Skizofrenia
Gangguan Jiwa skizofrenia merupakan gangguan Jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak  muda dan dapat  berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia  (lansia) karena menyangkut  perubahan pada segi fisik, psikologis dan  sosial-budaya. Skizofrenia pada Lansia angka prevalensinya  sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992).
Banyak pembahasan yang telah dikeluarkan  para ahli sehubungan dengan timbulnya skizofrenia pada lanjut usia  (lansia). Hal itu bersumber dari kenyataan yang terjadi pada Lansia bahwa terdapat hubungan yang erat antara gangguan parafrenia, paranoid dan skizofrenia. Parafrenia lambat (late paraphrenia) digunakan oleh para ahli di Eropa untuk pasien-pasien yang memiliki  gejala paranoid tanpa gejala demensia atau delirium serta terdapat  gejala waham dan halusinasi yang berbeda dari gangguan afektif.
Gangguan skizofrenia pada lanjut usia  (lansia) ditandai oleh gangguan pada alam pikiran sehingga pasien  memiliki pikiran yang kacau. Hal tersebut juga menyebabkan gangguan  emosi sehingga emosi menjadi labil misalnya cemas, bingung, mudah marah,  mudah salah faham dan sebagainya. Terjadi juga gangguan perilaku, yang  disertai halusinasi, waham dan gangguan kemampuan dalam menilai realita,  sehingga penderita menjadi tak tahu waktu, tempat maupun orang.
Ganguan skizofrenia berawal dengan  keluhan halusinasi dan waham kejaran yang khas seperti mendengar  pikirannya sendiri diucapkan dengan nada keras, atau mendengar dua orang  atau lebih memperbincangkan diri si penderita sehingga ia merasa  menjadi orang ketiga. Dalam kasus ini sangat perlu dilakukan pemeriksaan  tinggkat kesadaran pasien (penderita), melalui pemeriksaan psikiatrik  maupun pemeriksaan lain yang diperlukan. Karena banyaknya gangguan  paranoid pada lanjut usia (lansia) maka banyak ahli beranggapan bahwa  kondisi tersebut termasuk dalam kondisi psikosis fungsional dan sering  juga digolongkan menjadi senile psikosis.
Parafrenia merupkan gangguan Jiwa yang gawat yang pertama kali timbul pada lanjut usia (lansia),  (misalnya pada waktu menopause pada wanita). Gangguan ini sering  dianggap sebagai kondisi diantara Skizofrenia paranoid di satu pihak dan  gangguan depresif di pihak lain. Lebih sering terjadi pada wanita  dengan kepribadian pramorbidnya (keadaan sebelum sakit) dengan ciri-ciri  paranoid (curiga, bermusuhan) dan skizoid (aneh, bizar). Mereka  biasanya tidak menikah atau hidup perkawinan dan sexual yang kurang  bahagia, jika punya sedikit itupun sulit mengasuhnya sehingga anaknyapun  tak bahagia dan biasanya secara khronik terdapat gangguan pendengaran.  Umumnya banyak terjadi pada wanita dari kelas sosial rendah atau lebih  rendah.
Gangguan skizofrenia sebenarnya dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu :
- Skizofrenia paranoid (curiga, bermusuhan, garang dsb)
- Skizofrenia katatonik (seperti patung, tidak mau makan, tidak mau minum, dsb)
- Skizofrenia hebefrenik (seperti anak kecil, merengek-rengek, minta-minta, dsb)
- Skizofrenia simplek (seperti gelandangan, jalan terus, kluyuran)
- Skizofrenia Latent (autustik, seperti gembel)
Pada umumya, gangguan skizof renia yang  terjadi pada lansia adalah skizofrenia paranoid, simplek dan latent.  Sulitnya dalam pelayanan keluarga, para lansia dengan gangguan kejiwaan  tersebut menjadi kurang terurus karena perangainya dan tingkahlakunya  yang tidak menyenangkan orang lain, seperti curiga berlebihan, galak,  bersikap bermusuhan, dan kadang-kadang baik pria maupun wanita perilaku  seksualnya sangat menonjol walaupun  dalam bentuk perkataan yang  konotasinya jorok dan porno (walaupun tidak selalu).
Gangguan Jiwa Afektif
Gangguan jiwa afektif adalah gangguan  jiwa yang ditandai dengan adanya gangguan emosi (afektif) sehingga  segala perilaku diwarnai oleh ketergangguan keadan emosi. Gangguan  afektif ini antara lain:
Gangguan Afektif tipe Depresif
Gangguan ini terjadi relatif cepat dalam  beberapa bulan. Faktor penyebabnya dapat disebabkan oleh kehilangan  atau kematian pasangan hidup atau seseorang yang sangat dekat atau oleh  sebab penyakit fisik yang berat atau lama mengalami penderitaan.
