatkan yang sudah kita biasa minum sehari-hari. Hidup kita bisa lebih sehat dan mengeluarkan racun/penyakit negatif yang ada pada tubuh dengan hanya meminum air yang sudah di treatment oleh biodisc kamun air berenergi yang membentuk struktur kristal yang bagus adalah salahsatu therapy kesehatan yang    paling baik. Sudah banyak sekali kesaksian-kesaksian dari pengguna biodsic dan air treatmentnya (beberapa kesaksian bahkan menyebutkan air yang sudah di treatment oleh biodisc efeknya lebih bagus daripada air hexagonal yang marak ada di pasaran).
  2. QiBioDis(MovingTowardsVitality)Mineral-mineral alami yang telah direkayasa teknis telah diikat terstruktur dalam gelas, pada tingkat molekular, dengan menggunakan beberapa metode fusi panas tinggi. Kombinasi dari teknik-teknik ini menyebabkan sebuah konversi energi katalis yang menimbulkan resonansi Nano spesifik yang tahan lama dalam Qi Bio Disc. Menyalurkan "Frekuensi Energisasi Nano" ke dalam atau melalui cairan mempengaruhi nano-nano di dalam cairan. Saat nano-nano mineral berinteraksi dengan frequensi tertentu, mereka bertindak sangat berbeda dengan atom aslinya. Energi yang dihasilkan dapat memperbaharui struktur molekul yang terdapat dlm semua cairan. Sebagai contoh: mereka menjadi lebih mudah mendidih, lebih ringan dan membiaskan lebih banyak cahaya. Resonansi asli ini memiliki kemampuan memciptakan struktur molekul dalam semua cairan atau sayur mayur dan juga produk olahan buatan pabrik.

D. Informatika Farmasi

Informatika farmasi adalah ilmu yang berfokus pada obat sebagai data dan ilmu pegetahuan yang menjamin kesinambungan sistem pelayanan kesehatan termasuk pengembangan, penyimpanan, analisis, penggunaan dan deseminasi dalam penyaluran obatyang optimal terkait pelayananpasien dan keluaran kesehatan.

Informatika farmasi berfokus pada penerapan teknologi untuk apoteker dalam mendukung, merampingkan, meningkatkan alur kerja, meningkatkan keselamatan pasien dengan praktik terbaik dan sistem yang handal. Setelah adanya pengakuan tentang peran apoteker yang meningkat pesat dalam penggunaan informasi kesehatan dan sistem manajemen.

Farmasi informatika (PI), juga disebut sebagai pharmacoinformatics, adalah aplikasi komputer untuk pengambilan, penyimpanan dan analisis informasi obat. Informatika farmasi bekerja dengan sistem informasi manajemen farmasi yang membantu apoteker membuat keputusan yang sangat baik tentang terapi obat pasien sehubungan dengan catatan asuransi kesehatan, interaksi obat, serta informasi resep dan pasien. Tugas Informatika Farmasi adalah untuk fokus pada penerapan teknologi untuk apoteker. Teknologi ini akan membantu dalam mendukung, merampingkan, meningkatkan alur kerja, dan meningkatkan keselamatan pasien.

Informatika Farmasi dapat dianggap sebagai sub-domain dari disiplin profesional yang lebih besar dari informatika kesehatan. Beberapa definisi informatika farmasi mencerminkan hubungan ini untuk informatika kesehatan. Sebagai contoh, Informasi Kesehatan Manajemen Sistem Masyarakat (HIMSS) mendefinisikan informatika farmasi sebagai, "bidang ilmiah yang berfokus pada pengobatan yang berhubungan dengan data dan pengetahuan dalam sistem kesehatan, termasuk akuisisi, penyimpanan, analisis, penggunaan dan pengembangan obat serta pengiriman obat yang optimal terkait perawatan pasien dan hasil kesehatan”.

