Makalah Bengkoang (Pachyrhizus erosus)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai zamrud khatulistiwa memiliki beragam jenis tumbuhan. Nenek moyang bangsa kita telah pandai memanfaatkan potensi alam ini sejak ratusan tahun yang lalu. Mereka meracik berbagai jenis tumbuhan, akar-akaran dan bahan alamiah lain untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, menjaga kesehatan tubuh serta mempercantik diri. Kemampuan ini diwariskan secara turun temurun hingga masa kini. 

Akan tetapi pada awal abad ke-20, berkembang pesat obat-obatan kimia yang mengakibatkan obat tradisional dengan bahan alam ditinggalkan. Penggunaan obat-obatan kimia (modern) dilakukan dengan alasan lebih praktis daripada menggunakan obat tradisional. Namun, dalam beberapa dekade ini baru disadari bahwa obat kimia (modern) memiliki efek samping yang merugikan apabila dikonsumsi secara paripurna, sedangkan obat tradisional berbahan alam relatif lebih aman dikonsumsi. Penelitian dan pengembangan obat-obatan tradisional berbahan alam dilakukan secara cermat dan teliti sehingga masyarakat tidak ragu untuk menerima kembali obat tradisional sebagai destinasi pengobatan mereka.

Filsuf Yunani kuno yang bernama Hippocrates pernah menyatakan let food be your medicine (gunakanlah makanan sebagai obatmu). Salah satu bahan pangan yang dapat digunakan sebagai obat adalah bengkuang.

Banyaknya khasiat dalam bengkuang menunjukkan bahwa bengkuang tidak hanya enak dinikmati sebagai bahan pangan, tetapi juga bermanfaat sebagai obat. Komposisi kimia yang sedemikian rupa memungkinkan bengkuang untuk digunakan sebagai obat.


1.2 Rumusan Masalah

  • Apa klasifikasi ilmiah tumbuhan bengkuang ?
  • Apa morfologi tumbuhan bengkuang ?
  • Apa sifat kimiawi dan efek farmakologis bengkuang?
  • Apa manfaat bengkuang bagi kesehatan?
  • Bagaimana cara penggunaan bengkuang untuk menyembuhkan penyakit ?
  • Bagaimana proses budidaya bengkuang di Indonesia ?

1.3 Tujuan

  • Ingin mengetahui dan memahami  klasifikasi ilmiah bengkuang.
  • Ingin mengetahui dan memahami morfologi bengkuang.
  • Ingin mengetahui dan memahami sifat kimiawi dan efek farmakologis bengkuang.
  • Ingin mengetahui dan memahami manfaat bengkuang.
  • Ingin mengetahui dan memahami cara penggunaan bengkuang untuk menyembuhkan penyakit.
  • Ingin mengetahui dan memahami proses budidaya bengkuang di Indonesia.

1.4 Manfaat

  • Mahasiswa bisa mengetahui klasifikasi dan morfologi bengkuang.
  • Mahasiswa bisa mengetahui sifat kimiawi dan efek farmakologis bengkuang sehingga dapat mengetahui manfaat dan cara penggunaan bengkuang bagi kesehatan tubuh.
  • Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai keanekaragaman hayati.
  • Memenuhi learning objective yang telah diberikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ilmiah Bengkuang (Pachyrrhizus erosus)

Berdasarkan ilmu taksonomi tanaman, bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) 
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus : Pachyrrhizus
Spesies : Pachyrrhizus erosus (L.) Urban


2.2 Morfologi Bengkuang (Pachyrrhizus erosus)

Herba membelit, panjang 2-5 m. Akar utama bentuk umbi,diameter 5-15 cm. Batang dengan rambut panjang yang mengarah ke bawah: poros daun dengan tangkai 8,5-16 cm. Anak daun runcing, sepanjang tepi atas bergigi kasar bertekuk, kedua sisi berambut; anak daun ujung bentukbelah ketupat, 7-21 kali  6-20 cm;anak daun sedikit lebih kecil. Tandan bunga diujung atau duduk di ketiak, sendiri atau berkumpul 2-4, panjang sampai 60 cm, berambut coklat; poros bertonjolan;tonjolan berbunga 7 buah atau kurang; panjang anak tangkai ± 0,5 cm. Tabung kelopak bentuk lonceng, tinggi ± 0,5 cm; panjang taju 0,5 cm. Mahkota gundul, ungu kebiru-biruan; bendera pada pangkalnya dengan 2 telinga yang terlipat membaik dan  dengan noda yang hijau, panjang ± 2cm;tunas tumpul. Tangkai pipih, ujung sedikit menggulung; kepala putik di bawah ujung tangkai putik, bentuk bola; tangkai putik di bawah kepala putik berjanggut. Polongan bentuk garis, pipih, dengan penyempitan melintang tercetak ke dalam di antara biji, panjang 8-13 cm, berambut. Biji 4-9. Dari Amerika; terpelihara dan liar, terutama di dataran rendah.


2.3 Sifat Kimiawi dan Efek Farmakologis Bengkuang (Pachyrrhizus erosus)

Menurut literatur, efek farmakologis umbi bengkuang adalah manis, dingin, sejuk, dan berkhasiat mendinginkan. Kandungan kimia bengkuang adalah pachyrhizon, rotenon, vitamin B1, dan vitamin C.
Umbi bengkuang mengandung protein, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan C. Daun bengkuang mengandung saponin dan flavonoid. Sedangkan biji bengkuang mengandung saponin, flavonoid dan minyak atsiri.
 
Dalam penelitian berjudul The Exploration of Whitening and Sun Screening Compounds in Bengkoang Roots (Pachyrrhizus erosus) oleh Endang Lukitaningsih dari Universitat Wurzburg, Jerman, juga disebutkan bahwa bengkuang mengandung vitamin C, flavonoid, dan saponin yang merupakan tabir surya alami untuk mencegah kulit rusak oleh radikal bebas. Selain itu, zat fenolik dalam bengkuang cukup efektif menghambat proses pembentukan melanin, sehingga pigmentasi akibat hormon, sinar matahari, dan bekas jerawat dapat dicegah dan dikurangi.

Walaupun umbinya dapat dimakan, bagian bengkuang yang lain sangat beracun karena mengandung rotenon, sama seperti tuba. Racun ini sering dipakai untuk membunuh serangga atau menangkap ikan. Bagian biji dan daun bengkuang mengandung racun. Oleh karena itu, untuk menghindari keracunan jumlah penggunaan dari dua bagian tumbuhan tersebut perlu diperhatikan.


2.4 Kandungan Zat Gizi dan Fitonutrien Bengkuang (Pachyrrhizus erosus)

Umbi merupakan bagian yang paling banyak dikonsumsi dari tanaman bengkuang. Bagian dalam umbi mengandung gula, pati, dan oligosakarida yang dikenal dengan nama inulin.

Uniknya, inulin tidak dapat segera diasup oleh tubuh sebagai sumber gula, tetapi perlu proses pemecahan lebih lanjut oleh enzim inulinase. Sifat inulin ini sangat berguna untuk aplikasi produk bagi penderita diabetes melitus maupun yang sedang berdiet rendah kalori.

Umbi bengkuang sering dikonsumsi karena dianggap memberi efek segar. Efek ini muncul karena kandungan air pada umbi yang cukup tinggi, yaitu sekitar 86 hingga 90 persen. Kadar air yang tinggi dapat menggantikan cairan tubuh, sehingga kita merasa segar.

Selain itu, bengkuang juga mengandung mineral tinggi. Mineral yang terkandung dalam bengkuang yang paling dominan adalah fosfor, zat besi, serta kalsium. Secara lengkap, komposisi zat gizi yang terkandung dalam 100 gram bengkuang dapat dilihat pada tabel.

Komposisi zat gizi umbi bengkuang
Zat gizi
Kadar per 100 gram
Energi (kkal)
55
Protein (g)
1,4
Lemak (g)
0,2
Karbohidrat (g)
12,8
Kalsium (mg)
15
Fosfor (mg)
18
Besi (mg)
0,6
Vitamin C (mg)
20
Vitamin B1 (mg)
0,04
Vitamin A (IU)
0,
Air (g)
85,1
Sumber: Direktorat Gizi Depkes (1992)

Dari tabel tersebut tampak bahwa kandungan utama bengkuang adalah air, yaitu 85 gram per 100 gram umbi. Kadar energinya yang cukup rendah (55 kkal/100 g) memungkinkan bengkuang untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan yang baik bagi pelaksana diet rendah kalori dan penderita diabetes melitus.

Kandungan vitamin C yang cukup tinggi (20 mg/100 g), memungkinkan bengkuang digunakan sebagai sumber antioksidan yang potensial untuk menangkal serangan radikal bebas penyebab kanker dan penyakit degeneratif.

2.5 Simplisia Bengkuang (Pachyrrhizus erosus)

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral).

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.

Adapun nama simplisia pada bengkuang (Pachyrrhizus erosus), yaitu :
a. Pachyrrhizus erosus Semen : biji bengkuang
b. Pachyrrhizus erosus Radix : akar bengkuang


2.6 Manfaat Bengkuang (Pachyrrhizus erosus)

Berikut ini adalah beberapa manfaat dari bengkuang, antara lain:
  • mengobati wasir 
  • mengobati demam
  • baik bagi penderita penyakit diabetes mellitus
  • mengobati sariawan
  • sebagai fitoestrogen alami
  • menurunkan kadar kolesterol darah
  • mengurangi produksi asam lambung
  • menjaga sistem kekebalan tubuh
  • khasiat lain dari bengkuang yaitu dapat mengobati penyakit beri-beri akibat kekurangan vitamin B1 (thiamin)

2.7 Budidaya Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) di Indonesia

Menurut sejarahnya, tanaman bengkuang berasal dari daerah Amerika Tengah dan Selatan, khususnya daerah Meksiko. Awalnya tanaman bengkuang dianggap sebagai obat-obatan oleh suku Aztec, terutama karena manfaat bijinya.

Selanjutnya oleh bangsa Spanyol, bengkuang disebarkan ke daerah Filipina. Kedatangan bangsa Spanyol ke Asia pada abad ke-17 tersebut mempunyai andil besar dalam menyebarkan tanaman bengkuang, hingga ke seluruh negara Asia dan Pasifik.

Tanaman bengkuang masuk ke Indonesia dari Manila melalui Ambon. Berawal dari Ambon, bengkuang kemudian dibudidayakan di seluruh pelosok negeri ini. Sentra produksi bengkuang saat ini adalah Jawa, Madura, dan di beberapa daerah lain, terutama di dataran rendah.

Varietas yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah bengkuang gajah dan bengkuang badur. Perbedaan di antara kedua jenis bengkuang ini adalah waktu panennya.

Varietas bengkuang gajah dapat dipanen ketika usia tanam memasuki empat sampai lima bulan. Varietas bengkuang badur memiliki waktu panen lebih lama. Jenis ini baru dapat dipanen ketika tanamannya berusia tujuh sampai sebelas bulan.

Dalam praktik budi daya, tanaman bengkuang sering ditanam di sela-sela tanaman lada. Hal ini dikarenakan akar tanaman bengkuang memiliki kemampuan untuk bersimbiosis dengan Rhizobium yang dapat menambat nitrogen dari udara.

Dengan kondisi berbagai iklim, khususnya tropis basah, bengkuang dapat beradaptasi dan tumbuh dengan baik. Keberadaan tanaman bengkuang yang dapat memfiksasi nitrogen membuat suplai nitrogen bagi tanaman lada tercukupi, sehingga tidak perlu penambahan unsur nitrogen dari luar (berupa pupuk urea).