Gangguan ini paling banyak dijumpai pada  usia pertengahan, pada umur 40 – 50 tahun dan kondisinya makin buruk  pada lanjut usia (lansia). Pada usia perttangahan tersebut prosentase  wanita lebih banyak dari laki-laki, akan tetapi diatas umur 60 tahun  keadaan menjadi seimbang. Pada wanita mungkin ada kaitannya dengan masa  menopause, yang berarti fungsi seksual mengalami penurunan karena sudah  tidak produktif lagi, walaupun sebenarnya tidak harus begitu, karena  kebutuhan biologis sebenarnya selama orang masih sehat dan masih  memerlukan tidak ada salahnya bila dijalankan terus secara wajar dan  teratur tanpa menggangu kesehatannya.
Gejala gangguan afektif tipe depresif  adalah sedih, sukar tidur, sulit berkonsentrasi, merasa dirinya tak  berharga, bosan hidup dan kadang-kadang  ingin bunuh diri. Beberapa  pandangan menganggap bahwa terdapat 2 jenis depresi yaitu Depresi tipe  Neurotik dan Psikotik. Pada tipe neurotik kesadaran pasien tetap baik,  namun memiliki dorongan yang kuat untuk sedih dan tersisih. Pada depresi  psikotik, kesadarannya terganggu sehingga kemampuan uji realitas (reality testing ability) ikut terganggu dan berakibat bahwa kadang-kadang pasien tidak dapat  mengenali orang, tempat, maupun waktu atau menjadi seseorang yang tak  tahu malu, tak ada rasa takut, dsb.
Gangguan Afektif tipe Manik
Gangguan ini sering timbul secara  bergantian pada pasien yang mengalami gangguan afektif tipe depresi  sehingga terjadi suatu siklus yang disebut gangguan afektif tipe Manik  Depresif. Dalam keadaan Manik, pasien menunjukkan keadaan gembira yang  tinggi, cenderung berlebihan sehingga mendorong pasien berbuat sesuatu  yang melampaui batas kemampuannya, pembicaraan menjadi tidak sopan dan  membuat orang lain menjadi tidak enak. Kondisi ini lebih jarang terjadi  dari pada tipe depresi. Kondisi semacam ini kadang-kadang silih  berganti, suatu ketika pasien menjadi eforia, aktif, riang gembira,  pidato berapi-api, marah-marah, namun tak lama kemudia menjadi sedih,  murung, menangis tersedu-sedu yang sulit dimengerti.
Neurosis
Gangguan neurosis dialami sekitar 10-20%  kelompok lanjut usia (lansia). Sering sukar untuk mengenali gangguan  ini pada lanjut usia (lansia) karena disangka sebagai gejala ketuaan.  Hampir separuhnya merupakan gangguan yang ada sejak masa mudanya,  sedangkan separuhnya lagi adalah gangguan yang didapatkannya pada masa  memasuki lanjut usia (lansia). Gangguan neurosis pada lanjut usia  (lansia) berhubungan erat dengan masalah psikososial dalam memasuki  tahap lanjut usia (lansia).
Gangguan ini ditandai oleh kecemasan sebagai gejala utama dengan daya tilikan (insight) serta  daya menilai realitasnya yang baik. Kepribadiannya tetap utuh, secara  kualitas perilaku orang neurosis tetap baik, namun secara kuantitas  perilakunya menjadi irrasional. Sebagai contoh : mandi adalah hal yang  biasa dilakukan oleh orang normal sehari 2 kali, namun bagi orang  neurosis obsesive untuk mandi, ia akan mandi berkali-kali dalam satu  hari  dengan alasan tidak puas-puas untuk mandi.
Secara umum gangguan neurosis dapat dikategorikan sebagai berikut:
- Neurosis cemas dan panik
- Neurosis obsesif kompulsif
- Neurosis fobik
- Neurosis histerik (konversi)
- Gangguan somatoform
- Hipokondriasis. Pasien dengan keadaan ini sering mengeluh bahwa dirinya sakit, serta tidak dapat diobati. Keluhannya sering menyangkut alat tubuh seperti alat pencernaan, jantung dan pembuluh darah, alat kemih/kelamin, dan lainnya. Pada lansia yang menderita hipokondriasis penyakit yang menjadi keluhannya sering berganti-ganti, bila satu keluhannya diobati yang mungkin segera hilang, ia mengeluh sakit yang lain. Kondisi ini jika dituruti terus maka ia akan terus-menerus minta diperiksa dokter; belum habis obat untuk penyakit yang satu sudah minta diperiksa dokter untuk penyakit yang lain.
- Gangguan disosiatif
- Gangguan depersonalisasi
- Gangguan distimik
- Gangguan stres pasca trauma.
 
EmoticonEmoticon