E. Fungsi dan Manfaat informatika farmasi

Fungsi informatika farmasi yaitu dapat membantu praktisi farmasi dalam beberapa cara. Baik desain sistem dan manajemen database dapat merampingkan proses sehingga personil yang digunakan lebih efisien dan informasi yang tersedia secara tepat waktu. 
Informatika farmasi mempelajari tentang :
  1. Interaksi antara manusia, proses kerja dan
  2. Rekayasa sistem dalam perawatan kesehatan dengan fokus pada perawatan farmasi dan
  3. Keamanan membaik pasien.
Ada sejumlah manfaat untuk menggunakan informatika farmasi untuk meningkatkan komunikasi antara apoteker, dokter, tenaga kesehatan lainnya, serta pasien. Selain mampu meningkatkan kecepatan diagnosis dan memeriksa interaksi obat mungkin atau alergi sebelum resep diisi, farmasi informatika memungkinkan pasien untuk memiliki pemahaman yang lebih baik dari obat-obatan yang mereka diberikan dan memungkinkan mereka menjadi aset penting dalam pengobatan penyakit mereka sendiri. Apoteker juga mungkin dapat membantu dokter dan orang lain dalam menemukan resep/pengobatan yang tepat untuk kondisi tertentu, yang dapat mengurangi kebutuhan untuk beberapa kunjungan ke kantor dokter untuk menerima diagnosa yang tepat dan pengobatan. Hal ini, dikombinasikan dengan biaya rendah obat generik, dapat sangat mengurangi biaya sakit bagi pasien.

F. Kendala-Kendala dalam Pengembangan Teknologi Farmasi di Indonesia

Diantara kendala-kendala dalam pengembangan teknologi farmasi di Indonesia adalah sebagai berikut.
  • Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kefarmasian di Indonesia masih dapat dikatakan lamban
  • Dana untuk penelitian alat dan obat baru dan paten memakan biaya yang sangat banyak
  • Kontribusi kalangan industri farmasi dalam penelitian dan pengembangan iptek di Indonesia masih kecil
  • Bidang industri farmasi kurang begitu dilibatkan dalam pengembangan iptek di bidang kedokteran.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Informatika farmasi adalah ilmu yang berfokus pada obat sebagai data dan ilmu pegetahuan yang menjamin kesinambungan sistem pelayanan kesehatan termasuk pengembangan, penyimpanan, analisis, penggunaan dan deseminasi dalam penyaluran obatyang optimal terkait pelayananpasien dan keluaran kesehatan.

Manfaat mempelajari informatika farmasi yaitu :
  1. meningkatkan komunikasi antara apoteker, dokter, tenaga kesehatan lainnya, serta pasien
  2. memungkinkan pasien untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang obat-obatan dan memungkinkan mereka menjadi aset penting dalam pengobatan penyakit mereka sendiri.
  3. Apoteker dapat membantu masyarakat/pasien dalam menemukan resep/pengobatan yang tepat untuk kondisi tertentu. Hal ini, dikombinasikan dengan biaya rendah obat generik sehingga dapat mengurangi biaya sakit bagi pasien.
Ilmuan-ilmuan yang berjasa dalam bidang kedokteran dan farmasi antara lain adalah Ibnu Al-Baitar, Ibnu Sina, dan Al Zahrawi. Contoh penemuan teknologi farmasi terbaru adalah teknologi Biodisc dan Qi Bio Disc. Sedangkan diantara kendala-kendala dalam pengembangan teknologi kedokteran dan farmasi di Indonesia adalah sebagai berikut.
  1. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan kefarmasian di Indonesia masih dapat dikatakan lamban
  2. Dana untuk penelitian alat dan obat baru dan paten memakan biaya yang sangat banyak
  3. Kontribusi kalangan industri farmasi dalam penelitian dan pengembangan iptek di Indonesia masih kecil
  4. Bidang industri farmasi kurang begitu dilibatkan dalam pengembangan iptek di bidang kedokteran.

DAFTAR PUSTAKA
  • Ahmadi, Abu & Supratmo, A. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta:Rineka Cipta.
  • http://faristin-ichsan.blogspot.com/2012/06/teknologi-kedokteran-dan-farmasi.html
  • http://sanny-sahibu.blogspot.com/2012/05/makalah-informatika-farmasi.html