Umbi bengkuang tidak tahan suhu rendah, sehingga mudah mengalami kerusakan. Karena itu, umbi sebaiknya disimpan pada tempat kering bersuhu maksimal 16°C. Penyimpanan umbi pada kelembaban dan suhu yang sesuai akan membuat bengkuang tahan hingga sekitar 2 bulan.


BAB III
PEMBAHASAN


Bengkuang bukan sekadar pemutih kulit, antioksidan yang ada pada bahan pangan ini bersifat antikanker dan mampu mencegah penyakit degeneratif lainnya. Bisa pula dipakai untuk membantu mengatasi wasir dan demam. Tanaman bengkuang tergolong ke dalam suku polong-polongan atau Fabaceae. Di Amerika tumbuhan ini dikenal sebagai xicama atau jicama. Dalam bahasa Inggris, umbi bengkuang dikenal dengan sebutan yambean. Di Indonesia, umbi tersebut dikenal dengan sebutan bengkuang atau bengkoang, sedangkan di Jawa disebut besusu. 

Dalam kehidupan sehari-hari, yang disebut bengkuang adalah umbi (cormus) dari tanaman bengkuang (Pachyrrhizus erosus). Bengkuang biasanya dikonsumsi dalam bentuk segar utuh atau sebagai bagian dari rujak, asinan, manisan, salad, koktail, atau jus. Penambahan madu dan jeruk nipis ke dalam jus bengkuang diyakini dapat mencegah sariawan. Selain sebagai bahan pangan, umbi bengkuang secara tradisional juga sangat dikenal dalam dunia kecantikan, yaitu sebagai masker kecantikan untuk memutihkan dan menyegarkan kulit. Di kehidupan modern saat ini, masker bengkuang telah dipasarkan dalam bentuk bubuk atau pasta siap pakai.


3.1 Penyakit yang Dapat Disembuhkan dan Cara Penggunaannya

Menurut literatur yang mencatat pengalaman secara turun temurun dari berbagai Negara dan daerah, tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit-penyakit sebagai berikut :
  1. Mengobati Wasir
    Wasir terjadi karena gangguan aliran darah di sekitar dubur sehingga pembuluh darah melebar dan membengkak. Tidak semua penderita wasir memerlukan pengobatan medis, yakni mereka yang mengeluhkan pendarahan, adanya tonjolan dan gatal-gatal. Dengan pengobatan apapun kemungkinan wasir dapat kambuh kembali tergantung dari kebiasaan makan, minum dan buang air besar.
    Kandungan serat dalam bengkuang dapat membantu mengatasi wasir. Karena salah satu fungsi serat yaitu membantu memperlancar saluran pencernaan dan pengeluaran feses sehingga tidak sulit dan tidak menimbulkan rasa sakit serta mengurangi penekanan ketika mengeluarkannya. Dengan demikian dapat mengurangi rasa sakit penderita wasir. Untuk mengatasi wasir, bengkuang dibuat dalam bentuk jus yang diminum setiap bangun tidur dan pada pagi hari.
  2. Mengobati DemamDemam terjadi karena adanya suatu mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) terhadap zat asing (bibit penyakit yang telah dilemahkan) yang masuk ke dalam tubuh. Adanya benda asing tersebut akan merangsang sistem pertahanan tubuh, sehingga akan merangsang aktivitas sel imunitas (sel makrofag dan limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan untuk pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi resisten dan kuat menghadapi bibit penyakit. Namun efek sampingnya tubuh secara otomatis akan mengeluarkan pirogen (zat penyebab demam). Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui reseptor dalam hipotalamus, sehingga terjadi reaksi penaikan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelanjar keringat. Akibatnya pengeluaran kalor menurun dan suhu tubuh jadi meningkat.
    Bengkuang yang mempunyai sifat kimiawi yang berkhasiat mendinginkan dapat digunakan untuk menurunkan demam. Umbi bengkuang dapat dimakan secara langsung maupun dibuat dalam bentuk jus yang diminum pagi dan sore.
  3. Penyakit Diabetes MellitusDiabetes melitus atau yang sering dikenal dengan nama kencing manis merupakan penyakit yang tidak pandang bulu. Semua kalangan dapat mengidap penyakit ini, baik kaya maupun miskin, remaja muda maupun orangtua. Perubahan gaya hidup terutama pola makan yang beralih ke makanan yang serba instan dan praktis dapat memicu terjadinya diabetes melitus. Selain perubahan gaya hidup dan pola makan, faktor genetik juga berperan terhadap timbulnya penyakit ini.Penyakit kencing manis atau Diabetes Melitus merupakan penyakit yang bersifat kronis (menahun) yang terjadi akibat kekurangan insulin absolut atau relatif. Ditandai dengan meningkatnya konsentrasi glukosa di dalam darah. Selain itu juga mempengaruhi metabolisme protein dan lemak di dalam tubuh. Penyakit diabetes tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan.Upaya pengobatan yang biasa dilakukan adalah pemberian insulin. Namun upaya yang tidak kalah pentingnya yaitu mengaja keseimbangan konsumsi makanan. Pengaturan makanan dan aktivitas fisik merupakan cara yang terbaik agar kadar gula dalam darah tetap dalam keadaan normal. Selain dengan obat dokter, bengkuangpun dapat digunakan untuk mempertahankan kenormalan kadar gula dalam darah. Serat makanan yang terdapat dalam bengkuang berperan dalam menurunkan kadar gula dalam darah karena diserap secara perlahan dan tidak semuanya diubah menjadi glukosa. Dengan demikian serat pada bengkuang dapat mengendalikan gula darah para penderita diabetes mellitus. Dalam upaya mempertahankan kadar gula dalam darah tetap normal, bengkuang dibuat dalam bentuk jus atau dapat pula diparut kemudian disaring lalu diambil sarinya dan diminum setiap pagi dan malam hari.
  4. Mengobati SariawanSariawan merupakan gejala erosi pada kulit mulut, yakni dinding dalam pipi atau lidah. Penyebabnya adalah kekurangan vitamin C, alergi atau penurunan daya tahan tubuh. Kandungan vitamin C dalam bengkuang yang bertindak sebagai antioksidan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penderita sariawan. Bengkuang dapat diberikan pada penderita sariawan dengan cara dibuat dalam bentuk jus yang kemudian ditambahkan dengan madu dan air secukupnya.
  5. Efek Menopause (Sebagai fitoestrogen Alami) Bagi kaum wanita, kehadiran fitoestrogen sangat diperlukan untuk mempertahankan kualitas hidup diusia tua. Ketika seorang wanita memasuki masa menopause dimana hormon estrogen tidak lagi diproduksi tubuh atau hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil, sehingga ada kecenderungan wanita mengalami kemunduran fisik, diantaranya kulit lebih cepat mengeriput serta organ tulang mulai rapuh dan mudah patah.Oleh karena itu makanan yang mengandung fitoestrogen harus diusahakan tersaji dalam menu hidangan setiap hari. Bengkuang merupakan salah satunya makanan yang mengandung fitoestrogen sehingga baik untuk dikonsumsi bagi mereka yang sudah memasuki masa menopause agar keluhan yang terjadi pada masa menopause dapat dihindarkan dan akan menjadikan wanita yang semakin tua menjadi semakin segar dan lebih menarik.
  6. Kadar Kolesterol DarahTrigliserida dan kolesterol merupakan fraksi lemak yang biasa terdapat dalam darah. Dalam jumlah yang tepat lemak sangat penting untuk tubuh. lemak merupakan zat yang kaya energi utnuk proses metabolime tubuh. Namun dalam jumlah yang berlebihan, lemak (trigliserida dan kolesterol) bisa menyebabkan penyakit yang sangat serius seperti atherosklerosis, stroke dan penyakit jantung koroner. Kadar trigliserida dan kolesterol total dalam darah yang dianjurkan adalah kurang dari 200 mg/ dl. Jika jumlahnya telah melebihi batas tersebut maka perlu diwaspadai dan dilakukan upaya terapi untuk menurunkannya.Salah satu cara menurunkan kadar kolesterol dalam darah yaitu dengan cara melakukan pengaturan makanan dengan baik dan benar. Terapi jus bengkuang dapat dilakukan untuk menurunkan kolesterol dalam darah. Kandungan air dan serat dalam bengkuang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Selain serat dan kadar air yang tinggi, kandungan vitamin C dalam bengkuang yang berfungsi sebagai antioksidan juga dapat membantu dalam proses penurunan kadar kolesterol dalam darah.
  7. Gangguan Asam LambungGangguan asam lambung merupakan salah satu penyakit yang terjadi karena pola hidup dan pola makan yang berubah. Gangguan ini biasanya banyak terjadi pada mereka yang sibuk bekerja sehingga seringkali melalaikan waktu makan. Apabila produksi asam lambung semakin meningkat akan menyebabkan rasa mual dan muntah, nyeri pada ulu hati, rasa lemah, nafsu makan menurun, bahkan sakit kepala. Jika tidak segera diobati akan menyebabkan terjadinya peradangan atau bahkan luka dalam perut yang disebut dengan ulkus peptikum. Untuk mengurangi produksi asam lambung yang berlebih, dianjurkan untuk memperbanyak makan buah dan mengurangi makanan yang berminyak dan pedas yang dapat merangsang produksi asam lambung. Ahli naturopati menyarankan untuk mengkonsumsi bengkuang segar yang dimakan dalam bentuk biasa tanpa sambal atau garam. Karena sifat umbinya yang dingin serta sifat alkali bengkuang yang cepat meyerap asam lambung yang berlebih.
  8. Penyakit Beri-beri
    penyakit beri-beri akibat kekurangan vitamin B1 (thiamin). Caranya yaitu dengan mengupas bengkuang, lalu cuci bersih kemudian diparut atau dijus dengan menggunakan jus ekstraktor. Sebaiknya diminum pada waktu pagi hari atau siang hari setelah makan. 
  9. Khasiat lain dari bengkuang yaitu dapat menjaga sistem kekebalan tubuhBengkuang merupakan salah satu jenis bahan pangan yang memegang peranan penting dalam menjaga dan meningkatkan kekebalan tubuh. Kandungan vitamin C dan beberapa phytonutrien yang terdapat dalam bengkuang dapat membuat sistem kekebalan tubuh terjaga, sehingga relatif dapat terhindari dari serangan berbagai macam infeksi maupun penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri maupun mikroorganisme yang berbahaya.

3.2 Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) sebagai Obat Luar Dalam

Sebagai obat luar, bengkuang terlebih dahulu harus dihaluskan dan ditempelkan di bagian-bagian tubuh tertentu. Untuk pengobatan dalam, bengkuang dapat mengatasi berbagai penyakit seperti diabetes, demam, eksim, sariawan, dan wasir. Selain umbi, bagian tanaman lainnya yang dapat digunakan sebagai obat adalah akar, biji, dan tangkainya. Untuk pengidap, diabetes, bengkuang dapat diparut, disaring, kemudian diminum bagian cairnya dua kali sehari.

Walaupun bengkuang memiliki efek farmakologis sebagai obat untuk berbagai penyakit seperti demam, penyakit kulit, dan nyeri perut, tumbuhan ini juga berbahaya karena mengandung racun di bagian biji dann daunnya. Penggunaan bagian biji dan daun perlu diwaspadai agar tidak terjadi keracunan. Tidak hanya di bidang kesehatan dan pangan, bengkuang juga diaplikasikan pada bidang industri kosmetik. Bagian akar atau umbi bengkuang dimanfaatkan sebagai bahan bedak dingin untuk perawatan wajah, sehingga wajah menjadi terlihat lebih segar, halus, dan putih.
Manfaatnya sebagai kosmetik, membuat bengkuang identik dengan efek pemutihan kulit. Bengkuang dalam bentuk ramuan masker, sejak dahulu kala memang telah dipercaya dapat menghaluskan, memutihkan, serta menghilangkan flek atau noda di bagian wajah.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, dapat ditarik suatu kesimpulan bukan hanya berkhasiat untuk mempercantik diri, tetapi ternyata juga dapat berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti  mengatasi penyakit kulit, diabetes, demam, eksim, sariawan, dan wasir serta mampu menjaga kesehatan tubuh. Walaupun umbinya dapat dimakan, bagian bengkuang yang lain sangat beracun karena mengandung rotenone, seperti bagian biji dan daun bengkuang. Sehingga untuk menghindari keracunan, maka jumlah penggunaan dari dua bagian tumbuhan tersebut perlu diperhatikan. Tanaman bengkuang sering juga ditanam sebagai pupuk hijau atau untuk penutup tanah di perkebunan teh.

4.2 Saran

Kami menyadari bahwa dalam makalah kelompok ini masih terdapat banyak kekurangan, ibarat pepatah,”tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan guna perbaikan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

  • Adi, Lukas Tersono. 2008. Tanaman Obat dan Jus. Jakarta: Agromedia Pustaka.
  • Apriadji, Wied Harry. 2006. 180 Jus Buah dan Sayuran. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
  • De Guzman-Ladion Herminia. 2009. Tanaman Obat Penyembuh Ajaib. Bandung: Publishing House.
  • Mooryati Soedibyo, R.R.A. 1998. Alam Sumber Kesehatan (Manfaat dan Kegunaan). Jakarta: Balai Pustaka.
  • Purwanto, Imam. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Yogyakarta: Kanisius.
  • Redaksi Agromedia. 2008. 273 Tanaman Tradisional untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka.
  • Rozaline, Hartin. 2006. Terapi Jus Buah dan Sayur. Bandung: Niaga Swadaya.
  • Steenis ,Van. 2008.  Flora. Jakarta: Pradnya Paramita 
  • Surtiningsih. 2005. Cantik dengan Bahan Alami. Jakarta: Elex Media Komputindo.
  • Wirakusumah, Emma S.. 2007. Cantik dan Awet Muda. Jakarta: Penebar Plus.


Pengertian Dioksin dan Bahaya Dioksin

A. Definisi Dioksin

Dioksin adalah nama umum untuk grup polychlorinated dibenzodioxins (PCDD). Menurut Isa (2011) dioksin adalah kelompok senyawa yang bersifat racun (toksik) dan diketahui secara nyata merupakan faktor pemicu kanker. Senyawa dioksin tersusun oleh atom karbon, hydrogen, oksigen dan klor. Atom chlor pada senyawa PCDD menghasilkan sampai 75 isomer dengan toksisitas yang sangat bervariasi. Isomer yang sangat aktif dan mempunyai potensi toksisitas tinggi adalah yang mempunyai 4 sampai 6 atom chlor, terutama dalam posisi lateral (2,3,7,8) seperti 2,3,7,8-Tetrachlorodibenzo-p-dioxin (2,3,7,8-TCDD) dengan toksisitas akut. International Agency for Research on Cancer (IARCH), satu bagian dari organisasi kesehatan PBB-WHO pada tanggal 14 Februari 1997 mengumumkan bahwa dioxin dengan rumus kimia 2,3,7,8 tetra chlorodibenzo-p-dioxin adalah zat penyebab kanker (karsinogenik) nomor satu di dunia dan dikenal sebagai zat penyebab kanker-buatan manusia yang paling berbahaya. Tingkat bahaya dioksin dinyatakan dalam Toxicity Equivalet (TEQ).

Struktur molekul dioksin

Dioksin terbentuk dari proses industri kimia yang melibatkan klorin, proses pembakaran sampah insinerasi, produksi samping industri pembuatan pestisida, pulp, proses pembakaran kayu,  batu bara, bensin, atau minyak, limbah kota, peleburan logam, gas emisi kendaraan, asap rokok serta penyulingan. Dioksin juga dapat terbentuk dari sumber alam seperti kebakaran hutan dan letusan gunung berapi. Dioksin dibentuk pada waktu terjadinya pembakaran senyawa yang berbasis klorin dengan hidrokarbon. Dioksin sangat jarang terdapat dalam sumber alami, sebagian besar dioksin berasal dari manusia (antropogenik).   

Sejarah mulainya dioksin berakumulasi kedalam lingkungan hidup yaitu ketika perusahaan Dow Chemical (Midland, Michigan) menemukan suatu cara membelah molekul garam dapur (NaCl) sehingga pecah menjadi atom natrium dan atom klorin. Manusia menghasilkan jumlah klorin besar-besaran, klorin bebas tidak melekat pada senyawa atau atom lain. Klorin bebas merupakan limbah yang tidak diketahui kegunaannya dan bersifat berbahaya. Kemudian dimanfaatkan menjadi produk yang berguna dengan cara menempelkan atom-atom klorin pada molekul petrokimia hidrokarbon. Akibatnya, selama tahun 1930-1940 tercipta berbagai produk klorinat-hidrokarbon yang mampu meningkatkan perkembangan berbagai produk jenis pestisida, dan berbagai jenis pelarut serta plastic yang dihasilkan dari klorin bebas tersebut.
Pada saat klorinat-hidrokarbon tersebut diproses di pabrik atau dibakar dalam insinerator, terbebaskan  produk hasil samping yang sangat tidak dikehendaki yaitu dioksin, suatu jenis senyawa kimia yang paling beracun yang pernah dipelajari dan diketahui manusia. (The U.S. Environmental Protection Agency, US-EPA) menyatakan bahwa pembakaran yang tidak diawasi seperti pembakaran sampah rumah tangga secara terbuka, merupakan sumber cemaran dioksin pada lingkungan yang diperkirakan sebesar 57% dari total sumber pelepasan dioksin. Karena dioksin terjadi secara alami di Iingkungan, maka dioksin tidak akan pernah hilang sama sekali. Ketika lepas ke udara, dioksin dapat berpindah tempat dalam jarak jauh melampaui batas-batas negara (long-range transboundary movement). Oleh karena itu, dioksin dapat ditemukan di banyak tempat di dunia.
Perkembangan industri,  penggunaan bahan organik yang terklorinasi, plastic (PVC), herbisida, dan insektisida yang tinggi di suatu Negara, maka dalam tubuh manusia setempat semakin tinggi kandungan dioksinnya. Senyawa tersebut jika dibakar, terbentuk dioksin sebagai produk samping. Dioksin yang terbentuk selama pembakaran masuk ke udara bersama abu yang beterbangan, kemudian mengendap pada tanaman, kebun-kebun tanaman pangan yang akan dikonsumsi oleh ternak seperti sapi, dan ayam akhirnya dikonsumsi manusia
Dioksin bersifat larut dalam lemak, dan terakumulasi dalam pangan relatif tinggi  kadar lemaknya. Kandungan dioksin tersebar ke dalam produk pangan yaitu daging, susu, produk susu, ungags, daging ikan, dan telur. Pada daging ikan, dioksin dapat terakumulasi dalam rantai makanan, sehingga tingkat kadar dioksinnya mencapai rantai makanan, sehingga kadar dioksinnya mencapai 100.000 kali dari kadar dioksin yang terdapat dalam lingkungan sekitarnya. Dioksin dikenal sebagai senyawa hidrofobik, artinya bila dioksin berada di air dan mencari tempat menempel atau masuk ke dalam tubuh ikan. 
Ketika dioksin lepas ke air, dioksin akan menetap dalam sedimen dan kemudian senyawa tersebut ditransportasikan lebih jauh, atau termakan oleh ikan dan hewan perairan lainnya. Selanjutnya, senyawa dioksin akan mengalami bioakumulasi dan biomagnifikasi melalui rantai pangan, dimana biota pada tingkat trofi yang lebih tinggi mengakumulasi konsentrasi dioksin yang lebih besar.  Dioksin dengan konsentrasi dari sumber polusi sebesar 0,01 ppt akan diserap oleh plankton, kemudian dimakan oleh konsumer plankton seperti ikan dan selanjutnya dimakan oleh ikan yang lebih besar, dan pada akhirnya dioksin pada tingkat predator puncak seperti burung elang memiliki konsentrasi ribuan kali lebih tinggi dibandingkan konsentrasi awal.

Selain di lingkungan, dioksin dalam jumlah yang sangat kecil juga terdapat pada sejumlah bahan seperti produk yang diproduksi menggunakan plastik, resin, pemutih; bahan tampon/pembalut; bahan kemasan pangan; dan rokok. Penggunaan bahan tersebut menunjukkan bahwa manusia dapat terpapar dioksin (dalam dosis harian) meski dalam jumlah yang sangat kecil, namun hal ini masih menjadi perdebatan apakah paparan dalam jumlah tersebut memiliki efek klinik atau tidak.
Dari hasil evaluasi EPA (1994), telah dikonfirmasikan bahwa dioksin merupakan senyawa organik yang paling beracun yang manusia pernah ketahui, pengaruhnya sangat negatif terhadap risiko kesehatan, bahkan dengan dosis yang sangat kecil yaitu 10-15 ppt (part per trillion), yang terakumulasi selama hidup. Berdasarkan hal tersebut, EPA menetapkan ambang batas dioksin yang diizinkan dalam tubuh manusia adalah sekitar 0,006 pikogram (seper juta-juta gram) per kilogram berat badan, atau sekitar 0,40 pikogram untuk seorang dewasa. Sedangkan dosis yang dapat dipakai acuan adalah ADI (Acceptable Daily Intake) dari WHO yaitu 1-10 pg/kg/hari.Berdasarkan hasil kajian Europeon Commission dan US-EPA, lebih dari 90% paparan senyawa dioksin berasal dari makanan terutama lemak hewan. 
Beberapa kasus pencemaran oleh dioksin dalam pangan antara lain krisis dioksin di Belgia pada Mei 1999 ketika sejumlah dioksin masuk ke dalam rantai pangan melalui pakan ternak, akibatnya 7.000.000 ekor ayam dan 60.000 ekor babi harus dimusnahkan. Pada tahun 2004 di Belanda terdapat kasus meningkatnya kadar dioksin dalam susu, yang ternyata berasal dari tanah liat yang digunakan dalam proses produksi pakan ternak. Pada Juli 2007, European Commission menyatakan bahwa telah ditemukan dioksin dalam ikadar tinggi pada bahan tambahan pangan guar gum yang digunakan sebagai pengental dalam jumlah kecil pada daging, produk susu olahan, kue, atau produk pangan lain. Sumbernya ternyata berasal dari guar gum dari lndia yang terkontaminasi dengan pentaklorofenol yaitu pestisida yang kini telah dilarang.

B. Bahaya Dioksin

Dioksin merupakan zat kimia yang berbahaya yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan masayarakat. Dampak keracunan dioksin untuk jangka panjang adalah kanker dan aterosklerosis sehingga menaikkan angka kematian sampai 46 % pada beberapa kasus. Sedangkan efek jangka pendek, dapat menyebabkan lesi kulit seperti chloracne. Chloracne  adalah penyakit kulit yang parah dengan lesi menyerupai acne yang terjadi terutama pada wajah dan tubuh bagian atas, serta ruam kulit lainnya, perubahan warna kulit, dan kerusakan pada organ-organ tubuh lain, seperti hati, ginjal dan saluran cerna. Selain itu pada konsentrasi berkisar antara 1 mikrogram sampai beberapa mikrogram saja, dioksin dapat menyebabkan kematian pada hewan. Berikut beberapa bahaya lain dari dioksi, diantaranya:
  • Dioksin merupakan senyawa yang mampu mengacaukan sistem hormon, yaitu dengan cara bergabung dengan kaseptor hormon, sehingga mengubah fungsi dan mekanisme genetis dari sel. 
  • Menyebabkan timbulnya penyakit genetis dan dapat mempengaruhi pertumbuhan anak.
  • Menurunkan daya tahan tubuh, karena secara langsung dioksin mampu menurunkan sel B dan secara tidak langsung menurunkan jumlah sel T yang berperan dalam sistem Imun.
  • Mengacaukan sistem saraf
  • Keguguran kandungan
  • Mengakibatkan cacat kelahiran (birth deformity), seperti gangguan intelektual.  
  • Mengganggu fungsi reproduksi, dimana berakibat pada jumlah sperma laki-laki menurun dan endometriosis pada perempuan meningkat.
  • Mengganggu metabolisme glukosa yang dapat menyebabkan diabetes tipe 2. 
  • Menyebabkan penyakit jantung iskemik.
Dalam sejarah, kasus dioxin yang paling terkenal adalah Agent Orange yang terjadi di Vietnam saat Vietnam perang dengan Amerika Serikat. Saat ini, setelah 4 dekade  dampak dioxin masih dapat kita temukan. Banyak anak yang mengalami permasalahan tumbuh kembang. Misalnya pada gigi dan rambut. Agent Orange di Vietnam ini telah membunuh jutaan orang karena dioxin telah bercampur dengan tanah, mengendap di sungai-sungai sehingga tanaman dan air serta ikan yang mereka makan telah tercemar bahan kimia tersebut. Permasalahan yang terjadi di Vietnam akibat dari dioxin yang terkandung dalam Agent Orange adalah kelainan lahir bawaan pada bayi yang orang tuanya dulunya merupakan veteran Vietnam adalah kelainan pada otak, jantung, organ kelamin, dan saluran kencing, serta bibir sumbing (cleft palate), club foot, spina bifida, kanker kongenital, dan sindroma Down’s.
Sebenarnya dioxin yang berada di lingkungan dalam konsentrasi yang kecil namun terjadi bioakmulasi dan akan terakumulasi dalam rantai makanan terutama jaringan lemak. Akumulasi ini terjadi karena dioxin bersifat hidrofobik yang tidak akan terurai dalam air dan akan larut dalam lemak. Karena itulah dioxin banyak ditemukan pada daging, susu, ayam, dan telur. Akumulasi tersebut menjadikan manusia sebagai pihak yang mengalami akibat terparah karena manusia berada pada puncak rantai makanan. Sedangkan golongan yang paling rentan terkena dampak dioxin adalah janin, bayi, orang dengan diet makanan tertentu, dan pekerja industri. 

C. Pencegahan Toksisitas Dioksin

Upaya pencegahan toksisitas dioksis, diantaranya :
  1. Memisahkan sampah-sampah organik yang mudah terdegradasi oleh mikroorganisme dengan sampah yang susah terdegradasi seperti plastik.  Sampah-sampah plastik yang susah terdegradasi harus dikumpulkan dan jangan dibakar begitu saja karena berpotensi untuk menghasilkan dioksin.
  2. Melakukan pembakaran sampah berkisar antara 800 – 1100 °C, sebab dengan incinerator yang mampu membakar sampah hingga temperatur 10000C tidak akan menghasilkan dioksin. Terjadinya dioksin dalam pembakaran sampah, dapat dikendalikan dengan penguraian suhu tinggi tiroksin melalui pembakaran sempurna yang stabil. Untuk itu, penting untuk mempertahankan suhu tinggi gas pembakaran dalam tungku pembakaran, menjaga waktu keberadaan yang cukup bagi gas pembakaran, serta pengadukan campuran antara gas yang belum terbakar dan udara dalam gas pembakaran. Mengingat upaya ini untuk skala besar maka upaya perlu didukung serta dilakukan oleh pemerintah, khusunya pemerintah daerah yang daerahnya menghasilkan banyak volume sampah.
  3. Pencegahan pembentukan senyawa de novo yang juga merupakan penyebab munculnya dioksin, pendinginan mendadak serta pengkondisian suhu rendah gas pembakaran akan efektif.
  4. Terhadap debu terbang yang dikumpulkan dengan penghisap debu yang banyak mengandung dioksin, ada teknologi pemrosesan reduksi khlorinat dengan panas. Untuk udara atmosfir yang dikembalikan, karena menggunakan reaksi reduksi khlorinat dengan menukar khlor yang terkandung dalam dioksin dengan hidrogen, dengan terus memanaskan debu terbang pada suhu diatas 8000C dioksin dalam debu dari jumlah totalnya akan terurai. Ini digunakan sebagai teknologi yang dapat menguraikan dioksin dengan energi input lebih sedikit dibandingkan dengan peleburan.
  5. Bersikap ekstra hati-hati dalam mengkonsumsi makanan, dan yang lebih baik tentunya kita kembali kepada makanan-makanan yang sifatnya alami, yakni makanan yang kita olah dan produk sendiri baik itu tumbuh-tumbuhan, biji-bijian, makanan pokok, maupun daging dan ikan.

D. Upaya Pengendalian Dioksin

Dioksin bukan zat yang mudah terurai di alam. Sebagai akibatnya, dioksin terdapat di tanah, air, dan permukaan tumbuhan. Agar toksisitas dioksin tidak meningkat di alam, maka diperlukan suatu upaya. Berikut upaya pengendalian dioksin, diantaranya:

1. Menggunakan Titanium dan Ultraviolet
Kini, sebuah teknologi baru telah dikembangkan untuk memecahkan dioksin yang menyusahkan ini, yakni dengan memaparinya dengan cahaya dan mengubahnya menjadi sesuatu yang tidak berbahaya. Alat yang baru dikembangkan ini adalah sebuah alat untuk menghilangkan dioksin yang menggunakan suatu zat yang disebut Titanium dioksida. Titanium Oksida adalah senyawa yang banyak digunakan dalam pembuatan cat. Jika dikenai pada cahaya, terutama sinar ultra violet, maka senyawa tersebut akan bereaksi dengan oksigen di udara, dan dapat memecahkan materi-materi organik. Peralatan baru tersebut memanfaatkan sifat Titanium Oksida ini. Alat ini dipasang pada pipa gas buangan fasilitas pembakar sampah atau incinerator. Bila sampah dibakar, maka dioksin di dalam gas yang melalui pipa itu akan diurai menjadi karbon dioksida dan air, dengan mengenai Titanium Oksida dalam alat itu dengan sinar ultra violet.

Dengan menggunakan silika gel (bahan penyerap kelembaban), para ilmuwan telah berhasil menggunakan Titanium dioksida untuk mengurai dioksin. Silika gel tersbut yang berdiameter 3 mm dan permukaannya dilapisi oleh Titanium Oksida digunakan pada alat tersebut. Permukaan silika gel ini memiliki banyak lubang, sehingga memperbesar luas permukaannya, dan itu akan menarik dioksin terus menerus dengan daya serap yang besar. Dioksin yang diserap ke dalam silika gel tersebut kemudian diurai oleh Titanium Oksida yang dikenai pada sinar ultra violet. Hal yang menguntungkan, silika gel tembus pandang sehingga cahaya dapat menembusnya dan menyebabkan reaksi kimia di seluruh tempat. Oleh karena itu, hal ini dapat memecahkan dioksin dengan keandalan tinggi lebih dari 99 persen.
Peralatan yang baru dikembangkan ini sangat mudah untuk dipasangkan pada fasilitas pembakar sampah/incinerator yang sudah ada. Dan juga teknologi baru ini ramah lingkungan. Di masa lalu, cara menguraikan dioksin adalah dengan membakarnya pada suhu yang sangat tinggi sekitar 1000 derajat celcius, namun dengan teknologi baru ini tidak diperlukan lagi energi sebanyak itu. Alat ini hanya perlu memaparkan Titanium dioksida pada sinar ultra violet, jadi biaya operasinya hampir dapat dikatakan sangat rendah.

2. Mengurai Dioksin dengan Enzim
Baru-baru ini, Prof. K. Inoue dkk dari Kyoto University Jepang mengumumkan sebuah cara baru menguraikan dioksin, yakni dengan menggunakan enzim hasil penemuannya. Enzim buatan ini diperoleh dengan cara mengubah struktur gen pada enzim pengurai obat yang dimiliki oleh semua binatang mamalia. Pada dasarnya binatang mamalia memiliki sekumpulan enzim yang disebut cytocrom P-450, yang bekerja menguraikan zat kimia di dalam tubuh sehingga menjadi tidak beracun. Kumpulan enzim ini dapat juga menguraikan jenis dioksin yang tingkat toksisitasnya rendah, namun tidak sanggup menguraikan jenis dioksin dengan tingkat toksisitas sangat tinggi seperti 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD). 
Prof. Inoue dkk membuat enzim buatan pengurai dioksin jenis ini dengan cara mengambil satu jenis enzim dalam cytocrom P450 dari tikus. Dengan metoda transgenik, gen dalam enzim ini diubah agar bisa membentuk molekul enzim dimana bagian yang berfungsi mengikat zat kimia yang ingin diurai menjadi lebih panjang, kemudian gen ini ditransfer ke ragi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa enzim buatan ini dapat menguraikan 1 molekul 2,3,7,8-TCDD perjam, yang berarti kecepatan mengurainya 10~100 kali lebih tinggi dari enzim yang ada pada tubuh manusia. 
Penelitian ini masih dalam tahap awal. Namun, menurut Prof. Inoue, jika ini berhasil akan dapat diaplikasikan secara luas di berbagai bidang seperti menguraikan dioksin dalam bahan makanan, tanah dan lain sebagainya. Perlu diketahui, lebih dari 90% dioksin yang masuk kedalam tubuh kita adalah melalui makanan, baru sisanya melalui pernafasan. Berarti, enzim temuan ini bisa jadi alat canggih untuk menanganani dioksin yang sudah menjadi momok seluruh dunia.

E. Aspek Legal Pengendalian Dioksin

Indonesia telah mempunyai peraturan pemerintah republik Indonesia (PP) bahan beracun dan berbahaya (B3) dan salah satu dari bahan berbahaya dan beracun tersebut adalah Dioksin. Adapun peraturan pemerintah yang mengatur hal tersebut adalah :
  1. PP No 18 tahun 1999 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan telah di ubah menjadi PP No 85 tahun 1999
  2. PP No 74 tahun 2001 tentang pengelolan bahan berbahaya dan beracun 
Menurut peraturan pemerintah tersebut yang dimaksud dengan B3 adalah bahan yang karena sifat atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan manusia serta kelangsungan makhluk hidup lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan menyimpan dan menggunakan dan atau membuang bahan berbahaya dan beracun. 


F. Studi Kasus

Presiden Ukraina Viktor Yuschenko diduga keracunan dioksin melalui makanan. Sampel darahnya mengandung 100.000 U/gram TCDD, suatu kadar tertinggi kedua yang pernah tercatat pada manusia. Pada akhir tahun 2004 selama kampanya pemilihannya, Yushchenko dikonfirmasi telah tertelan TCDD dalam jumlah berbahaya. Beliau menderita cacat akibat keracunan, tetapi telah perlahan-lahan pulih. Setelah kampanyenya, Yushchenko menjadi sakit parah pada awal september 2004. Beliau diterbangkan ke klinik Rudolfinerhaus Wina untuk pengobatan dan didiagnosis bahwa beliau menderita pankreatitis akut, disertai dengan perubahan interstitial edema, disebabkan oleh infeksi virus yang serius dan zat kimia yang biasanya tidak ditemukan dalam produk makanan. Yushchenko mengklaim bahwa ia telah diracuni oleh agen-agen pemerintah. Setelah penyakitnya, wajahnya sangat rusak: kuning, kembung, dan bopeng.
Ahli toksikologi Inggris, Profesor John Henry, Rumah Sakit St Mary di London menyatakan perubahan wajah Yushchenko adalah karena chloracne, yang mana hasil dari keracunan dioxin. Ahli toksikologi Belanda Bram Brouwer juga menyatakan perubahan dalam penampilannya merupakan hasil dari chloracne, dan menemukan tingkat dioxin dalam darah Yushchenko 6.000 kali lipat di atas normal.
Pada bulan Agustus 2009, The Lancet menerbitkan sebuah makalah ilmiah oleh para peneliti Swiss dan Ukraina pada pemantauan, bentuk, distribusi, dan eliminasi dari 2,3,7,8-Tetrachlorodibenzodioxin (TCDD) pada tubuh Yushchenko setelah ia didiagnosis dengan keracunan berat. Tingkat TCDD di serum darah Yushchenko sebesar 50.000 kali lipat lebih besar dibandingkan pada populasi umum. Studi baru ini juga menyimpulkan bahwa dioxin "begitu murni, artinya dioxin pasti dibuat di laboratorium"
Menurut EPA, hanya 50% sumber dioksin yang dikenal. Dari yang dikenal tersebut 95% berasal dari proses pembakaran. Proses pembakaran yang dimaksud adalah pembakaran sampah plastik dan limbah rumah sakit. Dioksin juga teridentifikasi pada produk sampingan dari industri yang menggunakan klorin dalam proses produksinya, diantaranya seperti industri kimia, pestisida, plastik, pulp, kertas, dan sebagainya. Secara umum produk senyawa kimia organik yang menggunakan klor adalah sumber dioksin.Sumber lainnya adalah dari perairan, yang berasal dari pembuangan limbah industri. Selain itu dioksin juga dihasilkan dari alam, yaitu berasal dari kebakaran hutan dan aktifitas gunung berapi. Dengan kadar rendah dioksin ditemukan di semua lingkungan (udara, air, dan tanah). Karena sifat fisik dan kimianya, dioksin terutama ditemukan di lapisan tanah, sedimen, dan biota.
Dioksin bersifat lipofilik, maka dioksin ini mudah larut dalam lemak, sehingga mudah terakumulasi dalam jaringan makhluk hidup dan konsentrasinya dapat berlipat ganda pada jenjang yang lebih tinggi pada rantai makanan. Seiring perjalanan waktu, paparan dalam jumlah sedikit pun akan menumpuk sampai berpengaruh terhadap kesehatan. Saat terlepas ke udara, dioksin dapat menempuh jarak yang cukup jauh. Di air, dioksin dapat menumpuk pada tanah sungai, sehingga menempuh perjalanan lebih jauh ke hilir atau masuk ke tubuh ikan. Kebanyakan paparan dioksin yang kita alami terjadi melalui makanan. Dioksin yang terlepas ke atmosfer, menumpuk pada tanaman yang kemudian akan dimakan oleh hewan. Pada makhluk yang berada di bagian akhir rantai makanan, tentu penumpukan dioksin lebih tinggi. Karnivora, seperti manusia, mengakumulasi jumlah dioksin tertinggi, karena dioksin menumpuk dalam jaringan lemak. Bahkan, faktanya, pada sebagian besar orang 95% dioksin yang dikonsumsi berasal dari lemak hewani.
Bila makanan yang mengandung dioksin tersebut dimakan manusia, maka dioksin akan terakumulasi dalam tubuh dan berbahaya bagi kesehatan manusia, apabila paparan dioksin dengan kadar tinggi dalam jangka pendek pada manusia mengakibatkan lesi kulit seperti chloracne yaitu jenis jerawat permanen terutama pada bagian wajah dan tubuh bagian atas dengan gejala awal berupa gatal-gatal, bengkak, dan merah-merah. Chloracne dapat terjadi selama beberapa bulan hingga 15 tahun. Sedangkan jika pada paparan jangka panjang pada manusia dapat menyebabkan gangguan pada sistem imun, sistem syaraf, sistem endokrin, hati, pankreas, sistem pernafasan, fungsi reproduksi, serta efek lain seperti gangguan pertumbuhan pada anak, endometriosis, dan diabetes. Dioksin juga mampu mengubah fungsi genetika sel, sehingga dapat menyebabkan timbulnya penyakit genetis dan dapat mempengaruhi pertumbuhan anak.  Berdasarkan data penelitian dan data epidemiologi manusia, dioksin diklasifikasikan oleh International Agency for Research on Cancer (IARC), sebagai karsinogen kelas 1 yaitu senyawa yang terbukti dapat menyebabkan kanker pada manusia.

Kesimpulan

Dioksin merupakan suatu senyawa kimia yang bersifat racun (toksik) dan dapat menimbulkan kanker. Dioksin tebentuk dari manusia dan sumber alam, namun kebanyakan dioksin terbentuk dari manusia. Dioksin yang terbentuk dari manusia adalah dioksin yang terbentuk melalui proses industri kimia yang melibatkan klorin, proses pembakaran sampah insinerasi, produksi samping industri pembuatan pestisida, pulp, proses pembakaran kayu,  batu bara, bensin, atau minyak, limbah kota, peleburan logam, serta penyulingan. Sedangkan dioksin yang berasal dari sumber alam yaitu kebakaran hutan dan letusan gunung berapi. Dioksin terbentuk alami pada lingkungan dan tidak bisa terurai. Dioksin yang berada dalam lingkungan akan menempel pada tanaman, tanah, dan air.
Efek yang ditimbulkan dari dioksin dalam jangka waktu lama ialah menyebabkan kanker dan ateroskelosis, lalu efek jangka pendek dari toksisitas dioksin yaitu dapat menyebabkan lesi kulit seperti chloracne. Dampak lain dari toksisitas dioksin adalah cacat pada janin, gangguan sistem kekebalan tubuh, mempengaruhi sistem saraf, sistem endokrin, fungsi reproduksi, meningkatkan tigliserida dan kolesterol, menyebabkan gangguan fungsi hati dan jantung, serta dapat membuat gangguan pada pertumbuhan. 
Semua hal yang berkaitan dengan dioksin telah dirumuskan secara legal dalam  peraturan pemerintah mengenai bahan beracun dan berbahaya (B3) pada peraturan pemerintah Nomor 8 tahun 1999 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan telah di ubah menjadi peraturan pemerintah  No 85 tahun 1999, dan peraturan pemerintah Nomor 74 tahun 2001 tentang pengelolan bahan berbahaya dan beracun. 


Daftar Pustaka

  • Ansyori, Isa. 2011. Bahaya Dioksin. Beranda Pusarpedal Vol 3 Tangerang
  • Beranda PUSARPEDAL Volume 2 Edisi Mei-Agustus 2010 
  • Beranda PUSARPEDAL Volume 3 Edisi Januari-April 2011
  • Buletin Keamanan Pangan Badan POM RI Volume 17 tahun 2010
  • Wulandari, yennie. 2010. Cemaran Senyawa Dioksin dalam Pangan (Buletin Keamanan Pangan). BPOM RI Volume 17 tahun IX
  • Latief, A. Sutowo. 2010. Manfaat dan Dampak Penggunaan Insinerator terhadap Lingkungan. Jurnal Teknis Vol. 5 No.1. Halaman 20 - 24
  • Montague, Peter. 1994. Dioxin Danger More Than Expected. Diakses dari https://www.greenleft.org.au/node/8639 pada 22 Maret 2014 pukul 00.30 WIB
  • Martunus, dkk. 2007. Ekstraksi Dioksin dalam Limbah Air Buangan Industri Pupl dan Kertas dengan Pelarut Toluen. Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 6 No. 1. Halaman 1-5
  • NIH [National Institute of Environmental Health Science]. 2012. Dioxin. Diakses dari www.niehs.nih.gov pada 22 Maret 2014 pukul 00.50 WIB
  • O Sorg, M Zennegg, P Schmid, R Fedosyuk, R Valikhnovskyi, O Gaide, V Kniazevych, J-H Saurat (2009). "2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD) poisoning in Victor Yushchenko: identification and measurement of TCDD metabolites". The Lancet 374 (9696): 1179–85. BBC (13 January 2010). "Profile: Viktor Yushchenko"
  • WHO [Wolrd Health Organization].2010.Dioxin and their effects on human health. Fact Sheet Nº225. Diakses dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs225/en/  pada 22 Maret 2014 pukul 00.15 WIB

Using an air conditioner in summer may affect sleep quality

A study by a joint research team including professor Kazuyo Tsuzuki of Toyohashi University of Technology, Department of Architecture and Civil Engineering, National Institute of Advanced Industrial Science and Technology and Asahi Kasei Homes revealed that airflow from an air conditioner (AC) stimulates the human body while sleeping and impacts on sleep conditions even if the mean airflow velocity is lower than an insensible level. It suggests some AC setting may have an unintentional negative impact on sleep quality despite the comfort the person feels.

Urban warming blocks the temperature at night from cooling. It causes sweltering nights and deteriorates sleep quality. However, high-quality sleep can still be realized if the room temperature is controlled effectively with an AC. The general belief is that having the AC on all night is bad for health. Also, quite a few of us experience chills while sleeping and awakening due to cold temperature.

Airflow velocity in the sleeping environment can be configured with the AC. However, no data on airflow velocity measurement or research on the influence of AC airflow have been available.

The research team, led by professor Kazuyo Tsuzuki, had the subjects sleep in two bedrooms set to the same temperature using ACs set at different airflow velocities, then made a comparison of the depth of sleep and body temperature control using electroencephalogram (EEG) measurements as well as subjective reporting by the subjects.

We call the air velocity of 0.2m/s or lower "insensible airflow," in a sense, the person remains unaware of such a low level of airflow. In this study, a comparison was made on the influence of two types of airflow, mean velocity of 0.14 m/s (general AC) and 0.04 m/s (customized AC), both at a room temperature of 26 °C. Subjects felt cooler with the higher airflow velocity during wakefulness and sleep. However, no significant difference was observed in the feeling of comfort, length of sleep depth, skin temperature, rectal temperature or sense of warmth or coolness in each subject before sleeping. General AC lowers airflow when the room temperature reaches the desired setting and starts increasing the flow again when the temperature is higher. The study compared the correlation between the timing of the airflow starting to blow and body movement, heart rate and waking stage in sleep depth. The results found that the subjects have significantly greater body movements, an increased heart rate and a higher frequency of waking in the room that has the AC with a mean velocity of 0.14 m/s. This suggests the general AC may have some influence on sleep, as we discovered that subjects roll over or their sleep depth changes the moment cool air blows out.

This study was conducted using healthy adult male subjects. It implies that the cold airflow may have a greater impact on the overall sleep of female and elderly subjects with lower physical strength or a greater sensitivity to cold. The result of this study is expected to be a useful clue as to how to configure the airflow velocity of an AC to create a comfortable sleeping environment.

This research is the result of the study conducted by Professor Kazuyo Tsuzuki at the National Institute of Advanced Industrial Science and Technology.

The research results were reported online in the Energy and Buildings journal on December 23, 2016.

Story Source:

  • Materials provided by Toyohashi University of Technology.
    Note: Content may be edited for style and length.


Journal Reference:

  • Naomi Morito, Kazuyo Tsuzuki, Ikue Mori, Hajime Nishimiya. Effects of two kinds of air conditioner airflow on human sleep and thermoregulation. Energy and Buildings, 2017; 138: 490 DOI: 10.1016/j.enbuild.2016.12.066

Makalah Pelayanan Tenaga Kefarmasian

BAB 1
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dengan orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien.

Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.

Di kalangan farmasis mulai ada panggilan untuk meningkatkan peranannya dalam pelayanan kesehatan, sehingga munculah konsep pharmaceutical care . Konsep pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) merupakan pelayanan yang dibutuhkan dan diterima pasien untuk menjamin keamanan dan penggunaan obat yang rasional, baik sebelum, selama, maupun sesudah penggunaan obat.

Keinginan yang kuat untuk mengembalikan peran seorang farmasis di dunia kesehatan membuat pelayanan kefarmasian berkembang menjadi farmasis klinik (clinical pharmacist). Clinical pharmacist merupakan istilah untuk farmasis yang menjalankan praktik kefarmasian di klinik atau di rumah sakit. Keberadaan praktik profesional dari farmasis ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggantikan peranan dokter, tetapi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan pelayanan kesehatan terkait adanya peresepan ganda untuk satu orang pasien, banyaknya obat-obat baru yang bermunculan, kebutuhan akan informasi obat, angka kesakitan dan kematian yang terkait dengan penggunaan obat serta tingginya pengeluaran pasien untuk biaya kesehatan akibat penggunaan obat yang tidak tepat.

Ruang lingkup dalam pelayanan farmasi harus dilaksanakan dalam kerangka sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada pasien. Ruang lingkup pelayanan farmasi tersebut meliputi tanggung jawab farmasis dalam menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan, menjamin kualitas obat yang diberikan aman dan efektif dengan memperhatikan keunikan individu, menjamin pengguna obat atau alat kesehatan dapat menggunakan dengan cara yang paling baik, dan bersama dengan tenaga kesehatan lain bertanggungjawab dalam menghasilkan therapeutic outcomes yang optimal.

RUMUSAN MASALAH

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah Pelayanan Kefarmasian di Klinik dan untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :
  • Pengertian pelayanan kefarmasian di klinik
  • Tujuan pelayanan farmasi
  • Tahap-tahap pelayanan farmasi
  • Karakteristik praktek pelayanan farmasi 

TUJUAN PENULISAN

Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pelayanan farmasi, dan adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :
  • Untuk mengetahui pengertian pelayanan kefarmasian
  • Untuk mengetahui tujuan adanya pelayanan kefarmasian di klinik
  • Untuk mengetahui dan memahami tahapan dalam pelayanan kefarmasian di klinik


LANDASAN HUKUM

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

  • Bab I pasal 1
    Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
  • Bab V pasal 42
    Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan dalam rangka menjaga mutu sediaan farmasi yang beredar.
  • Bab VI pasal 63
    Pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi dan pelayanan sediaan farmasi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
  • Bab X pasal 82
    Barangsiapa yang tanpa keahlian dan kewenangan dengan sengaja melakukan pekerjaan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam pasal 63 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah).
  • Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
  • Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika
  • Ordonansi Obat Berkhasiat Keras (Sterekwerkende geenesmiddelen ordonantie Stb.1949 /no.419)
  • Kepmenkes No. 125/Kab/B VII/th 1971 tentang Wajib Daftar Obat 
  • Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)

RUANG LINGKUP

Menurut SK MenKes No 436/ MenKes/SK/VI/1993 Pelayanan farmasi berupa:
  • Melakukan konseling
  • MESO
  • Pencampuran obat suntik secara aseptis
  • Menganalisis efektivitas biaya
  • Penentuan kadar obat dalam darah
  • Penanganan obat sitostatika
  • Penyiapan Total Parenteral Nutrisi
  • Pemantauan penggunaan obat
  • Pengkajian penggunaan obat



BAB II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN

Pengertian Pelayanan Farmasi di Klinik adalah Semua kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Farmasis di klinik yang berorientasi kepada pasien (patient oriented). Selain itu, pelayanan farmasi juga bisa disebut dengan semua pelayanan yang diberikan oleh farmasis dalam usaha meningkatkan pengobatan rasional yang aman, tepat dan ekonomis
Definisi Pharmaceutical care menurut Federation International Pharmaceutical

Ph care is the responsible provision of pharmaco-therapy for the purpose of achieve definite outcomes that improve or maintain a patient’s quality of life. It is a collaborative process that aims to prevent or identify and solve medicinal product and health related problems. This is a continous quality improvement process for the use of medicinal products.

Menurut ESCP, farmasi klinik merupakan pelayanan yang diberikan oleh apoteker di RS, apotek, perawatan di rumah, klinik, dan di manapun, dimana terjadi peresepan dan penggunaan obat. Adapun tujuan secara menyeluruh aktivitas farmasi klinik adalah meningkat­kan penggunaan obat yang tepat dan rasional, dan hal ini berarti:
  • Memaksimalkan efek pengobatan yaitu penggunaan obat yang paling efektif untuk setiap kondisi tertentu pasien.
  • Meminimalkan risiko terjadinya adverse effect, yaitu dengan cara memantau terapi dan kepatuhan pasien terhadap terapi.
  • Meminimalkan biaya pengobatan yang harus dikeluarkan oleh pasien atau pemerintah (ESCP, 2009).
  • Orientasi pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser lebih ke arah pelayanan kefarmasian klinik (Pharmaceutical Care), yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Tujuan pelayanan kefarmasian klinik :

a) kesembuhan (cure of disease)

b) pengurangan gejala penyakit (elimination or reduction of patient’s symptoms)

c) perlambatan proses terjadinya penyakit (arresting or slowing of a disease process)

d) pencegahan penyakit atau gejala penyakit (preventing a disease or symptoms)


TUJUAN

Tujuan Pelayanan Farmasi di Klinik adalah mendukung penggunaan obat & perbekalan kesehatan yang rasional, dengan cara :
  • Memaksimalkan efek terapi obat (misal dg menggunakan obat yg paling efektif berdasarkan kondisi klinik pasien)
  • Meminimalkan risiko/efek samping terapi (misal dg memantau terapi & kepatuhan pasien thdp terapi)
  • Meminimalkan biaya pengobatan
  • Menghormati pilihan pasien

TAHAP-TAHAP PELAYANAN KEFARMASIAN

Sebelum peresepan

Uji klinis adalah suatu pengujian penyakit pada pasien yang dilakukan oleh dokter. 
  • Formulasi adalah campuran bahan aktif dengan bahan lainnya yang mempunyai daya kerja dalam sutu obat 
  • Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh pasien. Sumber informasi obat adalah Buku Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta buku-buku lainnya. Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat yang berisi :
    • Nama dagang obat jadi
    • Komposisi
    • Bobot, isi atau jumlah tiap wadah
    • Dosis pemakaian
    • Cara pemakaian
    • Khasiat atau kegunaan
    • Kontra indikasi (bila ada)
    • Tanggal kadaluarsa
    • Nomor ijin edar/nomor registrasi
    • Nomor kode produksi
    • Nama dan alamat industri
       
Informasi obat yang diperlukan pasien adalah :
  • Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari, apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan. 
  • Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi. 
  • Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina.

    Selama peresepan
    Konseling
    • Pelayanan Resep
      Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan resep dilakukan sebagai berikut :
    • Penerimaan Resep
      Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
      • Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor surat izin praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter, tanggal, penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin pasien.
      • Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
      • Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian dosis.
      • Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau obatnya tidak tersedia

    Sesudah peresepan
    • Konseling adalah suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya dan untuk mencapai perkembangan yang optimal
    • Penyiapan formulasi kepada pasien
    • Peracikan Obat
    • Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut : 
      • Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat. 
      • Peracikan obat. 
      • Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna biru untuk obat luar, serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan obat dalam bentuk larutan. 
      • Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah. 
      • Penyerahan Obat

    Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
    • Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat. 
    • Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya kurang stabil. 
    • Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya. 
    • Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat, dan lain-lain. 
    • Evaluasi penggunaan obat Tentang cara pemakaian , dosis, indikasi, kontra indikasi, efek samping.
    • Memantau efek terapi Menilai respon pengobatan yang disebabkan oleh obat.
    • Studi farmakoekonomi Biasanya disini untuk kesanggupan pasien dalam mnebus resep.

    KARAKTERISTIK PRAKTEK PELYANAN FARMASI DI KLINIK
    • Berorientasi kepada pasien
    • Bersifat pasif, dengan melakukan intervensi setelah pengobatan dimulai atau memberikan informasi jika diperlukan
    • Bersifat aktif, dengan memberi masukan kepada dokter sebelum pengobatan dimulai atau menerbitkan buletin2 informasi obat atau pengobatan
    • Bertanggungjawab terhadap setiap saran atau tindakan yang dilakukan
    • Menjadi mitra dan pendamping dokter

    KENDALA DALAM KEGIATAN FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS
    • Kurangnya pengetahuan teknis
    • Kurangnya kemampuan berkomunikasi
    • Tekanan kelompok kerja/ketidaknyamanan kerja
    • Kurangnya motivasi dan keinginan untuk berubah
    • Kurang percaya diri
    • Kurang pelatihan dalam arus kerja yg sesuai
    • Peningkatan persepsi tentang tanggung jawab
    • Kurangnya staf Farmasis di Klinik

    PENGETAUAN DAN KEMAMPUAN YANG DI BUTUHKAN DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN DI KNIK

    • Pengetahuan tentang farmakologi, indikasi, dosis, interaksi obat, efek samping, toksikologi dari obat-obat yang sering digunakan
    • Pengetahuan tentang tanda-tanda klinik, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan dan clinical outcomes dari penyakit-penyakit yang sering dijumpai
    • Pemampuan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan startegi monitoring terapi obat untuk pasien secara individual
    • Pemampuan untuk melakukan wawancara riwayat pengobatan pasien
    • Pemampuan untuk melakukan konseling mengenai pengobatan pasien
    • Pengetahuan mengenai sumber informasi obat, dan keahlian untuk mengambil dan mengevaluasi informasi
    • Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan tenaga kesehatan yang lain untuk mendukung terapi obat yang rasional dan efektif

    Masalah pelayanan kefarmasian yang terkait dalam obat
    Semua masalah yang terkait dengan pengobatan yang dapat menyebabkan pengobatan menjadi tidak optimal, bahkan dapat menyebabkan kejadian yang merugikan bagi pasien
    • Membutuhkan obat tetapi tidak menerimanya
    • Menerima obat yang tidak sesuai dengan indikasinya
    • Menggunakan obat yang salah
    • Minum/memakai obat dengan dosis terlalu rendah 
    • Minum/memakai obat dengan dosis terlalu tinggi 
    • Tidak minum/pakai atau menerima obat yang diresepkan 
    • Interaksi obat

    BAB IIIKESIMPULAN

    Pengertian Pelayanan Farmasi di Klinik adalah Semua kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Farmasis di klinik yang berorientasi kepada pasien (patient oriented) dengan bekerja sama dengan dokter dan atau tenaga medis yang lain sesuai dengan konsep pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) sehingga dapat memberikan pelayanan yang dibutuhkan dan diterima pasien dalam hal kefarmasian untuk menjamin keamanan dan penggunaan obat yang rasional, baik sebelum, selama, maupun sesudah penggunaan obat. 

    Tahap-tahap pelayanan kefarmasian serta karakteristiknya hampir sama seperti pada pelayanan kefarmasian di medical center yang lainnya yakni rumah sakit dan puskesmas. Tahap-tahapnya antara lain yang dilakukan sebelum peresepan adalah Sebelum peresepan adalah Uji klinis, Formulasi dan Pelayanan Informasi obat, kegiatan selama peresepan antara lain Konseling, pelayanan resep, dan penerimaan resep, dan setelah peresepan adalah Konseling, Penyiapan formulasi kepada pasien, Peracikan Obat, Penyerahan Obat, Evaluasi penggunaan obat, Memantau efek terapi, dan Studi farmakoekonomi, sehingga dapat tercapai tujuan pelayanan kefarmasian yaitu mendukung penggunaan obat dan perbekalan kesehatan yang rasional, aman, tepat dan ekonomis.


    BAB IV
    DAFTAR PUSTAKA


    • Aslam M, Tan, CK dan Prayitno, A., 2003, Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy), PT Elex Media Jakarta
    • Herfindal, ET., Gourley, DR.,2000, Textbook of Therapeutic Drug and Disease Management, W&W Publ., Philadelphia
    • Hughes, J., Donelly R., Chatgilton, JG., 1998, Clinical Pharmacy : A Practical Approach, The SHPAus, Sidney
    • Jones, WN., Campbell S., 1993, Designing and Recomending Pharmacist Care Plan, Clinical Skill Program, ASHPh
    • ESCP, 1983, The Clinical Pharmacist: education document, Barcelona
    • Ikawati, Zullies. 2010. Pelayanan Farmasi Klinik pada Era Genomik: Sebuah Tantangnan dan Peluang. Farmasi Klinik Fakultas Farmasi UGM
    • Departemen Kesehatan RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor No 436/ MenKes/SK/VI/1993 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek


    Toksikologi Bahan Pangan dan Bahaya Mikrobiologi

    PENDAHULUAN

    Toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan dengan terpejannya (exposed) makhluk tadi. Apabila zat kimia dikatakan berracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadapmekanisme biologi tertentu pada suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Sehingga apabila menggunakan istilahtoksik atautoksisitas, maka perlu untukmengidentifikasi mekanisme biologi di mana efek berbahaya itu timbul. Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi pada suatu organisme (Wirasuta, 2006).

    Pangan merupakan kebutuhan mendasar manusia yang paling pokok. Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hak asasi utama umat manusia, karena hanya dengan pemenuhan pangan yang layak dan aman dikonsumsi manusia dapat tumbuh dan berkembang. Pangan yang layak dikonsumsi harus ada dalam keadaan normal dan tidak menyimpang dari karakteristik yang seharusnya dimiliki, yaitu harus bebas dari bahaya biologis, kimia dan fisika yang membahayakan kesehatan manusia. Dari sudut pandang inilah keamanan pangan merupakan suatu keharusan (Widodo, 2003).

    Keamanan makanan merupakan suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegahnya dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (Balai POM RI, 2003). Selain itu keamanan makanan juga dimaksudkan untuk menjamin persediaan makanan yang bebas dari pencemaran bahan-bahan kimia berbahaya dan cemaran mikroba yang dapat menganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

    Suber racun dalam makanan bisa datang dari luar makanan atau juga memang terkandung sebagai salah satu zat dalam makanan tersebut, seperti asam sianida (HCN) dalam singkong serta asam jengkol pada jengkol atau beberapa jenis bahan makanan dari laut (sea food). Bahan beracun yang bersumber dari luar bahan makanan bisa datang akibat kelalaian pada waktu penyimpanan yakni disimpan di tempat yang lembab sehingga tumbuh jamur dan spora yang memproduksi racun atau disimpan di tempat terbuka sehingga bisa dikontaminasi serangga seperti lalat yang membawa mikroba yang menghasilkan racun, atau juga racun itu bisa terkontaminasi pada waktu disimpan dan diletakan dekat zat kimia beracun seperti formalin. Sianida. Arsenic dan lain sebagainya.

    Sumber racun dapat kita kategorikan dari dua sifat yaitu organic dan anorganik. Racun anorganik yairu racun yang berasal dari zat-zat kimia yang berhaya seperti formalin,sianida, arsenic dsb. Sedangkan racun yamg bersifat organika yaitu racun yang dihasilkan oleh bakteri, mikroba atau cendawan (jamur).

    Bakteri-bakteri dan cendawan yang memproduksi racun yaitu:
    • Colstridium Botulinum. Bakteri bisa ditemukan pada makanan kaleng yang diproses tidak sempurna seperti daging, ikan sayur dan buah. Bakteri ini tahan akan suhu yang agak tinggi serta mapu bertahan ditempat atau kemasan yang hampa udara (unaerob) seperti kemasan kaleng pabrikan.
    • Bakteri umumnya ditemukan pada kotoran manusia, kotoran hewan, tanah serta sampah organik. Bakteri ini dapat mencemari bahan makanan apa saja, terutama bahan makanan yang masih basa atau mengandung air seperti daging, ikan , sayur atau buah terutama pada waktu handling bahan makanan tersebut.


    PEMBAHASAN

    Cemaran Biologis

    Bahaya biologis atau mikrobiologis terdiri dari parasit (protozoa dan cacing), virus, kapang, dan bakteri patogen yang dapat tumbuh dan berkembang di dalam bahan pangan, sehingga dapat menyebabkan infeksi dan keracunan pada manusia. Beberapa bakteri patogen juga dapat menghasilkan toksin (racun), sehingga jika toksin tersebut terkonsumsi oleh manusia dapat menyebabkan intoksikasi. Intoksikasi adalah kondisi ketika toksin sudah terbentuk di dalam makanan atau bahan pangan, sehingga mengindikasikan keadaan berbahaya. Sekalipun makanan atau bahan pangan sudah dipanaskan sebelum disantap, toksin yang sudah terbentuk masih tetap aktif dan bisa menyebabkan keracunan meski bakteri tersebut sudah tidak terdapat dalam makanan.

    Mikrobia

    1. Bakteri patogenik
    • Staphylococcus aureus Pangan asal ternak berisiko tinggi terhadap cemaran mikroba pembusuk atau patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Dengan karakteristik yang khas, produk ternak merupakan media yang disukai mikroba sebagai tempat tumbuh dan berkembang. Setelah dipotong, mikroba mulai merusak jaringan sehingga bahan pangan hewani cepat mengalami kerusakan bila tidak mendapat penanganan yang baik. Mikroba pada produk ternak terutama berasal dari saluran pencernaan. Beberapa jenis penyakit yang ditimbulkan oleh pangan asal ternak adalah penyakit antraks, salmonelosis, brucellosis, tuberkulosis, klostridiosis, dan penyakit akibat cemaran Staphylococcus aureus.
    • Campylobacter jejuni Seperti daging hewani lainnya, daging unggas cocok sebagai media perkembangan mikroba, karena unggas cenderung berada di lingkungan yang kotor. Selain hidup dalam kondisi kotor, cemaran daging unggas di Indonesia juga dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan peternak, kebersihan kandang, serta sanitasi air dan pakan. Sanitasi kandang yang kurang baik dapat menyebabkan timbulnya cemaran mikroba patogen yang tidak diinginkan.

      Karkas ayam mentah paling sering dikaitkan dengan cemaran Salmonella dan Campylobacter yang dapat menginfeksi manusia. Campylobacter jejuni merupakan salah satu bakteri patogen yang mencemari ayam maupun karkasnya. Cemaran bakteri ini pada ayam tidak menyebabkan penyakit, tetapi mengakibatkan penyakit yang dikenal dengan nama campylobacteriosis pada manusia. Penyakit tersebut ditandai dengan diare yang hebat disertai demam, kurang nafsu makan, muntah, dan leukositosis.

    • Salmonella Telur merupakan produk unggas yang selalu dihubungkan dengan cemaran Salmonella yang berasal dari kotoran ayam dalam kloaka atau dalam kandang. Secara alami, cangkang telur merupakan pencegah yang baik terhadap cemaran mikroba. Cemaran bakteri dapat terjadi pada kondisi suhu dan kelembapan yang tinggi.

      Cemaran pada telur bebek lebih banyak dibanding pada telur ayam. Apabila penanganan telur tidak dilakukan dengan baik, misalnya kotoran unggas masih menempel pada cangkang telur, maka kemungkinan Salmonella dapat mencemari telur, terutama saat telur dipecah. Cemaran mikroba tersebut dapat dikurangi dengan cara mencuci dan mengemas telur sebelum dipasarkan. Salmonelosis merupakan penyakit yang diakibatkan oleh cemaran Salmonella dan dapat menyebabkan rematik, meningitis, abses limpa, pankreatitis, septikemia, dan osteomielitis.
    • E. coli, Brucella sp., Bacillus cereus, Listeria monocytogenes, Campylobacter sp.Beberapa bakteri patogen yang umum mencemari susu adalah Brucella sp., Bacillus cereus, Listeria monocytogenes, Campylobacter sp., Staphylococcus aureus, dan Salmonella sp. Bakteri E.coli dalam air susu maupun produk olahannya dapat menyebabkan diare pada manusia bila dikonsumsi.

      Susu merupakan bahan pangan yang berasal dari sekresi kelenjar pada hewan mamalia seperti sapi, kambing, kerbau, dan kuda. Susu mengandung protein, lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan sejumlah enzim. Susu yang berasal dari sapi sehat dapat tercemar mikroba non patogen yang khas segera setelah diperah. Pencemaran dapat berasal dari sapi, peralatan pemerahan, ruang penyimpanan yang kurang bersih, debu, udara, lalat dan penanganan oleh manusia.

      Kandungan mikroba yang tinggi menyebabkan susu cepat rusak. Pertumbuhan mikroba dalam susu dapat menurunkan mutu dan keamanan pangan susu, yang ditandai oleh perubahan rasa, aroma, warna, konsistensi, dan penampakan. Oleh karena itu, susu segar perlu mendapat penanganan dengan benar, antara lain pemanasan dengan suhu dan waktu tertentu (pasteurisasi) untuk membunuh mikroba yang ada.
    • Shigella sp, Vibrio cholera, Listeria monocytogenes, Clostridium spBuah dan sayur dapat tercemar oleh bakteri patogen yang berasal dari air yang tercemar limbah, tanah, atau kotoran hewan yang digunakan sebagai pupuk. Tingkat cemaran akan meningkat pada bagian tanaman yang ada di dalam tanah atau dekat dengan tanah. Air irigasi yang tercemar Shigella sp., Salmonella sp., E. coli, dan Vibrio cholerae dapat mencemari buah dan sayur. Selain itu, bakteri Bacillus sp., Clostridium sp., dan Listeria monocytogenes dapat mencemari buah dan sayur melalui tanah.

      Tingkat cemaran mikroba tergantung dari lamanya waktu sejak sayuran dipanen hingga dipasarkan karena memungkinkan mikroba tumbuh dan berkembang. Penanganan dan pemasakan yang baik dan benar dapat mematikan bakteri patogen tersebut, kecuali bakteri pembentuk spora yang dapat menghasilkan zat karsinogen. Listeria monocytogenes dapat menyebabkan penyakit ringan seperti flu hingga penyakit berat seperti meningitis dan meningoensefalitis. Sementara patogen bawaan dari makanan seperti Clostridium botulinum sangat berkaitan dengan penyakit ekstraintestinal akut, yang dapat menyebabkan sindrom neuroparalisis dan sering kali berakibat fatal.
    • Proteus morganii, Klebsiella pneumoniae, Hafnia alvei, Vibrio vulnificus, Vibrio parahaemolyticusSeperti produk hewani lainnya, ikan merupakan sumber pangan yang mudah rusak. Dengan kandungan air dan protein tinggi, ikan merupakan tempat sangat cocok sebagai media untuk pertumbuhan mikroba baik patogen maupun nonpatogen. Kerusakan ikan terjadi segera setelah ikan keluar dari air, namun aktivitas mikroba yang akan merusak daging ikan baru terjadi setelah ikan melewati fase rigor mortis.

      Kerusakan ikan ditandai dengan adanya lendir di permukaan ikan, insang memudar (tidak merah), mata tidak bening, berbau busuk, dan sisik mudah terkelupas. Ikan dari perairan pantai sering kali tercemar oleh bakteri Vibrio parahaemolyticus yang dapat menular pada saat transportasi maupun pemasaran. Bakteri sering mengkontaminasi produk perikanan umumnya merupakan bakteri Vibrio vulnificus dan V. Cholerae.

      Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan, cemaran bakteri Vibrio sp. dalam produk pangan harus negatif, artinya tidak boleh ada. Bakteri patogen lainnya adalah yaitu Proteus morganii, Klebsiella pneumoniae, dan Hafnia alvei. Tiga spesies bakteri tersebut sering mencemari ikan laut dari famili Scombroidei yang banyak terdapat di perairan Indonesia.

      Kasus keracunan histamin pada mulanya lebih dikenal sebagai keracunan scombroid karena melibatkan ikan dari famili Scombroidei, yaitu tuna, bonito, tongkol, mackerel, dan seerfish. Jenis ikan tersebut mengandung histidin bebas dalam jumlah besar pada dagingnya, yang pada kondisi tertentu dapat diubah menjadi histamin karena adanya aktivitas enzim histidine dekarboksilase dari bakteri yang mencemari ikan tersebut. Gejala keracunan histamin dimulai beberapa menit sampai beberapa jam setelah ikan dikonsumsi.

    2. Kapang

    • Aspergillus flavus dan A. Parasiticus
      Kapang merupakan jenis mikroba yang menyerang tanaman pangan, terutama serealia dan kacang-kacangan. Serangan kapang dapat terjadi saat tanaman masih di ladang (cemaran prapanen), maupun selama penanganan pascapanen. Kapang yang umum mencemari serealia dan kacang-kacangan adalah Aspergillus flavus dan A. Parasiticus yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia karena menghasilkan racun aflatoksin.

      Kedua jenis kapang ini dapat menghasilkan Aflatoksin yang merupakan secondary metabolic products dan bersifat toksik bagi manusia. Aflatoksin merupakan molekul kecil yang tidak suka terhadap air, tahan terhadap perlakuan fisik, kimia maupun biologis dan tahan terhadap suhu tinggi. Aflatoksin yang umum dijumpai adalah aflatoksin B1, B2, G1, G2, M1, dan M2. Dari enam jenis aflatoksin tersebut, yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah aflatoksin B1. Selain aflatoksin, fumonisin juga merupakan salah satu mikotoksin yang dihasilkan oleh kapang dari spesies Fusarium moniliforme.

    • Aspergillus ochraceus
      Secara alami A. ochraceus terdapat pada tanaman yang mati atau busuk, juga pada biji-bijian, kacang-kacangan dan buah-buahan. Menghasilkan toksin yang sangat berbahaya yaitu Okratoksin. Okratoksin, terutama Okratoksin A (OA) diketahui sebagai penyebab keracunan ginjal pada manusia maupun hewan, dan juga diduga bersifat karsinogenik.

      Selain pada produk tanaman, ternyata OA dapat ditemukan pada berbagai produk ternak seperti daging babi dan daging ayam. Hal ini karena OA bersifat larut dalam lemak sehingga dapat tertimbun di bagian daging yang berlemak. Manusia dapat terekspose OA melalui produk ternak yang dikonsumsi.

    • Penicillium viridicatum
      P.viridicatum Menghasilkan racun Ocratoksin A. tumbuh pada suhu antara 0 – 310 C dengan suhu optimal pada 200C dan pH optimum 6 – 7. Selain dihasilkan oleh kapang A.ochraceus, OA juga dapat dihasilkan oleh Penicillium viridicatum (Kuiper-Goodman, 1996) yang terdapat pada biji-bijian di daerah beriklim sedang (temperate), seperti pada gandum di eropa bagian utara. Saat ini diketahui sedikitnya 3 macam Okratoksin, yaitu Okratoksin A (OA), Okratoksin B (OB), dan Okratoksin C (OC). OA adalah yang paling toksik dan paling banyak ditemukan di alam.

    • Fusarium graminearum, F.tricinctum, dan F. moniliforme.
      Zearalenon adalah toksin estrogenik yang dihasilkan oleh kapang Fusarium graminearum, F.tricinctum, dan F. moniliforme. Kapang ini tumbuh pada suhu optimum 20 – 250C dan kelembaban 40 – 60 %. Zearalenon pertama kali diisolasi pada tahun 1962. Mikotoksin ini cukup stabil dan tahan terhadap suhu tinggi. 

      Hingga saat ini paling sedikit terdapat 6 macam turunan zearalenon, diantara nya α-zearalenol yang memiliki aktivitas estrogenik 3 kali lipat daripada senyawa induknya. Senyawa turunan lainnya adalah 6,8-dihidroksizearalenon, 8-hidroksizearalenon, 3-hidroksizearalenon, 7-dehidrozearalenon, dan 5- formilzearalenon. Komoditas yang banyak tercemar zearalenon adalah jagung, gandum, kacang kedelai, beras dan serelia lainnya.

    • Trichoderma, Myrothecium, Trichothecium dan Stachybotrys
      Toksin Trikotesena dihasilkan oleh kapang Trichoderma, Myrothecium, Trichothecium dan Stachybotrys. Mikotoksin golongan ini dicirikan dengan adanya inti terpen pada senyawa tersebut. Toksin yang dihasilkan oleh kapang-kapang tersebut diantaranya adalah toksin T-2 yang merupakan jenis trikotesena paling toksik. Toksin ini menyebabkan iritasi kulit dan juga diketahui bersifat teratogenik. Selain toksin T-2, trikotesena lainnya seperti deoksinivalenol, nivalenol dapat menyebabkan emesis dan muntah-muntah (Ueno et al., 1972 dalam Sinha, 1993). 

    • F. proliferatum, F.nygamai, F. anthophilum, F. diamini dan F. Napiforme
      Kapang-kapang tersebut dapat menghasilkan racun Fumonisin. Fumonisin termasuk kelompok toksin fusarium yang dihasilkan oleh kapang Fusarium sp., terutama F. moniliforme dan F. proliferatum. Mikotoksin ini relatif baru diketahui dan pertama kali diisolasi dari F. moniliforme pada tahun 1988 (Gelderblom, et al., 1988). Selain F. moniliforme dan F. proliferatum, terdapat pula kapang lain yang juga mampu memproduksi fumonisin, yaitu F.nygamai, F. anthophilum, F. diamini dan F. napiforme. 

      F. moniliforme tumbuh pada suhu optimal antara 22,5 – 27,50 C dengan suhu maksimum 32 - 370C. Kapang Fusarium ini tumbuh dan tersebar diberbagai negara didunia, terutama negara beriklim tropis dan sub tropis. Komoditas pertanian yang sering dicemari kapang ini adalah jagung, gandum, sorgum dan berbagai produk pertanian lainnya. 

      Hingga saat ini telah diketahui 11 jenis senyawa Fumonisin, yaitu Fumonisin B1 (FB1), FB2, FB3 dan FB4, FA1, FA2, FC1, FC2, FP1, FP2 dan FP3. Diantara jenis fumonisin tersebut, FB1 mempunyai toksisitas yang dan dikenal juga dengan nama Makrofusin. FB1 dan FB2 banyak mencemari jagung dalam jumlah cukup besar, dan FB1 juga ditemukan pada beras yang terinfeksi oleh F.proliferatum

      Keberadaan kapang penghasil fumonisin dan kontaminasi fumonisin pada komoditi pertanian, terutama jagung di Indonesia telah dilaporkan oleh Miller et al. (1993), Trisiwi (1996), Ali et al., 1998 dan Maryam (2000). Keberadaannya perlu diwaspadai mengingat mikotoksin ini banyak ditemukan bersama-sama dengan aflatoksin sehingga dapat meningkatkan toksisitas kedua mikotoksin tersebut (Maryam, 2000).

    3. Parasit
    • Liver fluke dan Fasciola hepatica
      Cacing diketahui terdapat pada hasil-hasil peternakan, misalnya Fasciola hepatica yang ditemukan pada daging atau hati sapi. Adanya cemaran cacing tersebut akan mengakibatkan infeksi pada manusia jika mengkonsumsi daging atau hati sapi yang tidak dimasak dengan baik. Liver fluke dan Fasciola hepatica akan berpindah dari tanah ke selada air akibat penggunaan kotoran kambing atau domba yang tercemar sebagai pupuk kandang. Buah dan sayur dapat tercemar oleh mikroba patogen yang berasal dari air yang tercemar limbah, tanah, atau kotoran hewan yang digunakan sebagai pupuk, dan pada akhirnya dikonsumsi oleh manusia.

    4. Virus
    • Hepatitis A
      Adanya virus tersebut di dalam makanan mungkin disebabkan oleh pencemaran terhadap air yang digunakan dalam penanganan bahan pangan, penggunaan peralatan dan wadah yang tidak higienis, cara penanganan yang tidak aseptis, pekerja yang terinfeksi karena kurangnya fasilitas toilet dan pencuci tangan, kurangnya praktek kebersihan, dan penyakit yang diderita, penggunaan kemasan yang tidak steril atau tercemar oleh kotoran dari binatang pengerat, burung, dan serangga.

    KESIMPULAN 

    Bahaya biologis atau mikrobiologis sangat berbahaya bagi manusia, karena itu bahaya ini harus dihindari dengan cara jauhkan atau lindungi bahan pangan atau makanan dari cemaran mikroba, misalnya dengan cara melindungi (menutup) bahan pangan atau makanan dari serangan hama seperti lalat, kecoa, tikus dan binatang pembawa penyakit lainnya. Memilih bahan pangan yang bermutu baik adalah suatu cara yang paling utama dalam menghindari bahaya biologis. 


    DAFTAR PUSTAKA

    • Maryam, R. 2000a. Fumonisin: Kelompok mikotoksin fusarium yang perlu diwaspadai. Jurnal Mikologi Kedokteran Indonesia (Indonesian Journal of Medical Mycology), 1(1): 51-57.
    • Maryam, R. 2000b. Kontaminasi Fumonisin pada bahan pakan dan pakan ayam di Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18-19 September 2000. Pusat Penelitian Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Hal.538-542
    • Trisiwi. 1996. Identifikasi kapang penghasil mikotoksin pada pakan ayam pedaging dan petelur di kotamadya Bandar Lampung. Skripsa Sarjana, Universitas Lampung
    • Miller, JD., Savard, ME., Sabilia, A., Rapior, S., Hocking, AD, Pitt, JI. 1993. Production of fumonisins and fusarins by Fusarium moniliforme from South East Asia. Mycologia 85(3): 385-391
    • Sinha, K.K.1993. Mycotoxins. ASEAN Food Journal. 8(3): 87-93